Tahu dengan Abrilla atau biasa di panggil Rila? Si bungsu dari Keluarga Anggara?
Dulu jatuh cinta dengan Ed? Tapi ternyata pria itu sangat tidak rekomended. Cukup lama menjomblo, Rila akhirnya merasakan buterfly era lagi.
Kali ini dengan siapa?
Maxwell Louis Sanjaya, pria berkebangsaan Indonesia-Belanda. Berdasarkan informasi yang Rila dapat, Max berstatus duda anak satu. Sulitnya informasi yang Rila dapat membuat gadis itu semakin nekat untuk mendekati Max.
Apakah Rila berhasil mendapatkan hati pria itu? Atau sebaliknya?
Kabarnya, kurang dari 3 bulan, Max akan melangsungkan pertunangan dengan wanita pilihan mami-nya. Bagaimana usaha Rila untuk mendapatkan apa yang dia inginkan?
Ikuti terus ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuan Hegar & Anita
"Katakan dimana kau menyembunyikan Mala?"
Anita yang sedang menyisir rambutnya depan cermin mendadak menghentikan aktivitasnya. Berbalik arah menatap sang suami yang sedang berdiri di pintu kamar mereka.
"Kau baru saja pulang, bukannya membersihkan diri dan makan malah menanyakan hal tidak penting." jawab Anita dengan tenang.
"Tidak penting katamu?" ujar Tuan Hegar sambil berjalan masuk mendekati istrinya. "Sudah lama aku membiarkanmu tumbuh menjadi wanita egois dan kejam. Bahkan nyawa putriku sendiri menjadi taruhannya."
"Putrimu hanya Viska dan dia baik-baik saja. Hidup nyaman serta bahagia." ujar Anita kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Kau melupakan Maldevi hah? Dia juga putriku." jawab Tuan Hegar membuat Anita menatap tajam suaminya lewat cermin depannya.
"Dia hanya anak yang lahir karena kesalahan. Ibunya itu murahan, gampang di rayu untuk dijadikan istri kedua. Memang sudah sepantasnya dia mati agar tidak mengganggu keluarga kita." balas Anita membuat Tuan Hegar naik pitam.
Rambut Anita ditarik keras, membuat wanita itu terkejut.
"Ahhhh, apa yang kau lakukan? Sakit, lepaskan." kata Anita berteriak keras.
"Begini sakit?" tanya Tuan Hegar berbisik di telinga istrinya. "Apa yang telah kau lakukan pada Maldevi itu jauh lebih sakit."
Tuan Hegar menyeret Anita ke kamar mandi. Menyiram tubuh wanita itu dengan air dingin.
"Kau gila Hegar, menyiksa istrimu. Lepaskan aku. Jika Viska tau, dia akan kecewa padamu." teriak Anita meronta-ronta minta di lepaskan.
"Viska tidak akan tahu, toh putri kesayangan mu itu tidak akan peduli. Dia selalu sibuk dengan dunianya sendiri. Viska mewarisi bakatmu saat masih muda, menjadi pemuas nafsu banyak pria." kata Tuan Hegar dengan nada merendahkan.
"Lancang sekali, kau tega merendahkan putrimu sendiri. Lepaskan aku, cepat lepaskan. Apa kau tidak ingat, nyawa Mala berada di tanganku. Dengan sekali perintah, anak buahku pasti akan langsung mengeksekusi dia." ujar Anita mengeluarkan ancamannya.
Plakkk
Tuan Hegar menampar wajah Anita dengan keras. Membuat wanita itu ketakutan. Selama menjadi istri Hegar, baru kali ini dia mendapatkan perlakuan seperti ini.
"Sudah lebih dari 20 tahun kita menikah, tapi hari ini demi istri kedua mu dan anak kalian, kau berani melakukan kekerasan padaku?" ujar Anita dengan air mata berlinang.
"Ya, selama ini aku selalu sabar menghadapi sifat burukmu itu. Selalu menuruti apa katamu. Karena kau menjadi Mala dan Maldevi sebagai senjata untuk mengancamku." jawab Tuan Hegar dengan wajah memerah.
"Anita, aku tahu kau ikut terlibat dalam kematian Maldevi. Kau manusia kejam yang pernah aku temui. Aku berharap semoga semesta segera membalas perbuatanmu." tambah Tuan Hegar, Anita sendiri terkejut tidak menyangka rahasia yang selama ini dia tutup rapat pada akhirnya di ketahui oleh sang suami.
Kali ini Anita tersenyum menatap suaminya, lalu berkata, "Ah ya, anak kesayangan mu itu mati karena aku. Sebenarnya aku tidak berniat membuatnya mati tapi mungkin tadinya saja buruk. Aku benci saat tahu dia hidup bahagia bersama istri tercinta mu. Aku benci saat melihat dengan bangga menatapnya saat pesta pernikahan Viska. Aku semakin membenci anakmu karena dia bisa menikah dengan pria yang lebih mapan dari Viska. Harusnya Viska yang mendapatkan itu semua. Viska lebih layak daripada Maldevi yang notabene anak dari istri kedua."
Perkataan Anita membuat Tuan Hegar semakin marah. Pria itu mencengkram wajah istrinya.
"Kau tahu kenapa hidup Maldevi lebih baik dari pada Viska?" tanya Tuan Hegar dengan penuh penekanan. "Itu karena sedari kecil hidupnya sudah penuh dengan penderitaan. Hidup terasingkan dari aku yang tak lain ayah kandungnya. Dan saat dia dewasa, Tuhan memberikan dia nasib baik. Bisa bekerja di perusahaan besar, membahagiakan ibunya dengan tulus serta menikah dengan pria yang amat mencintainya."
Tuan Hegar menarik napas sejenak. "Sedangkan Viska, kenapa dia terlihat berantakan padahal kita sebagai orang tua sejak kecil selalu mengarahkannya dengan baik? Itu karena dia tumbuh dengan penuh kesombongan yang ditanamkan olehmu. Tanpa kau sadari, Viska seperti sekarang karena menuruni sifatmu. Keras kepala, egois, belum lagi liar."
Anita menggelengkan kepala, dia tidak setuju dengan apa yang suaminya katakan.
"Mau kau membantah seperti apa, itu memang fakta, Anita. Jujur saja saat dia mengatakan ingin menikah, aku sebagai ayahnya belum siap memberikan izin. Dia belum bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik, lalu bagaimana dia bisa mengurus suaminya? Dan lihat sekarang? Berapa sering menantu kita menanyakan keberadaan Viska? Hampir setiap hari. Anakmu itu selalu berbohong pada suaminya, mengatakan pergi menjenguk kita padahal sejak dia menikah belum sekalipun Viska datang ke rumah ini dan bertemu dengan aku, ayahnya."
Tuan Hegar melepaskan cengkramannya. "Aku sudah gagal menjadi suami. Baik menjadi suamimu maupun menjadi suami Mala. Aku juga sudah gagal menjadi ayah yang baik untuk Maldevi hingga dia harus meregang nyawa akibat ulahmu. Aku juga gagal menjadi ayah bagi Viska karena nyatanya sampai saat ini Viska masih hidup seenaknya, tidak menghargai orang tuanya, tidak juga menghormati suaminya."
"Itu semua terjadi karena Mala masuk ke hidup kita." bentak Anita membuat Tuan Hegar merasa muak dengan sikap istrinya.
"Yang membawa Mala masuk ke hidup kita adalah kita berdua. Aku mencintainya karena saat itu kau tida mencintai aku. Kau sibuk dengan pria-pria di luar sana. Ingin bercerai pun tidak bisa, karena keluarga kita sudah terikat perjanjian. Maka solusi saat itu adalah aku menikah lagi. Dan kau pun menyetujuinya, bahkan kau juga yang ikut membujuk Mala. Jangan pernah lupakan itu, Anita." balas Tuan Hegar mengingatkan istrinya.
"Tidak, itu bukan salah kita. Memang Mala saja yang murahan, dia hanya ingin hartamu. Mala orang tidak punya, ditawari menikah denganmu adalah berkah untuknya. Hidup dengan layak bergelimang harta. Andai dia tidak hamil, mungkin aku masih menerimanya menjadi maduku. Tapi dia hamil, padahal aku sudah memintanya menggugurkan kandungan namun ditolak olehnya. Oleh sebab itu aku sangat. membenci Mala dan anaknya. Dan aku puas saat melihat mayat putrimu terbujur kaku di ruang jenazah. Aku puas melihatnya."
Anita tertawa setelah mengatakan itu. Lalu mendekati suaminya, kemudian berkata, "Yang membenci Maldevi itu bukan aku sendiri. Ada wanita lain yang juga menginginkan Maldevi mati. Kau tahu kenapa? Karena putrimu sudah merebut pria milik wanita lain. Ternyata Maldevi sama seperti ibunya, suka dengan milik orang lain. Putrimu itu tidak layak bersanding dengan Tuan Muda Max, yang berasal dari keluarga berada. Max, dia sudah di jodohkan ibunya dengan wanita bernama Iris. Sayangnya Maldevi pintar merayu sehingga Max tergila-gila padanya. Itu yang membuat Iris membenci Maldevi, dan menginginkan Maldevi mati."
Tuan Hegar tersenyum sambil menangis. "Kau mengatakannya. Aku berhasil."
Hal itu membuat Anita bingung, namun belum sempat mengatakan apapun, Tuan Hegar sudah menarik tangannya dan mengikat dengan dasi.
"Apa yang ingin kau lakukan? Lepaskan aku, Hegar." teriak Anita panik ketakutan. "Kau tidak mungkin membunuhku kan? Ingat, Mala berasa di dalam pengawasan ku. Jika aku mati, dia juga akan matiii."
Namun Tuan Hegar seolah tuli, mengabaikan perkataan Anita.
akoh udh mmpir....
ni anknya feli sm alfi y kk???
d tnggu up'ny.....smngtttt....