Siapa sangka, cinta yang dulu hangat kini berubah menjadi api dendam yang membara. Delapan tahun lalu, Alya memutuskan Randy, meninggalkan luka mendalam di hati lelaki itu. Sejak saat itu, Randy hidup hanya untuk satu tujuan : membalas sakit hatinya.
Hidup Alya pun tak lagi indah. Nasib membawanya menjadi asisten rumah tangga, hingga takdir kejam mempertemukannya kembali dengan Randy—yang kini telah beristri. Alya bekerja di rumah sang mantan kekasih.
Di balik tembok rumah itu, dendam Randy menemukan panggungnya. Ia menghancurkan harga diri Alya, hingga membuatnya mengandung tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.”
Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Mampukah cinta mengalahkan dendam, atau justru rahasia kelam yang akan mengubah segalanya?
Kisah ini tentang luka, cinta, dan penebusan yang mengguncang hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
“Al, bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik?” Bu Puri membawakan baki berisi makanan dan juga obat demam untuk Alya yang tengah terbaring sakit.
“Sudah lebih enakan, Bu,” jawab Alya menguatkan dirinya untuk bangkit.
“Ini makan dulu terus diminum obatnya. Tadi ada yang mengadakan syukuran di panti. Kamu kelelahan sepertinya, Al, besok-besok jangan diforsir,” pinta Bu Puri mengingatkan.
Selama tinggal di panti asuhan milik Bu Puri, Alya memang memberikan tenaganya untuk membantu Bu Puri mengurus anak-anak panti dan juga memasakkan mereka, sebagai bentuk balas budinya karena sudah diizinkan tinggal di panti bersama anaknya.
Tak lama, seorang anak kecil masuk ke dalam kamar Alya dengan berlari. “Mama masih sakit ya, Oma?”
Tersenyum gemas lalu mencubit pipi anak itu, Bu Puri menariknya ke dalam pelukannya. "Makanya kalau mamamu sudah sibuk mengurus panti, Gio ingatkan ya, biar tidak terlalu capek.”
Mengangguk, anak kecil bernama Gio itu seakan paham akan maksud Bu Puri yang meminta dipanggil Oma itu.
Gio lalu memamerkan sekantong plastik snack anak-anak yang cukup banyak dan mahal pada mamanya. “Tadi, Gio dan anak-anak panti dapat ini, Ma. Gio senang kalau sedang ada yang ulang tahun di panti.”
Panti asuhan milik Bu Puri itu memang sering diadakan acara ulang tahun anak-anak orang kaya, maupun acara tasyakuran orang dewasa yang ingin berbagi.
Tersenyum, Alya mengusap lembut kening sang anak penuh kasih. “Sudah bilang terima kasih belum?”
Hanya mengangguk, Gio lalu meletakkan bungkusan itu di atas meja, lalu mendekat ke arah sang mama dengan wajah sendunya.
“Gio kenapa, Sayang?” Bu Puri ikut menyadari wajah sedih anak Alya yang sudah dianggapnya cucu itu.
“Gio juga mau buat acara bagi-bagi makanan. Terus ada mama papanya,” ujar Gio membuat Alya dan Bu Puri trenyuh.
“Sini.” Bu Puri menarik tangan Gio dari Alya dan memangkunya. “Gio harus jadi anak yang bersyukur. Gio punya mama, tapi teman-teman Gio di panti ini tidak punya mama dan papa.”
Alya pun seakan tak tahu harus mengatakan apa pada anaknya itu, karena ia sendiri juga tak mau hidup dengan takdir seperti ini.
“Eh, Gio ‘kan waktunya bobok siang, yuk bobok, yuk. Teman-teman Gio sudah pada bobok. Oma juga mau bobok,” bujuk Alya agar anaknya melupakan hal itu.
Bu Puri pun meminta Gio untuk tidur di sebelah mamanya karena sudah waktunya tidur siang. “Besok Senin, waktunya sekolah."
Setelah Alya mengucapkan terima kasih padanya, Bu Puri keluar kamar dan menemui suaminya yang sedari tadi membaca buku di halaman belakang.
“Istirahat, Pak, dari tadi belum selesai baca bukunya,” pinta Bu Puri duduk di sebelah suaminya.
Menutup bukunya, Pak Antonio, suami Bu Puri pun mengajak istrinya mengobrol. Ia lalu mengutarakan bahwa ada yang mengganjal di hatinya sedari tadi, saat bertemu dengan tamu yang pagi tadi mengadakan acara di panti asuhan mereka. Ia merasa tak asing dengan ayah dari anak perempuan yang sedang berulang tahun tadi.
“Sepertinya, Bapak pernah lihat orang itu, tapi siapa ya,” ujarnya tampak mengingat-ingat.
“Ya mungkin rekan kerja Bapak dulu sewaktu kerja. Bapak ‘kan kenalannya banyak, atau mungkin hanya mirip saja sama teman Bapak,” tutur Bu Puri.
Pak Antonio adalah seorang kuasa hukum yang sudah purna tugas. Beliau cukup terkenal pada masanya, dan memiliki banyak klien. Setelah tak lagi menjadi kuasa hukum, Pak Antonio mewujudkan cita-cita sang istri untuk memiliki sebuah panti asuhan di usia senja mereka.
Meski tak banyak anak panti mereka dan hanya berjumlah 15 anak, tapi mereka berkomitmen untuk mendidik dan membesarkan anak-anak yatim piatu itu menjadi seseorang yang berhasil.
***
Pagi ini tiba-tiba Bu Yusi mendatangi Randy di kantor. Ia berdebat cukup panjang dengan satpam di lobi. Hingga Alex, anak pertama Om Tama menyadari hal ini.
“Bu Yusi, ada apa ke mari?” tanyanya saat menghampiri mereka.
“Ibu mau ketemu Randy, tolong panggilkan,” ujar Bu Yusi meminta tolong.
Memintanya untuk tetap menunggu di sana, Alex berjanji akan segera memanggilkan Randy untuk menemuinya.
Berjalan menuju ruangan Randy, Alex meminta sepupunya itu untuk segera menemui Bu Yusi.
“Tolong ingatkan ibumu untuk tak datang ke kantor lagi,” ujar Alex tegas pada Randy.
Setelahnya, Randy turun ke bawah menemui ibu angkatnya itu.
“Ibu, Ibu ada apa ke mari? Randy saja yang ke rumah kalau Ibu ada perlu.” Randy tampak cemas karena Bu Yusi yang sudah tua harus jauh-jauh ke kantornya.
Menangkupkan kedua tangannya pada wajah Randy, Bu Yusi seperti sedang menahan tangis. “Cari Alya ya, Nak. Dia tidak bersalah, kamu harus minta maaf sudah merusak hidupnya. Ibu tidak bisa bicara banyak di sini, tapi tolong segera cari dia dan anakmu.”
Randy pun seketika tertegun mendengar ucapan Bu Yusi yang sampai rela datang ke kantor.
...****************...
alurnya teratur baca jdi rileks banyak novel yang lain tulisan nya di ulang ulang terlalu banyak kosakata aku senang cerita kamu terus deh berkarya walaupun belum juara
Semangat kutunggu Karya selanjutnya Thoor, semoga sehat selalu