Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Pulang sekolah, di daerah pergudangan yang berada di wilayah jakarta utara, di depan sebuah gudang, “drap,” Rio dan Alex berdiri di depan pintu gudang yang besar,
“Di sini ?” tanya Rio.
“I...iya bos,” jawab Marlon.
“Ok, kita masuk,” balas Rio.
Rio, Alex dan Marlon masuk ke dalam, di dalam mereka melihat banyak sepeda motor yang parkir dan terlihat seperti markas sebuah geng motor. Banyak orang orang berwajah seram, kurus dan sedang berkelompok yang tersebar di dalam gudang, orang orang itu melihat Rio, Alex dan Marlon yang berjalan masuk melewati mereka, beberapa dari mereka mengikuti ketiganya dari belakang.
Ketika sampai di ujung gudang, mereka melihat seorang pria gemuk yang memakai kaus singlet putih, memakai gelang rantai dengan tato di penuhi tato residivis, sedang duduk di sofa hancur sambil merokok. Di meja depannya, terlihat banyak sekali pil pil yang belum di masukkan plastik dan beberapa linting ganja yang sepertinya ingin di konsumsi oleh orang orang itu. Pria itu kaget melihat Rio dan Alex di depan nya, dia menoleh melihat Marlon yang di kenali oleh nya,
“Oi lo ngapain bawa anak sma kemari, Lon, kalo ada yang liat bagaimana coba,” ujar pria itu.
“Maap bang, gue di minta mereka bawa mereka kesini,” ujar Marlon.
“Lah emang mau ngapain mereka kemarin, kaga kaga keluar, ga ada apa apa di sini,” ujar sang pria.
“Kita mau beli kale, tuh ekstasi berapa duit ?” tanya Alex menunjuk ke meja.
“Oh lo tau nih, ini barang bagus, lo mau berapa ?” tanya sang pria.
“Semua,” jawab Alex.
“Sinting lo ya, mau od lo, gue kaga maen maen nih, kalo niatan lo mau beli, gue ladenin, tapi kalo lo bocorin tempat ini, gue ga bisa tanggung nyawa lo, paham lo, jadi gue tanya sekali lagi nih, lo mau beli berapa ?” ujar sang pria.
Orang orang yang semula berkelompok dan terpisah pisah di dalam gudang mendadak berkerumun di belakang Rio dan Alex,
“Lah kan gue udah bilang semua,” ujar Alex.
“Hahaha lo bule darimana sih, gila banget lo, nyari perkara lo ya di sini, gue udah bilang gue nanya serius,” balas sang pria.
“Gue juga serius oon,” balas Alex.
“Lon, lo ngapain sih bawa badut kesini, lama lama gue gibeng lo,” ujar sang pria kepada Marlon yang diam saja.
Marlon diam saja dan terlihat gemetar, pria itu langusng menggelengkan kepala dan berdiri, dia menghisap rokoknya kemudian menyemburkan asapnya ke wajah Rio, lalu dia menoleh melihat anak buahnya,
“Woi bawa mereka keluar, karena mereka udah tau tempat ini, langsung aja buang di laut,” ujar sang pria.
“Bego nih gendut Lex, dia kaga ngarti bahasa indonesia kayaknya,” ujar Rio.
“Yoi, parah banget, udah di bilang kita mau beli semua karena mau pesta mabok,” ujar Alex.
“Gleng,” tiba tiba mereka mendengar gudang di tutup, semua menoleh ke belakang dan dari kejauhan terlihat Jay menutup pintunya. Tiba tiba,
“Surprise,”
Sarah, Tania dan Lina muncul di belakang Rio dan Alex, semua orang langsung mundur dan sang pria gemuk di depan langsung kaget,
“Masih ga percaya kita mau pesta ? kita bawa cewe cewe kan,” ujar Alex.
“Si..sial lo, mau apa lo sebenernya,” ujar pria gemuk itu.
“Mau ini,”
“Buaaaak,” Tangan Rio yang membesar langsung menghantam meja menggunakan tangannya sampai hancur berantakan dan semua barang di atasnya berhamburan. “Pssssh,” tangan Rio kembali seperti semula. Melihat tangan Rio yang aneh dan mengerikan,
“La..lari,” teriak para pengepung di belakang.
“Mau kemana.....groaaaaaar,” Jay yang sudah berada di belakang mereka langsung mengaum dan semua orang di depannya yang kira kira berjumlah 20 orang diam tidak bergerak.
“Blugh,” pria gemuk di depan langsung terduduk dengan wajah ketakutan, Alex berdiri di depannya dan jongkok,
“Nah sekarang gue mau tanya, lo kan ga mau jual ke gue, jadi gue mau tau sumber barang barang ini dimana, gue mau beli langsung,” ujar Alex.
“Si...sial lo, mati lo,” ujar sang pria.
Dia mencabut pistol rakitan dari pinggangnya dan “blam,” dia menembak kepala Alex, namun Alex hanya terjengkang sedikit dan kepalanya kembali ke depan menatap wajah sang pria dengan dahi berasap.
“Waduh malah nembak, sakit tau, kayak di jitak,” ujar Alex.
“Lo...lo makhluk apa ?” tanya pria itu.
“Manusia lah, bego, cepet ngomong, gue ga punya banyak waktu,” jawab Alex.
“Gu..gue ga bisa bilang, nanti bos marah,” ujar sang pria.
“Lah trus, kalau gue marah ga apa apa gitu ?” tanya Alex.
“Gue bisa di bunuh bos,” ujar sang pria.
“Sama aja kan, gue juga bisa bunuh lo,” ujar Alex.
“Ok ok....kantor bos di mangga dua, dia distribusi, udeh kan,” ujar sang pria.
“Ada nomernya ?” tanya Alex sambil mengeluarkan smartphone nya.
“I..ini,” ujar sang pria memberikan smartphonenya.
Setelah mencatat nomornya, Alex berdiri dan berbalik, “jleb,” sebuah duri bayangan keluar dari punggungnya menghujam perut pria itu.
“Dah yu, kita jalan,” ujar Alex kepada yang lain.
“Trus mereka ?” tanya Rio sambil melihat kerumunan.
“Yah...selamat bersenang senang aja,” jawab Alex tersenyum.
“Ok deh, sampah masyarakat jangan di biarinin idup,” ujar Rio sambil tersenyum dan memukulkan tinjunya yang besar ke telapaknya yang besar.
Sarah langsung mengeluarkan pedangnya dan Lina mengeluarkan tongkatnya, di belakang Jay langsung mengeluarkan cakarnya, terlihat gerombolan penjahat yang tidak bisa bergerak menangis dan sebagian membasahi celana mereka sendiri,
“Hehehe pesta,” ujar ke enamnya.
20 menit kemudian, ke enamnya berjalan keluar dari gudang, namun ketika mereka sudah di luar,
“Oh iya lupa, bentar ya, Rio temenin yu,” ajak Sarah masuk kembali ke dalam.
Setelah keduanya masuk, mereka melihat Marlon yang pingsan di tengah tumpukan manusia dan genangan darah. Sarah menarik kerah Marlon dan “crep,” dia menggigit leher Marlon, setelah itu mereka pergi,
“Phuaah, geli gue,” ujar Sarah.
“Nih,”
Rio memberikan lengannya dan “crep,” Sarah langsung menghisap lengan Rio sambil mengacungkan ibu jarinya. Ke enamnya menutup pintu gudang dan pergi menggunakan motor mereka dengan Tania yang mengangkat tangannya membuat pelindung. Beberapa jam kemudian, ketika hari sudah sore menjelang malam, “ugh,” Marlon terbangun di dalam gudang yang gelap, matanya langsung membulat dan dia merangkak mundur, “cpyak...cpyak,” tangannya memegang genangan dan ketika dia melihatnya kedua tangannya berwarna merah. Marlon menoleh melihat pria yang di panggil bang olehnya terduduk dengan perut berlubang besar dan sudah tidak bernyawa.
“A..apa ini...to..tolong...ke..kenapa gue ada di sini....tolong....tolong...siapa saja tolong,” teriak Marlon sambil menangis.
Sementara itu, di waktu yang sama, di sebuah ruko yang berada di wilayah mangga dua, Rio, Alex, Sarah, Tania, Lina dan Jay berdiri di depannya, Tania mengangkat tangannya agar mereka tidak terlihat siapapun termasuk seorang sekuriti yang duduk di meja tepat di depan ruko.
“Di sini Lex ?” tanya Rio.
“Yoi, tadi gue pura pura jadi orang itu telepon dia,” jawab Alex.
“Sip,”
Rio membuka seragam nya dan “psssssh,” kedua tangannya menjadi sangat besar, kemudian dia memukul dinding ruko berkali kali. Sekuriti yang duduk di depan kaget dan berlari keluar, para karyawan ruko juga berlarian keluar, Rio terus memukuli ruko itu sampai akhirnya ruko itu rubuh separuh dan di teruskan sampai semuanya rubuh. Ketika semua keluar dan melihat dari kejauhan, terlihat seorang pria muda yang kurus, berpakaian sedikit mewah dan berwajah licik keluar dari ruko. “Psiuu,” Lina menembakkan bola listrik kecil ke pria itu dan “bzzzzz,” pria itu hangus tersetrum, semua orang mengira pria itu tersetrum oleh kabel yang menjuntai dari atas dan seketika meninggal.
“Sip target dead,” ujar Lina.
“Yap sesuai profil sos mednya, hebat juga jualan di sosmed sekalian promosiin diskotik punya dia, kebal hukum apa, mampus aja sana,” ujar Alex.
“Yuk cabut,” ujar Rio.
Ke enamnya berjalan santai dan ketika sudah agak jauh, Tania menurunkan tangannya sehingga mereka hanya nampak seperti anak anak sma biasa yang sedang berjalan jalan di sana.
Sementara itu, di sebuah ruang tengah yang berada di dalam sebuah rumah, Anissa yang sudah mengenakan pakaian santainya duduk di sofa dan menyeruput teh nya sambil menonton televisi yang menayangkan aksi ke enamnya.
"Bagus deh, paling tidak yang mereka hancurkan bukan orang baik baik, untung aku melihat masa depan dan tidak terlambat menolong mereka waktu itu, tiga dari mereka akan mengamuk gara gara di jadikan eksperimen dan kalau sampai mengamuk maka dunia ini akan hancur sebelum bola hitam itu muncul, untung Lina menuntaskan tugasnya dengan cara mendeteksi teman temannya dan mengumpulkan mereka semua hehe,” ujar Anissa sambil tersenyum.