Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.
Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.
Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.
Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.
Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.
Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Beberapa hari kemudian.
Pagi ini Tama dan teman sekelasnya sedang melakukan praktik olahraga di lapangan sekolah. Tama yang memang gemar bermain bulu tangkis langsung lebih dulu melakukannya bersama teman sekelas. Sedangkan teman yang lainnya bermain game lain sebelum ada perintah dari guru olahraga akan melakukan praktik olahraga apa hari ini.
"Pagi anak-anak." Suara cukup keras tiba-tiba terdengar dari arah dalam.
Ternyata itu adalah suara Frian guru olahraga mereka, Frian menyapa seluruh siswa sambil berjalan menuju lapangan.
"Pagi pak." Jawab seluruh murid yang langsung berdiri tegap melihat ke arah Frian seraya menghormati.
"Em, untuk siswa laki-laki silahkan kalian lanjut bebas mau olahraga apa saja terserah, sedangkan untuk siswa perempuan kita berkumpul di ujung sana ya! saya ada tugas khusus untuk kalian." Ucap Frian sambil menunjuk ke arah ujung lapangan yang sedikit teduh di bawah pohon.
Frian pun tanpa bicara banyak langsung mengajak seluruh siswi perempuan untuk berkumpul mengikutinya.
"Lah ko gitu sih?" Ucap Tama pelan karena heran mengapa tak ada olahraga khusus untuk semuanya pagi ini, malah Frian hanya mengumpulkan seluruh siswi perempuan di tempat khusus.
"Haha baru tahu Lo?" Jawab salah satu siswa laki-laki bernama Farhan yang kini berada di samping Tama dan Farhan ini memang teman duelnya saat bermain bulutangkis barusan.
"Emang biasanya gini ya?" Tanya Tama kembali yang mulai merasa aneh.
"Tiap praktek juga gini kali Tam, si Frian mah memang guru setres, lihat saja nanti sepanjang praktek dia pasti di sana terus sama cewek-cewek." Farhan sedikit menjelaskan kepada Tama yang masih merasa aneh.
"Ko gitu sih? Terus dia menilai kitanya gimana?" Tanya Tama yang semakin kebingungan.
"Ya namanya juga kan guru setres, Udah lah biarin aja jangan dipikirin! Mending kita lanjut main lagi yuk!" Ucap Farhan sambil kembali mengajak Tama untuk melanjutkan permainan.
Tama yang kebingungan langsung menuruti ajakan temannya itu sambil sesekali melihat ke arah Frian yang saat ini sedang berada di tengah-tengah di kelilingi oleh siswi perempuan.
"Pantas saja siswa laki-laki di sini semuanya sangat benci sama pak Frian, ternyata baru tahu aku kelakuan aslinya kaya gimana." Gumam Tama dalam hatinya sambil kembali bermain bulutangkis.
Setelah beberapa saat, tiba-tiba beberapa siswa laki-laki bersorak menyaksikan pertandingan sengit antara Tama dan Farhan di lapangan bulutangkis.
Pertandingan antara Tama dan Farhan membuat beberapa mata fokus kepada mereka karena mempunyai bakat yang hampir sama di atas rata-rata saat bermain bulu tangkis, padahal siswa laki-laki lainnya sedang bermain game lain tadinya, tapi mereka kini lebih asik menonton pertandingan antara Farhan dan Tama.
Semua siswa laki-laki yang kini menjadi berkumpul, kini mereka menonton pertandingan antara Tama dan Farhan bahkan saling mendukung jagoannya masing-masing.
Sementara Husna yang dari kejauhan terus memperhatikan Tama sedari tadi, dia sama sekali tak memperhatikan Frian yang ada di didepannya yang memang hanya membahas soal candaan dan cerita nggak jelas bukan membahas soal pelajaran olahraga.
Saat Tama melakukan smash keras dan mendapatkan poin dari Farhan, Husna pun yang hanya sendiri memperhatikan game itu, tiba-tiba dia tepuk tangan dan membuat seluruh siswi yang sedang memperhatikan Frian terdiam memandangi Husna.
"Ye keren banget." Ucap Husna spontan sambil bertepuk tangan melihat ke arah lapangan bulu tangkis.
Seluruh mata yang ada di situ pun langsung melihat Husna lalu melihat ke arah lapangan bulu tangkis.
"Eh eh kita nonton yuk! Kayanya seru banget itu." Ucap salah satu siswi mengajak temannya untuk mendekat ke arah lapangan bulu tangkis.
"Ayo ah kita nonton!" Jawab siswi lainnya yang memang jadi tertarik ke arah Tama dan Farhan.
Sampai akhirnya beberapa siswi pun meninggalkan lingkaran dan menuju ke arah lapangan bulu tangkis.
Frian hanya bisa diam tak bisa melarang siswi perempuannya itu, hingga sampai akhirnya saat ini hanya Husna yang tersisa di sana.
"Kamu nggak nonton juga?" Tanya Frian kepada Husna yang menjadi saling pandang.
"Em, memang boleh Kak aku ke sana?" Husna malah balik bertanya, padahal dalam hatinya dia ingin sekali mendekat ke arah lapangan bulu tangkis.
Frian hanya menjawab dengan isyarat menoleh ke arah lapangan bulu tangkis mengizinkan Husna untuk pergi.
Husna pun langsung berlari mendekat ke arah lapangan bulu tangkis dan dia berdiri di area samping Tama berada.
"Ayo Tama semangat!" Suaran khas dari Husna terdengar jelas di telinga Tama, dia sempat menoleh ke arah samping yang memang sudah ada Husna di situ sedang memberikan senyuman cantik dan semangat untuknya.
Tama sempat membalas senyuman Husna dan membuat semangatnya makin tinggi. Seolah ada energi khusus yang di dapatkannya saat ini setelah melihat wanita yang dia cintai memberikan semangat untuknya.
Frian yang saat ini jadi sendirian, perlahan dia pun berjalan menuju lapangan bulu tangkis menonton pertandingan antara Tama dan Farhan yang saat ini sangat ramai dengan berbagai sorakan.
Sampai akhirnya di poin terakhir, Tama melakukan smash keras yang sangat menakjubkan hingga kemenangan pun dia dapatkan di pertandingan tersebut.
Sorakan dan pujian dia dapatkan dari beberapa siswa, termasuk Husna yang sangat senang sekali bahkan sampai loncat kegirangan.
Setelah pertandingan selesai dan suasana lumayan tenang, Frian dengan gaya tengilnya tiba-tiba berjalan ke tengah lapangan.
"Siapa nih jadinya yang menang?" Tanya Frian sambil melihat ke arah sekitar.
"Tama pak yang menang." Jawab Farhan spontan seolah memuji Tama yang memang lebih jago darinya.
Frian pun langsung menghampiri Farhan yang menjawab pertanyaannya.
"Ah kamu malu-maluin saja. Masa kalah sama anak baru sih!" Ucap Frian yang malah mengejek Farhan yang sedang kelelahan dengan nafas berat.
"Sini-sini pinjem raket kamu!" Frian pun mengambil raket yang masih Farhan pegang. Kemudian Frian kembali berjalan menuju tengah lapangan.
"Eh Tama, ayo sekarang lawan saya!" Ucap Frian keras sambil memandang Tama yang sedang di kerumuni oleh beberapa temannya termasuk Husna.
Suasana sempat hening ketika Frian menantang Tama bertanding. Sebenarnya Tama sedikit capek karena sudah dua set barusan dia bertanding, tapi karena beberapa temannya menyuruh Tama untuk menerima tantangan dari Frian, dia pun mau tak mau menyetujui pertandingan tersebut.
Sebelum bertanding, Husna yang kebingungan harus berdiri di area siapa, dia sempat di ajak bicara sebentar oleh Tama.
"Husna kamu diam di sana saja ya, aku tahu kamu pasti dukung aku, tapi kamu jangan di sini ya, kamu di sana saja dukung akunya jangan di sini." Ucap Tama yang mencoba mengerti menyuruh Husna pindah ke area Frian agar Frian tak pernah curiga dengan kedekatan mereka saat ini.
Husna yang mengerti apa yang dimaksud oleh Tama hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya kemudian dia berjalan menuju ke area Frian.
Pertandingan pun berlangsung sengit antara Frian dan Tama, pertandingan juga hanya di adakan satu set.
Poin demi poin sama-sama mereka dapatkan dengan jarak hanya satu poin sepanjang pertandingan secara bergantian, keringat demi keringat pun mulai bercucuran di antara mereka berdua.
Di game poin terakhir Tama yang hanya membutuhkan satu poin lagi, melakukan gerakan tipuan yang membuat Frian sampai tersungkur bahkan membuat raket yang di pegangnya terlempar.
Seluruh murid pun bersorak karena pertandingan dimenangkan oleh Tama termasuk Husna yang langsung melompat.
Tapi di sela-sela kesenangannya, Husna langsung terdiam ketika Frian yang masih tersungkur sempat memandangi wajahnya. Husna langsung berhenti bersorak dan menghampiri Frian lalu membantunya untuk bangun.
"Kakak nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Husna sambil membangunkan Frian dan mengambil raketnya yang terlempar.
"Nggak papa ko, kamu ini gimana sih ko kayanya seneng melihat aku kalah." Ucap Frian sedikit kesal karena sempat melihat Husna loncat kegirangan saat pertandingan selesai.
"Maaf Kak, tapi kalian berdua tadi memang keren ko. Kakak juga keren banget tadi." Jawab Husna sedikit menutupi kecurigaan dari Frian sambil menepuk-nepuk baju Frian yang sedikit kotor.
"Hmm yaudah yaudah ah." Frian yang kesal langsung berjalan menghampiri Tama tanpa memperdulikan Husna yang ada di sampingnya.
Husna hanya bisa diam karena sifat Frian yang selalu begitu ketika sedang kesal kepadanya.
Tama pun mencoba menghampiri Frian yang berada di tengah lapangan di dekat net.
"Selamat ya, tapi lain kali saya akan menantang mu kembali. Jangan merasa puas dulu barusan kita hanya main satu set ko." Ucap Frian sambil bersalaman dengan Tama dan membuat orang-orang di sekitarnya terdiam.
"Em baik Pak, makasih sudah mengajak saya bertanding. Dengan senang hati saya akan menerima tantangan dari bapak kembali." Jawab Tama dengan ramah sambil memberikan senyuman respect.
Semua orang pun bertepuk tangan setelah Tama dan Frian bersalaman.
Frian yang sebenarnya masih kesal langsung pergi dan menyuruh seluruh Siswa untuk bubar karena memang pelajaran olahraga hari ini sudah selesai.
Sementara Tama yang sedang memasukkan raketnya ke dalam Tas di hampiri oleh Husna.
"Selamat ya!" Ucap pelan Husna sedikit mengagetkan Tama.
"Hmm. iya makasih Husna, kamu nggak istirahat?" Tanya Tama yang sudah selesai memasukkan raket.
"Aku mau istirahat bareng kamu, boleh kan?" Husna malah balik bertanya dan mengajak Tama untuk istirahat bersama dengannya.
"Hmm. Yaudah ayo, kita ke kantin ya, haus banget aku." Ajak Tama sambil menunjuk ke arah kantin.
"Iya ayo!" Husna pun dengan senang hati mendampingi Tama di sampingnya sambil tersenyum cantik.