NovelToon NovelToon
Kalbara

Kalbara

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Tamat / Cintapertama / Teen School/College / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tiga puluh tiga

"Saya sebenarnya teman Kalista."

Langkahnya terhenti ketika ia mendengar seseorang menyebut nama lamanya.Kening Aldara berkerut,siapa yang menyebut namanya? Tidak mungkin itu teman SMA-nya karena mereka tidak ada yang mengenali Aldara semasa SMP atau sebelumnya.

"Bacot Lo!"

Aldara mendengar suara laki-laki membentak.Ia segera mengambil langkah cepat dan yang dia temukan adalah seorang perempuan yang sudah terduduk di jalan dan berusaha mempertahankan tasnya dari preman itu.

"Bang jangan diambil." Gadis itu menangis dengan kondisi yang sudah memprihatinkan.Dada Aldara semakin bergemuruh, tubuhnya terasa panas.Apalagi ketika melihat tangan rapuh gadis itu tergerus kasarnya aspal.

Aldara marah karena ia tau,siapa gadis itu.Dia Caca teman sekolah dasar Aldara.

"Lepasin tasnya atau tangan Lo yang lepas?" Tanpa Aldara sadar intonasinya berubah, mengiring suasana mencekam hingga membuat mereka tertegun.

"Kalista!" Caca menatapnya dengan raut terlukanya.Aldara bersumpah,dia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Caca.

"Gue hitung sampai tiga,Lo tinggal pilih lepasin tas itu atau tangan Lo yang lepas."

"Ka-kalista." Preman yang mengambil tas Caca tergagap sampai preman yang satunya lagi harus menepuk pundaknya menyadarkan temannya.

"Kabur bego!"

Dua orang itu pun kaei terbirit-birit.

Aldara menatap tajam jejak kepergian mereka.Asa dalam dirinya menekan,hingga isakan Caca membuat kesadaran Aldara kembali.

"Lo gak apa-apa?" Aldara berjongkok di samping gadis itu.

"Mereka jahat,masa gak percaya kalau gue temen Lo." Caca menangis sesegukan membuat ucapannya sendiri tersendat.

Aldara yang memberikan kalimat itu agar temannya ini terlindungi,tapi ternyata kalimat itu tidak membuat temannya terlindungi selamanya.

"Mereka udah pergi kok. Jangan takut lagi," ucap Aldara seraya menepuk-nepuk bahu Caca.

"Ta-tapi mereka rusakin belanjaannya."

Aldara mengikuti arah tatapan Caca. Ia menemukan barang belanjaan Caca berserakan. Dengan cepat ia memasukkannya ke dalam tas Raina yang masih terpasang di punggungnya.

"Sekarang kita pulang ya."

Aldara sudah meraih tangan Caca untuk membantu dia berdiri,tapi tiba-tiba mendengar derap langkah mendekat.Dengan gesit ia masuk ke dalam satu gang,sementara salah satu telunjuknya tersimpan di bibir memperingatkan Caca untuk memberitahukan apa-apa soal keberadaannya.Ia sedikit mengintip ke arah Caca,ternyata orang yang datang adalah seorang laki-laki yang sepertinya merupakan kekasih dari gadis itu.

____

Setelah memastikan Caca aman bersama kekasihnya.Aldara tidak kembali pada Zulfa,ia justru mendatangi sebuah tempat.

Sebuah bangunan tanpa cat.Dulu ini adalah GOR,tapi belum selesai dibangun pemiliknya tersandung kasus sehingga pembangunannya tidak rampung.Seperti halnya hukum rimba. Pengelolanya kini adalah siapa saja yang dianggap paling berkuasa.

Saat Aldara berjalan,beberapa pria dengan tato khas terlihat keheranan.Apalagi ketika Aldara mulai membuka pintu dan masuk.

"Hei,cewek! Ini bukan tempat sembarangan yang bisa main asal masuk aja.Lu jangan cari gara-gara atau Lo bakal tau akibatnya.Balik lagi sana!"

Aldara menatap orang itu dengan datar.

"Nantangin Lo!" Ucap pria itu dengan mata melotot.

"Udah,Neng cantik jangan ada di sini ya."

Seseorang dari arah belakang menyentuh bahu Aldara yang membuat gadis itu seketika berbalik dan melakukan tendangan.Oeang itu seketika terlempar sampai mengenai dinding.

Suasana yang tadinya ramai karena banyak yang berbincang seketika menjadi senyap. Semua orang di dalam sana sontak menghentikan aktivitas mereka. Ekspresi mereka semua sama, mulutnya menganga tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan.

Aldara berjalan, menghampiri sebuah meja lalu mengambil pion catur. Ia melemparnya pada jendela kaca dan setelahnya suara pecahan kaca menggema diikuti dengan pecahan kaca yang berjatuhan ke lantai.

"Kal-Kalista!" Teriak seseorang yang langsung berlutut di lantai. Yang lain terdiam beberapa saat, hingga ketika otot mereka berhasil mencerna, pada kapan langsung melakukan hal yang sama.

Jali yang kebetulan tengah memperbaiki kipas hanya bisa menatap bingung ketika semua orang-orang sanggar itu menunduk ketakutan.

"Berlutur bego! Lo mau mati?" Ucap Jaki seraya menarik Jali untuk ikut berlutut.

"Apa si?"

"Kalista," ucap Jaki, tidak terlalu keras karena rautnya dominan panik.

"Hah?"

Jaki membuka mulut Jali menarik tangan pria itu untuk berlutut di lantai begitu Aldara menghampirinya.

Ujung sepatu Aldara mengenai kelapa Jali.

"Ampun Kalista. Dia cuma montir yang kebetulan lagi benerin kipas. Dia nggak tahu apa-apa," ucap Jaki dengan raut memohon. Iya mencoba mendongak, tapi ketika baru melihat lengan Aldara yang terkebal saja dia langsung kembali menunduk, tidak berani melanjutkan apalagi melihat wajahnya.

Jaki menghela napas lega begitu Aldara berjalan menjauh. Ia pun menggeplak kepala Jali dengan kesal.

"Apa sih?" Bisik cari dengan raut protes.

"Gue baru nyelamatin lo dari bencana, bego."

Jali mengernyit.Jaki hanya mendesah selalu menekan kepala Jali agar menunduk saja.

Aldara duduk pada kursi yang ada di sana. Satu kakinya terangkat, sementara matanya menatap tajam ke seluruh penjuru ruangan.

"Botak,di lengan kirinya ada tato bintang. Gondrong ada bekas jaitan di pipi kanan."

Aldara menadahkan tangannya, lalu seseorang menyerahkan rokok dan menyalakannya dengan tangan bergetar.

Hal darah menghisap rokok itu, lalu menghembuskan ke bulan asap berbentuk cincin.

"Mulai." Ucapnya yang seketika membuat semua orang di dalam sana panik. Mereka bergerak cepat salah bencana besar ada di depan mata.

Inilah hal yang Aldara sembunyikan selama ini dan berusaha ia ubah.Mati-matian ia menjauhkan diri dari hal ini,tapi rasanya tidak sepenuhnya bisa.Lihat,bahkan dalam sekejap,hal yang ingin ia hilangkan ini kembali melekat dalam dirinya.

_____

Wajah Jali benar-benar tanpa rona, sangat-sangat pucat yang tentunya berbanding terbalik dengan semua orang di sana yang sudah babak belur, penuh darah. Termasuk Jaki di sampingnya, mata kirinya bahkan tidak bisa terbuka karena bengkak dari sisinya.

Aldara tidak menyentuh Jali sama sekali, tapi melihat bagaimana kebrutalan gadis itu pada mereka membuat nyalinya benar-benar hancur. Sebelumnya jari tidak pernah membayangkan ada hal yang segila ini.

Jali menebak jika gadis cantik yang sangat ini sedang mencari orang.Ia menyuruh semua mencari dengan tenggang rokok yang dihisapnya. Saat puntung rokok terjatuh dan orang yang dicari belum juga ada di depan mata, gadis itu menghajar semuanya. Hanya dalam waktu sepuluh menit,yang lebih gila tak ada satupun dari mereka yang selamat dari hajaran gadis itu. Padahal ada sekitar tiga puluh orang di sana.

Rokok keempat di tangan Aldara hanya tersisa setengah lagi. Dan sepuluh orang yang disuruh keluar pada sisi ini belum kembali, membuat Jali semakin tegang.

"Kalau lo disuruh keluar tapi nggak balik sebelum rokok itu habis, kemungkinan lo nggak bakal bisa lihat hari esok," ucap Jaki ketika tadi Jali bertanya kenapa mereka yang keluar tidak kabur saja daripada kembali tanpa hasil yang malah membuat babak telur.

Satu kata yang Jali pahami, gadis itu gila.

"Kalista!" Pekik orang diambang pintu. Wajahnya terlihat sumringah meski penuh dengan luka. Tangan kirinya memegangi kerah baju seseorang yang terkulai lemas.

Aldera memberi gestur dengan tangan, orang itu menggusur hasil tangkapannya dan membuat dia berlutut di depan Aldara. Satu orang lagi menyusul beberapa detik berikutnya.

Aldara menjatuhkan rokoknya. Iya lalu menatap dua orang di depannya. Sorot tajamnya sangat mengintimidasi.Keadaan gedung itu sangat sunyi dan tegang.

"Tau kesalahan kalian apa?"

"Am-ampun,kita gak bermaksud buat ganggu temen Lo." Ujar preman itu dengan terbata.

"Gue selalu bilang dari dulu, kalian boleh ganggu siapapun! Tapi jangan sedikitpun nyentuh temen gua!"

Semua langsung memejamkan mata, menciut mendengar suara lantang gadis itu.

"Enggak atau engga di depan kalian peraturan itu tetap berlaku!"

"Ma-maaf,kita kira dia cuma ngaku-ngaku."

Aldara bangkit dari kursi lalu mengeja kursi itu hingga hancur, membuat semua orang disana tercekat.

"Yang tahu kesepakatan itu cuma gue sama kalian." Suara Aldara sedikit menurun, meski tidak mengurangi wibawanya.

"Orang bego mana yang mau ngaku-ngaku? Orang bego mana yang percaya kalimat sederhana itu bisa lindungi dia?"

Hanya seorang Caca Alfiani saja yang ketika disuruh mengatakan itu, dia langsung menurut. Ketika Aldara bilang dia akan aman dengan kalimat itu, dia langsung percaya. Hanya kepolosan Caca yang bisa menerima kalimat yang mirip omong kosong itu.

"Dia cuma satu orang. Dari milyaran manusia di muka bumi, nggak bisa kalian cuma lewatin satu orang ini aja?"

"Ma-maaf." Dua preman di depan aldara bersujud dengan tangisan, mereka terisak penuh permohonan.

Aldara berjongkok.Mengamati dua orang itu secara bergantian.

"Bagian mana yang mau dipotong?"

1
Alex
lanjut Thor seru bgtsss ceritanya
Muanisah Jariyah
ceritanya seru,sayang typonya kebanyakan
choco eskrim
Ceritanya cukup menari, tapi ada beberapa kata yang typo.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!