Tamara Lourine Aditama, biasa dipanggil dengan tama, dia seorang gadis yang lemah lembut dan cerdas. walaupun selalu di kucilkan keluarga dan tidak pernah di anggap sebagai anggota keluarga aditama tetapi Tamara selalu menjadi gadis yang ceria.
suatu ketika Tamara di fitnah oleh adik kembarnya Tamariska yang merasa iri dengannya. dia di fitnah dan terusir dari rumahnya, menjadi terluntah-luntah namun karena sikapnya yang baik hati dan suka melakukan kebaikan maka iyapun lantas menuai kebaikan itu dengan di tolong oleh sesilia yang merupakan seorang anak yatim piatu yang pernah di bantu Tamara, Sesilia mengajak Tama untuk tinggal dirumah kontrakannya itu.
bersama temannya seusai pulang sekolah mereka bekerja akan tetapi adiknya masih selalu menganggu dan meneror hidupnya bahkan selalu membuat iya di berhentikan dari pekerjaannya berulang kali.
Mampu kah Tamara menemukan kebahagiaannya ?
mampukah Tamara bertahan untuk menghadapi semuanya ?
yuk, ikuti kisahnya...............
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hulwund, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tidak adil
"astaghfirullah hal adzim......! Apa yang kau pikirkan Tama? Ngapain kamu kerja di sana?" tanya Debora dengan kesal.
"Dia memang sengaja mau membuat malu keluarga kita Ma!" tegas Robi
" maafin Tama Ma, Pa, Tama hanya pengen bisa punya uang untuk bisa di tabung dan juga untuk jajan Tama" lirih Tama menjawab pertanyaan sang Mama
" mulai besok kamu nggak boleh lagi kerja part time, sepulang sekolah kamu harus segera pulang ke rumah, biar nanti mang ujang yang antar jemput kamu ke se sekolah!" ucap Robi tegas sambil berlalu. Namun langkahnya terhenti karena pertanyaan Tamara.
"kenapa Papa tidak bisa sedikit saja ngertiin perasaan aku, aku juga ingin punya tabungan sendiri dari hasil keringatku sendiri, seperti yang lain" ucap Tamara
Saat ini dia sedang bingung saja bagaimana cara nya bertahan hidup kalau dia tidak bekerja, apa lagi dia tidak punya tabungan sama sekali. Jadi tidak ada sedikit pun niat untuk membantah atau pun melawan kedua orang tuanya.
" Mulai besok berikan dia uang saku Ma" ucap Robi pada isterinya
" nggak bisa begitu dong Pa, bukannya Papa udah pernah janji sama Tamariska kalau Papa sudah nggak akan perduli lagi sama dia!" protes Tamariska yang baru keluar dari kamarnya.
" kamu jangan ikut campur dengan keputusan Papa!" bentak Robi pada anak bungsunya Tamariska.
hikkkssss....hiikkkkssss
Isak tangis Tamariska pun pecah " Papa jahat, Papa sudah nggak sayang lagi sama aku" bentak Tamariska sambil berlalu menuju kamarnya.
"sayang....Tamariska!" teriak Debora sambil berlari mengejar anak bungsunya.
" semua ini gara-gara kamu! kamu puas kan lihat semua jadi ribet begini!" bentak Robi pada Tamariska
Kemudian ia pun segera berlari mengejar sang isteri tercinta untuk mengejar sang anak. Sedangkan Tamara, tubuhnya meluruh ke lantai, dia benar-benar merasa sendirian saat ini. Nggak ada yang perduli padanya kali ini, dengan air mata yang terus berderai ia hanya bisa menangis dalam diam sambil memeluk lututnya sendiri, dalam kesedihannya namun tiba-tiba ada sebuah pelukan hangat menghampiri tubuhnya.
"yang sabar ya non, bibi tau kok kalau apa yang non lakukan adalah untuk kebaikan semuanya.Dan maafin bibi ya non karena bibi tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong non Tama"ucap sang bibi dengan sendu sambil menangis di tengah pelukannya pada anak majikannya.
"kenapa mereka bersikap seperti itu sama aku Bi? Apa salahku bi? Apa aku bukan anak kandung mereka Bi? Sehingga mereka begitu tega memperlakukan aku seperti ini bi?" Pertanyaan beruntun di sela tangisnya hatinya terasa begitu menyakitkan
"hust...... Jangan ngomong begitu non, non sama kok dengan non Tamariska, sama-sama anak kandung tuan dan nyonya, Bibi sebagai saksinya bibi menemani nyonya dulu waktu hamil non berdua sampai bibi melihat kelahiran non berdua sampai sebesar ini, hanya saja entah kenapa mereka menjadi berubah seperti sekarang ini, bibi nggak tahu non dan juga bibi bingung non"
"aku capek di perlakukan seperti ini bi, aku nggak kuat bi mending aku pergi saja dari rumah ini dari pada harus di perlakukan selalu tidak adil seperti begini"
"non ...... Bibi mohon jangan seperti ini, bibi yakin suatu saat nanti non pasti akan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya"
" aku.... Nggak kuat bi.....hiks....hiks"
seharusnya Tamara balas dong kelakuan adik kembarnya