Follow IG : renitaaprilreal
Anna menikah di usia 20 tahun. Selama 5 tahun menjalin pernikahan, Anna masih belum di beri keturunan.
Dimas Narendra, suami dari Anna sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya.
Anna sudah berusaha untuk melakukan segala cara. Namun hasilnya nihil, Anna masih belum bisa di beri keturunan.
Dimas lalu menikah lagi dengan seorang wanita yang sebaya dengan istrinya. Lisa adalah nama dari wanita itu.
Lisa teman satu kantor dari Dimas. Sebagai seorang istri, Anna berusaha untuk ikhlas menerima dirinya di poligami.
Di tengah keterpurukan, Anna berusaha untuk bangkit kembali. Dia berusaha untuk membalikan keadaan yang ada.
Sosok pria tampan bernama Rey hadir di tengah-tengah kekosongan hati Anna.
Note :
Harap bijak dalam membaca.
Menceritakan masalah poligami dan perselingkuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Anna bangun dari tidurnya. Dia melihat Dimas yang tertidur sambil duduk. Anna perlahan bangkit dari ranjang kasur. Dia lalu melangkah menuju kamar mandi.
Dimas bangun setelah Anna berada di dalam kamar mandi. Dia mengusap wajahnya dengan satu telapak tangan. Untuk pertama kalinya, Dimas menginap di rumah Anna setelah pernikahannya bersama Lisa.
Anna keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Dia diam saja melihat suaminya. Dimas menghampiri Anna yang tengah menyisir rambutnya.
"Maafkan aku karna menyakitimu. Aku bersalah karna berbuat tidak adil padamu. Tapi ... aku mohon, jangan ada perpisahan di antara kita," lirih Dimas.
Anna meletakan sisir di atas meja rias. Dia menatap wajah Dimas. "Aku sudah banyak memberimu kesempatan. Lebih baik kita berpisah. Ini demi kebaikan kita bersama."
Anna hendak melangkah pergi. Tapi Dimas mencekal tangannya. "Ann ... aku janji padamu. Beri aku satu kali kesempatan. Aku akan berbuat adil padamu."
Anna tidak mengubris perkataan Dimas. Dia keluar dari dalam kamar. Namun Anna tertegun melihat Lisa sudah berdiri di depan kamarnya.
"Kau ...."
Dimas menyusul Anna keluar dari kamar. Dia juga kaget ada Lisa di depannya. "Lisa ... kamu disini?"
"Dimas ... kenapa kamu tidak pulang tadi malam? Kamu malah asyik berdua bersama Anna. Aku itu lagi hamil," pekik Lisa.
"Anna itu istriku. Wajar saja aku bermalam dengannya," tegas Dimas.
"Kamu terus saja membela Anna. Aku ini istrimu juga," kesal Lisa.
Anna memutar mata malas akan pertengkaran yang terjadi. Dia melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Anna malas untuk mendengar perdebatan suami istri itu.
Dimas ingin menyusul Anna ke bawah. Tapi Lisa menahan tangannya. "Lepas Lisa ... aku ingin menyusul Anna."
"Mas ... aku sangat kesal padamu. Aku menelepon kamu tapi tidak di angkat. Aku kesepian di rumah," lirih Lisa dengan wajah memelas nya.
"Cukup Lisa ... apa kamu tidak pernah berpikir dengan perasaan Anna. Dia juga kesepian," ucap Dimas.
Dimas kembali hendak melangkah menuruni anak tangga. Lagi-lagi Lisa menghalanginya. Lisa merentangkan tangan agar Dimas tidak turun. Dia masih belum selesai bicara.
"Minggir Lisa ... aku muak dengan sikapmu!" bentak Dimas.
"Nggak ... kamu sudah janji padaku. Setiap malam kamu akan bersamaku. Kamu hanya akan mengunjungi Anna siang hari saja. Sekarang apa? Kamu bahkan bermalam disini," hardik Lisa.
Dimas mengusap wajahnya dengan kedua belah tangan. Dia tidak mengerti akan pemikiran Lisa. Sudah tahu Dimas punya istri yang lain. Lisa malah menginginkan dia seorang saja.
"Minggir Lisa!" bentak Dimas.
"Nggak," pekik Lisa.
Lisa mundur ke belakang. Dia tidak sadar sedang berada di dekat anak tangga. Dimas terlihat mengusar rambutnya. Lisa hilang keseimbangan saat kakinya terpeleset pada tangga.
"Dimas," pekik Lisa.
Dimas terlonjak kaget. "Lisa ...."
Anna dan Maya juga kaget akan teriakan keduanya. Lisa sudah jatuh terguling di tangga. Dimas segera menghampiri Lisa yang terjatuh.
"Lisa ... bangun sayang," ucap Dimas.
Dimas terlihat panik. Darah sudah keluar dari sela kaki Lisa. Dimas meneteskan air matanya. Anna melihat itu semua. Entah kenapa hatinya perih melihat Dimas menangisi Lisa.
"Maya ... kamu antar Lisa dan Dimas ke rumah sakit," titah Anna.
Maya mengangguk. "Baik Nona!"
Maya segera keluar dengan kunci mobil yang sudah dia pegang. Dimas mengendong Lisa keluar. Maya sudah membukakan Dimas pintu mobil. Dia segera masuk dan menyetir menuju rumah sakit.
"Semoga kamu baik-baik saja, Lisa," ucap Anna yang melihat mobil yang sudah menjauh dari pandangan matanya.
Anna merasakan sakit hati saat melihat Dimas menangisi Lisa. Dia merasa yakin, suaminya itu memang mencintai Lisa. Terlihat betapa cemasnya Dimas saat melihat keadaan madunya tadi. Apalagi saat Dimas menyebut Lisa dengan kata sayang.
...****************...
Mobil sampai di rumah sakit. Maya segera keluar dan membuka pintu mobil untuk Dimas. Dia juga sudah memanggil bantuan untuk menolong Lisa.
Lisa sudah berada di atas brangkar pasein. Dia segera di bawa menuju ruang tindakan. Dimas merasa khawatir akan keadaan istrinya. Dia cemas karna Lisa sudah pernah terjatuh. Apalagi tadi Lisa jatuh terguling di tangga.
"Tuan ... saya pamit pulang. Ini kunci mobilnya," ucap Maya seraya memberikan Dimas kunci mobil.
"Terima kasih sudah mengantarku," ucap Dimas.
Maya hendak melangkah pergi, tapi suara Dimas menghentikannya. "Maya ... apa kamu tahu Anna selingkuh?"
Maya berbalik arah menghadap Dimas. Dia tersenyum kepada suami Anna itu. "Saya pelayan suruhan Tuan Rey."
Maya pergi setelah mengatakan hal itu. Dimas terduduk di kursi tunggu. Rey benar-benar sudah masuk ke dalam rumah tangganya.
"Astaga ... apa yang sudah aku lakukan. Pria lain sudah masuk ke dalam rumahku. Dia bahkan memberikan segalanya pada Anna." Dimas menutup wajahnya dengan kedua tangan. Rasanya dia tidak sanggup untuk memikirkan semua yang telah terjadi.
Dokter keluar dari ruang tindakan. Dimas segera menghampiri Dokter itu. "Dok ... gimana keadaan istri saya?"
Dokter menghela. "Maaf ... kami sudah melakukan yang terbaik. Janin di dalam kandungan istri Anda, tidak bisa di selamatkan."
Bagai tersambar petir, Dimas terenyuh. Dia mengeleng tidak percaya akan semua yang terjadi. Hanya dalam sehari saja, malapetaka menghampiri dirinya. Istrinya selingkuh dan satu lagi keguguran.
"Apa istri saya bisa hamil lagi?" tanya Dimas.
"Istri Anda mengalami benturan yang kuat. Kemungkinan untuk hamil sangat tipis. Saya harap ... Anda tetap bersabar dan menerimanya dengan lapang dada," ucap Dokter.
Dokter menepuk-nepuk lengan Dimas. Setelah itu dia pergi. Dimas meneteskan air matanya. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dimas menangis kehilangan anak yang selama ini dia idamkan.
Dimas masuk ke dalam ruang perawatan Lisa. Dia melihat Lisa yang terbaring lemah di atas ranjang pasein. Dimas mengengam tangan Lisa. Dia mengecupnya dan menempelkannya di pipi.
"Maafkan aku Lisa. Aku tidak bisa menjagamu dengan baik. Seharusnya aku tidak bermalam di tempat Anna. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk meninggalkan kamu seorang diri," lirih Dimas.
Di balik pintu ruangan itu, Anna melihat dan mendengar semua perkataan Dimas. Lagi-lagi dia yang salah. Anna yang menyebabkan ini semua.
Anna mengusap lelehan di pipinya. Dia menutup pintu ruang rawat Lisa dengan pelan. Anna tidak jadi berkunjung menjenguk Lisa.
Anna memang datang menyusul tadi. Sebagai sesama, dia juga khawatir akan keadaan Lisa. Tapi nyatanya, dia malah mendapat kejutan.
Baru tadi pagi Dimas mengatakan untuk memberinya kesempatan. Tapi sekali lagi, Dimas menghancurkan hati Anna. Secara tidak langsung Dimas memperbolehkan Anna bermain gila.
Ucapan Dimas yang mengatakan tidak seharusnya dia bermalam di tempat Anna, masih terngiang jelas di telinga Anna. Menyesalkah Dimas yang tadi malam tidur di tempatnya, hingga bibir manis Dimas bisa mengucapkan kata itu.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.