Semenjak kandungan Andini menginjak usia tiga bulan, dia sering muntah darah dan kata dokter itu karena dia sama sekali tidak ada makan nasi sehingga asam lambung jadi naik.
bau mulut nya juga membuat Hendra sangat bingung, tubuh Andini juga kurus kering seperti tengkorak. hingga Hendra pun memutuskan untuk pulang kedesa nya saja.
Bagai mana kisah mereka?
Mampu kah Hendra membawa istri nya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Celaka
Andini termenung karena memikirkan nasib nya yang ada saja masalah menghampiri, seolah allah menciptakan dia kedunia ini hanya untuk merasakan penderitaan saja. sudah sejak kecil mengalami hal pait, lalu sekarang sudah dewasa juga sangat susah mau bahagia, mau bahagia sebentar saja sudah ada cobaan datang dengan berbagai macam cara pula.
Kini tak putus putus nya ia berdoa dalam hati agar semoga saja Purnama bisa menolong nya lepas dari sesuatu yang Nilam katakan itu, sebab dia juga belum di beri tahu bahwa ini adalah santet ganas. Nilam cuma bilang bahwa dia harus segera menemui Purnama, bahkan sebenar nya ini sudah sangat terlambat untuk pergi karena mulai dari awal kehamilan sudah ada yang tidak beres.
Andini awal nya menolak datang pada Purnama bukan karena tidak percaya, tapi karena dia berusaha yakin bahwa setelah hidup di kota maka semua akan baik baik saja. semua masalah setan sudah musnah, lagi pula setelah menikah dengan Hendra dia begitu bahagia saat di kampung.
Cuma bayang bayang Seno masih saja kerap datang, kata Purnama itu cuma bayangan Andini saja karena Seno memang sudah musnah di tangan Purnama dan Arya. oleh sebab itu lah mereka akhir nya memutuskan untuk tinggal di kota, barang kali saja di sana akan lebih nyaman tanpa ganguan.
"Ssshhhh!" Andini mendesis karena perut terasa keram.
"Kenapa Sayang?!" Hendra langsung panik walau cuma mendengar begitu saja.
"Agak keram, mungkin karena duduk sudah hampir setengah jam kali." jawab Andini.
"Jadi bagai mana, sebentar lagi mau masuk hutan! mau mampir di warung bakso itu tidak?" tawar Hendra sembari tangan satu nya mengelus perut Andini.
"Kayak nya aku mau pindah duduk belakang saja, mau sambil rebahan." jawab Andini.
"Abang menepi dulu kalau begitu." Hendra melirik kaca spion.
"Enggak usah, ini kan bisa aku melangkah." Andini pindah ke bagian belakang.
"Bantal nya ada bawa kan? rebahan dulu biar tidak keram." Hendra memang begitu penuh perhatian.
"Iya, Bang!"
Hendra kembali mengemudi dengan fokus tidak mengajak istri nya bicara karena ingin Andini tidur saja, perjalanan dua jam lebih sedikit ini tentu nya membuat pinggang bumil satu ini agak tegang. maka nya lebih baik rebahan dulu di belakang, namun mata Andini tidak mau terpejam.
"Bang."
"Iya, Sayang?"
"Kenapa rasa nya penderitaan ku tak kunjung habis? ini cobaan atau karma atas perbuatan ku dulu." Andini bertanya pelan sambil berbaring.
"Mau itu cobaan atau pun karma, kita akan baik baik saja dan bisa melewati nya kok." sahut Hendra pelan karena dia juga nelangsa pada Andini.
"Mungkin dulu sebaik nya aku tidak pernah dendam pada Yogi walau dia sudah memperkosa dan menjual ku, karena menuruti bisikan setan aku malah salah jalan." sesal Andini.
"Sayang, semua sudah terjadi dan kita sudah melewati masa itu! Abang yakin bahwa kali ini kita juga bisa melewati nya." hibur Hendra.
"Kalau nanti aku mati saat melahirkan....
Cekiiiiit.
Hendra mengerem mobil nya secara mendadak karena dia tidak suka pada pembahasan Andini tentang kematian saat melahirkan, Andini juga kaget dengan ulah suami nya dan dia terdiam saat melihat wajah Hendra yang menjadi keras akibat kemarahan nya mendengar ucapan Andini barusan tentang kematian.
"Tolong! Abang sangat minta tolong pada mu, jangan bahas kematian." geram Hendra mencengkeram erat kemudi mobil karena dia menahan gejolak hati.
"Maafkan aku." Andini bangun memeluk suami nya dari belakang.
"Abang tidak sanggup, jadi Abang mohon jangan bahas itu." Hendra mencium tangan kurus istri nya.
"Hmmm iya, kita akan bahagia bersama dan mengurus anak kita." angguk Andini.
Setelah tenang baru lah Hendra melajukan mobil nya agar cepat sampai kampung halaman, Andini merenggang kan pelukan nya dan kembali duduk bersandar. namun seketika dia menyadari bahwa darah yang sangat kental mengalir dari selangkangan nya, bahkan sudah membasahi mobil karena sangking banyak nya darah itu.
"Eeegkkkk, Abang!" Andini merintih kesakitan.
"Apa? mau pindah kedepan lagi." Hendra belum menoleh.
"Aaaaaghhhkk, sakit! Bang sakit perut ku." pekik Andini mulai tantrum.
"Sayang!" Hendra kaget dan menoleh kebelakang.
"Cepat ngebut kerumah Purnama, Bang! aaaakkkk, ini sakit sekali." pekik Andini memegangi perut buncit nya karena memang sudah hamil lima bulan.
Hendra pun menuruti ucapan sang istri karena ini harus segera menemui Purnama atau member nya, tadi yang dua masih mengurus masalah setan di rumah sehingga agak telat menyusul nya. lagi pula prediksi Nilam masih tiga hari lagi, sehingga masih ada waktu yang bisa di gunakan untuk mengobati Andini.
"Eeeghhh!" Andini yang bersandar berulang kali menggerang sampai urat leher menonjol.
"Ya allah tolong hilang kan rasa sakit istriku!" Hendra berdoa dengan hati cemas.
"Sakit sekali, eeeghhh!" Andini bersandar dan membuka perut nya.
Mata wanita ini masih sempat terbelalak walau merasakan sakit yang sangat sangat luar biasa, bagian perut benjol benjol dan benda itu terus bergerak kesana kemari dengan liar nya membuat Andini sangat ketakutan melihat ini. urat urat di perut juga menonjol kebiruan sehingga menambah seram dan rasa takut di hati Andini, rasa sakit sudah tidak bisa di tahan lagi.
"Cepat, Bang! aku tidak kuat menahan sakit nya." pekik Andini.
"Iya, Abang sudah ngebut ini." angguk Hendra sampai pucat.
"Aaaaagkkkkk!"
"Ya allah, Sayang!" Hendra terpekik melihat Andini bergerak kesana kemari.
"Sakiiiitt, aaaaagggkk sakit sekali." teriak Andini.
"Aaaaarrkkkkk, sakittt! Andini telentang dan menggerang sambil bokong terangkat akibat perut yang luar biasa ini.
"Ya allah! Allahu akbar." Hendra sampai pucat pasi dengan tangan gemetar.
"Aaarrkkkkhhh, sakiiiit! Abaaaaangg, aaaaaaahhhh!" suara Andini melengking dalam mobil.
"Sabar ya, ngucap nama allah, Sayang!" Hendra juga panik.
"Allah, allah! Ya allah perut ku sakit, ada yang bergerak dalam perut ku." Andini menangis kencang.
Wuussssh.
Mobil Hendra sudah tidak melihat kanan kiri lagi karena dia begitu panik dan harus segera masuk hutan, sebab di sana sudah ada member Purnama yang menunggu sehingga mereka pasti bisa sedikit memberikan pertolongan.
"Eeeeggkkk, eeghhhkk!" Andini menggeram karena tidak kuat berteriak menahan sakit.
Sementara benda liar itu terus bergerak kesana kemari, perut Andini juga semakin besar seolah bayi tersebut berkembang dengan cepat di dalam perut.
"Aaaaakkkhhhhhh!"
Duaaaar.
Bersamaan dengan teriakan yang paling panjang keluar dari mulut Andini, perut wanita ini meledak sehingga darah membasahi mobil. Hendra yang kaget langsung menghentikan mobil nha dan bergerak kebelakang untuk melihat sang istri, ketakutan dan juga rasa sedih bercampur jadi satu setelah melihat keadaan sang istri.
"A-abaaang...."
"Tidak! Ya allah, tidaaaaaaak!"
Hendra juga berteriak keras karena tidak bisa melihat keadaan Andini yang tengah sekarat, Hendra memangku kepala istri nya yang sudah tergolek lemas tidak berdaya menjelang akhir hidup nya akibat perut yang meledak seperti bom barusan.