Nikah Dadakan

...~Happy Reading~...

Pagi itu, suasana yang biasanya hangat di meja makan keluarga Edward berubah menjadi penuh kecemasan. Mikha, anak sulung Edward, tidak terlihat sejak pagi, dan semua orang di rumah mulai merasa khawatir.

“Sayang, dimana Mikha? Kenapa belum turun?” tanya Edward dengan nada cemas, menghentikan aktivitas menyuap sarapannya.

Faiza, istrinya, mengernyitkan dahi. “Oh iya ya, apa dia nggak sekolah?” gumamnya sambil melirik jam dinding.

“Paling juga masih tidur, sengaja tuh pura-pura kesiangan!” celetuk Keynan, anak bungsu mereka, sambil tertawa kecil.

Namun, candaan Keynan tidak mengurangi kecemasan Edward dan Faiza. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, dan biasanya Mikha sudah siap berangkat.

“Key, kamu ke atas ya, panggil kakakmu. Mungkin dia ketiduran,” ujar Faiza, meminta anak bungsunya untuk memeriksa Mikha.

Keynan mendengus malas. “Aduh, Ma, aku kan udah mau berangkat sekolah.”

“Tapi kamu kan lebih cepat. Sana panggil dulu!” desak Faiza, tak ingin mendengar alasan.

Akhirnya, dengan langkah enggan, Keynan naik ke lantai dua menuju kamar kakaknya. Ia mulai mengetuk pintu dengan pelan. “Kak Mikha! Ayo turun, kakak mau sekolah apa gak?’’

Namun, tidak ada jawaban dari dalam.

Keynan mengerutkan kening. Ia mengetuk pintu lagi, kali ini lebih keras. “Kak Mikha, jangan pura-pura tidur deh! Udah siang tahu!”

Masih tidak ada suara.

‘’Kakakkkk! Kak Mikha jelek, kaya bebek! Buruan bangun! Kakakkkkk!’’ teriak Keynan terus mengetuk pintu kamar kakak nya, namun seolah sia sia.

Rasa penasaran bercampur khawatir mulai merayap di hati Keynan. Ia mencoba memutar gagang pintu, dan ternyata tidak terkunci. Dengan perlahan, ia membuka pintu dan melongok ke dalam.

“Kak?” panggilnya sambil melangkah masuk.

Namun, kamar itu kosong. Tempat tidur terlihat rapi seperti tidak pernah digunakan, dan tidak ada tanda-tanda keberadaan Mikha di sana.

‘’Kok sepi, kemana? Gak mungkin di angkut genderuwo kan?’’ gumam keynan mencoba masuk lebih dalam, mengecek kamar mandi dan walk in closet namun ternyata sama saja, kosong.

Keynan merasa panik. Ia segera berlari turun ke bawah, memanggil kedua orang tuanya dengan suara keras. “Mami! Papi! Kak Mikha nggak ada di kamarnya!”

Mendengar itu, Edward dan Faiza langsung berdiri. “Apa maksudmu nggak ada?” tanya Edward dengan nada tegang.

“Ya nggak ada! Kamarnya kosong!” jawab Keynan, wajahnya pucat.

Tanpa membuang waktu, Edward dan Faiza naik ke kamar Mikha. Mereka memeriksa setiap sudut ruangan, tapi hasilnya tetap sama. Mikha tidak ada di sana.

“Kemana dia?” Faiza bertanya panik, suaranya mulai bergetar, ‘’Masa iya dia kabur, kabur kemana?’’

‘’Apa mungkin udah berangkat ke sekolah?’’ tanya Keynan, ‘’Tapi itu lebih gak mungkin.”

“Papi, mungkin kita coba cek CCTV di komplek,” usul Keynan, yang meskipun masih kecil, terlihat ikut cemas.

Edward mengangguk dan segera menuju pos keamanan di kompleks perumahan mereka. Petugas keamanan membantu memutar rekaman CCTV dari pagi hingga malam sebelumnya.

Di layar monitor, mereka melihat Mikha keluar dari rumah sekitar pukul 11 malam. Ia terlihat membawa sebuah tas kecil dan berjalan sendirian menuju gerbang komplek.

“Mikha keluar malam-malam? Dia mau kemana?” tanya Faiza, matanya membelalak.

Edward menggelengkan kepala, bingung. “Dia nggak bilang apa-apa ke kita. Dan Calvin juga nggak bisa dihubungi. ‘’

Sementara itu, di tempat yang berbeda. Pagi itu, di sebuah apartemen di tengah kota, sinar matahari yang masuk melalui celah-celah tirai membangunkan Calvin. Perlahan, ia membuka matanya dan langsung disambut oleh pemandangan Mikha yang masih terlelap di sampingnya.

Wajah Mikha terlihat tenang, bahkan sedikit tersenyum dalam tidurnya. Calvin menatapnya dengan penuh kasih, senyuman tipis muncul di bibirnya. Ia mengulurkan tangan dan mengusap lembut wajah Mikha, menyelipkan beberapa helai rambut yang menutupi pipinya.

“Kenapa kamu cepat sekali tumbuh nya?’’ gumam Calvin pelan, ‘’Perasaan baru kemarin kamu lahir, tapi kenapa sudah secepat ini kamu besar nya? Dan kamu semakin cantik,’

Mereka jarang memiliki momen seperti ini. Hubungan mereka yang kompleks membuat waktu bersama seperti pagi ini menjadi sangat berharga.

Namun, kedamaian pagi itu terusik oleh dering ponsel. Suara itu berasal dari meja kecil di sisi tempat tidur, tempat Mikha meninggalkan ponselnya semalam.

Calvin melirik Mikha, yang masih tertidur lelap, sebelum perlahan bangkit untuk mengambil ponsel tersebut. Ia tidak ingin suara itu membangunkan Mikha.

Di layar ponsel, tertulis nama "Papi."

Calvin mendesah pelan. Ia tahu panggilan itu dari Edward, ayah Mikha. Pikirannya langsung dipenuhi kekhawatiran. Ia mematikan suara dering ponsel dan kembali meletakkannya di meja. Namun, tidak lama kemudian, ponsel itu kembali berdering. Kali ini dari nomor Faiza, ibu Mikha.

Calvin berdiri mematung, dahinya mengerut. Sedikit bingung, kenapa pagi pagi orang tuanya sudah heboh menelfon berkali kali? Pikir Calvin.,

‘Apa ada sesuatu yang terjadi di rumah?’ gumam calvin menjadi panik, ia segera menjawab panggilan telfon ibu mertuanya, namun terlambat ponsel Mikha mati karena kehabisan batrei.

‘’Shittt!’’ kini perasaan Calvin bercampur aduk, firasat nya mengatakan ada sesuatu yang terjadi di rumah sana. Ia mengambil ponsel nya berniat untuk menghubungi ulang, akan tetapi ternyata hp nya sudah mati sejak semalam.

Calvin semakin frustasi, ia pun segera mengecas ponsel dan membangunkan Mikha untuk mengajaknya cepat pulang.

‘Semoga tidak terjadi sesuatu sama Papi atau Mami !’ gumam Calvin di sepanjang mandi dan bersiap nya.

...~To be continue …....