Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - "Hanya ingin"
Semakin hari, tingkah dan ucapan Sari semakin membuat Naomi risih. Seperti sekarang ini, bukannya melakukan tugasnya dia justru menyusul Naomi yang sedang membersihkan kamar Tuan Bara.
"Ternyata seperti ini ya, kamar orang kaya," celetuknya setelah berhasil menutup pintu kamar.
Naomi yang sedang menata seprei tentu saja terkejut dengan kedatangan Sari, dia tidak mendengar pintu terbuka. "Kamu ngapain ke sini?" ucapnya dengan tatapan bingung.
Sari berjalan mendekati Naomi dengan senyum merekah di wajahnya. Ah iya, selain tingkah dan ucapan, Naomi juga tidak menyukai senyum Sari. Menurutnya, senyum itu memiliki arti yang berbeda.
"Aku mau bantuin Mbak," jawab Sari, dia berdiri di sisi lain kasur dan ikut merapikan seprei.
"Tugas kamu udah selesai?"
Sari menggeleng, "Aku mau bantu Mbak dulu," jawabnya dengan enteng.
Naomi hampir saja kehabisan kata-kata, wajahnya menampilkan ekspresi tak percaya. "Bibi Sarah emang gak bilang kalau setiap pelayan punya tugas sendiri-sendiri?"
"Bilang, tapi kalau di kerjain bareng-bareng kan bisa cepet selesai.
"Tidak bisa seperti itu, tugas yang sudah diberikan harus di selesaikan sendiri. Kecuali tugas kamu sudah selesai duluan, kamu bisa bantu pelayan yang lain. Untuk tugas yang dikerjain bareng-bareng kan udah ada setiap seminggu sekali," jelasnya dengan menahan perasaan geram.
"Aneh banget," gumam Sari yang masih bisa di dengar Naomi.
Kali ini Naomi benar-benar sudah kehilangan kata-kata. Bukan tanpa sebab setiap pelayan di bebankan tugas sendiri.
Kata Bibi Sarah, sebelum ada aturan seperti ini para pelayan melakukan tugas bersama-sama. Tetapi semakin lama justru tercipta senioritas tanpa sepengetahuannya, siapa yang paling tua dan dan paling lama bekerja maka akan menyuruh pelayan yang masih baru untuk menyelesaikan semuanya.
Hal itu terus berlanjut hingga pelayan itu masuk rumah sakit karena kelelahan, akhirnya muncul aturan baru ini. Jadi setiap pelayan harus menyelesaikan tugas yang sudah di bagikan dan harus melakukannya dengan baik.
"Mending kamu keluar dan selesaikan tugas kamu," perintah Naomi.
Sari yang mendengarnya meletakkan bantal dengan kasar, "Kok Mbak ngatur? Niatku kan baik," ujarnya dengan tatapan tak suka.
Naomi memijat pelipisnya, entah kalimat apa lagi yang harus dia jelaskan agar wanita di depannya itu paham.
"Setelah aku lihat-lihat tugas Mbak yang paling ringan, cuma bersihin kamar sama nyiapin kebutuhan Tuan muda," ucap Sari di iringi senyum miring.
"Kenapa? Kamu iri?"
Entah kenapa kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Naomi, dia sudah berusaha sabar, tetapi sepertinya Sari tidak mau di berikan rasa sabarnya.
Sari terkekeh, "Ternyata gini ya sifat asli Mbak? Mentang-mentang udah kerja lama di sini lalu seenaknya sama pelayan baru kayak aku."
Wah, wah, wah!
"Terserah kamu lah, kamu mau bersihin kamar kan? Nih bersihin semua sampai bersih!"
Setelah mengatakan itu Naomi menaruh lap dan cairan pembersih di lantai, kemudian dia keluar dari kamar untuk menenangkan emosinya.
Sari lagi-lagi tersenyum miring karena merasa menang dengan ucapan-ucapan yang dia lontarkan kepada Naomi. "Makanya jangan berani-berani rebut pacar orang, akan ku buat hidupmu sengsara di sini," monolognya dengan tatapan tajam ke arah pintu.
...****************...
"Ada masalah?" tanya Gama. Pria itu baru saja selesai mengenakan baju, dia menyusul Naomi yang sudah duduk manis di atas kasur.
Naomi tersentak dari lamunannya, "Enggak ada kok Mas," balasnya di iringi senyum tipis.
Gama bertanya seperti itu karena sejak dia pulang dari kantor sore tadi, Naomi terlihat tidak fokus dan lebih banyak melamun. "Cerita aja, aku akan mendengarkan," balasnya dengan lembut.
Naomi menggeleng, "Emang gak ada Mas."
Gama menarik kepala Naomi pelan agar bersandar di bahunya, pasti ada yang tidak beres selama dia pergi ke kantor. Dia akan mencari tahunya sendiri.
Kamar terasa sepi karena tidak ada yang berbicara, Naomi masih sibuk dengan pikirannya, sedangkan Gama hanya diam dengan tangan yang mengelus rambut wanita di sampingnya.
Beberapa menit kemudian, Naomi memanggil Gama. "Mas?" panggilnya dengan suara kecil.
Gama berdehem sebagai jawaban, tangannya masih terus mengelus rambut Naomi. "Kamu kapan keluar kota lagi?" tanya Naomi.
"Kayaknya lusa, kenapa?"
Naomi mengangkat kepalanya membuat tangan Gama terlepas begitu saja. Dia menatap Gama dengan serius, "Berapa hari?"
Gama justru di buat bingung karenanya, biasanya Naomi tidak pernah menanyakan jadwalnya saat keluar kota. Tapi tidak bohong jika dia merasa senang diperhatikan dengan hal-hal kecil seperti ini.
"Belum tau."
Naomi meremat kedua tangannya, "A--aku aku boleh ikut?" tanyanya dengan perasaan berkecamuk.
Tatapan terkejut tidak bisa di sembunyikan Gama, seperti yang kalian ketahui bersama. Dia sudah berkali-kali mengajak Naomi keluar, tapi selalu berakhir ditolak. Lalu, apakah sekarang dia tengah bermimipi.
"Coba ulangi lagi?" pinta Gama, jikalau dia salah dengar.
"Aku boleh ikut Mas Gama keluar kota?" ujar Naomi dengan lebih jelas.
Gama mengerjabkan matanya berulang kali, lalu senyuman mengembang di wajahnya. "Akhirnya. Boleh dong, boleh banget," balasnya dengan semangat.
"Besok aku ijin dulu sama Tuan Bara dan Bibi Sarah."
"Gak perlu, biar aku aja yang ngomong sama Papa, Bibi Sarah urusan gampang," sahut Gama tidak menyetujui ucapan Naomi.
Naomi hanya mengangguk, lagipula percuma dia membantah, Gama tetap akan memaksakan kehendaknya.
"Kenapa tiba-tiba pengen ikut?" tanya Naomi penasaran.
Naomi juga tidak tau persis kenapa dia ingin ikut dengan Gama, yang pasti dia ingin keluar dari rumah ini sebentar saja.
"Hanya ingin," jawabnya mengakhiri percakapan keduanya malam ini.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗
Udah ada petunjuk belum siapa Sari? Jangan lupa komen dan like ya
naomi hrus kuat
itu orang iri jgn d pkir kn naomi
senang x baca novel yg ini