Bukan Ini Yang Kumau

"mas kamu gak papa kan? Apa masih sakit?"tanya zea.

Kini dirinya berada di ruangan suaminya, setelah tadi Arkhana terjatuh dari atas pohon mangga hingga membuat punggung dan bokongnya merasakan sakit.

Kini dia sedang berada di sofa dengan Arman yang memijat punggung nya. Ya memang sakitnya tak seberapa jika menurut Arkhana.

Namun malunya itu loh,mana di liatin sama orang. Untung saja hari ini tak ada kolega bisnis nya yang datang,jika saja datang ah sudahlah mau disimpan dimana mukanya yang rupawan ini.

Untung juga tidak ada yang memfoto dirinya saat manjat dan juga saat terjatuh tadi. Jika saja ada yang memfoto bahkan menyebarkan nya,dapat di pastikan akan ada berita hot tentang dirinya.

Mungkin caption dari beritanya ialah. 'ceo pemilik perusahaan ternama di Indonesia yang terkenal,rupawan dan cool manjat pohon mangga dan terjatuh dari atas pohon mangga di samping kantornya.'

Ahhh sudah dapat dipastikan Arkhana akan merasa sangat sangat malu sekali. "Ahh untung saja tidak ada wartawan yang mengetahui kejadian tadi."gumam Arkhana.

Zea masih setia berada disana,menatap Arkhana yang masih merasakan nyeri di punggung dan bokongnya.

Zea masih ada satu ngidam lagi yang belum di turuti oleh Arkhana. Buah mangga yang tadi di petik oleh Arkhana sudah di kupas,kini tinggal Arkhana yang membuat bumbu rujaknya.

Brak

Pintu di buka dengan lumayan keras. "Ahh maaf tuan saya tak sengaja membukanya dengan keras."ucap seseorang yang membuka pintu itu.

"Kenapa?"tanya Arman.

"Saya ingin menginformasikan sesuatu tuan,di bawah sudah banyak wartawan, karena foto tuan Arkhana yang manjat ke atas pohon dan terjatuh itu sudah viral. Dan para wartawan ingin meminta klarifikasi nya."ucap nya membuat Arkhana dan Arman kaget.

"Apa? Siapa yang berani memfoto saya. Bukankah saya sudah bilang jangan sampai ada yang memfoto kejadian tadi."marah Arkhana.

Wajahnya sudah memerah,malu dan juga marah bercampur menjadi satu. Padahal berita itu baru satu jam yang lalu tapi lihatlah,yang melihat berita itu sudah udah berjuta juta bahkan kolom komentar dari berita itu sudah sangat banyak sekali.

"Maaf tuan,kami lalai sampai tak menyadari ada yang memfoto anda."

"Ck menyebalkan sekali."kesal Arkhana.

"Kita kesana sekarang,kita buat klarifikasi saya gak mau citra saya buruk hanya karena berita tidak berfaedah itu."ucap Arkhana akan beranjak dari sana.

"Tapi mas belum buatin aku bumbu rujaknya,aku pengen banget sekarang mas."ucap zea mencegah Arkhana yang akan pergi meninggalkan dirinya.

Dia sudah sangat ngiler ingin makan rujak buatan suaminya. Namun tanpa disangka Arkhana menghempaskan tangan zea yang mencekal nya.

"Kamu ini masih Saja memikirkan rujak mu itu, lihatlah gara gara kamu saya harus menanggung malu. Tidak bisakah kamu beli saja rujak itu,tak perlu menyusahkan saya. Kamu ini ngidam menyusahkan saja."ucap Arkhana dengan nada suara yang lumayan tinggi.

Degh

Zea tersentak kaget mendengar ucapan Arkhana,dia pun langsung menundukkan kepalanya. Hatinya sangat sakit kala mendengar jika permintaan nya ini menyusahkan Arkhana.

Dia juga merasa tak enak hati, karena dirinya Arkhana harus melakukan klarifikasi dan juga menanggung malu.

"Maaf..."lirih zea sembari menunduk berusaha menyembunyikan air matanya.

Arman yang melihat itu juga kaget kala tuan nya berkata seperti itu, apalagi melihat zea yang tersinggung dengan ucapan Arkhana itu.

"Ayo Arman."ucap Arkhana saat melihat Arman masih diam di tempatnya.

"Ah iya tuan,nona nanti setelah urusan di bawah selesai tuan pasti akan membuatkan bumbu rujaknya."ucap Arman sebelum dirinya menyusul Arkhana.

Setelah Arkhana pergi dari ruangannya,zea pun tak bisa menahan lagi tangisnya. Perkataan Arkhana sangatlah menyakiti hatinya.

Jika memang tak bisa kenapa tadi Arkhana menyetujui permintaan nya, bukankah tadi zea sudah bilang jika tidak usah.

Zea kemudian mengelus perutnya. "Lain kali jangan minta aneh aneh yah dek,minta aja yang bunda bisa yah. Jangan ngerepotin orang lain lagi gak enak dek,gak papa yah kalau keinginan kamu sekarang gak bunda turutin. Mana buatin sendiri bumbu rujaknya okey."zea berbicara dengan anak yang tengah dia kandung.

Jika zea bisa memilih pun dia pasti akan memilih membeli rujak di tukang rujak langganan nya.

Namun itu bukanlah keinginan nya,tapi keinginan buah hatinya. Yang entah kenapa zea sendiri tidak bisa mengontrol keinginan itu.

Zia pun membawa beberapa buah mangga,dia akan memakan nya di ruangan dia.

Saat di ruangannya pun semua orang tengah sibuk membicarakan tentang kejadian tadi,dan hal itu mampu merusak mood zea.

"Gimana ze udah keturutin sekarang ngidam nya."ucap John.

Zea pun hanya membalas dengan anggukan kepala. "Loh kenapa kayak abis nangis ze?"tanya Vans saat melihat mata zea memerah.

"Ah enggak tadi kelilipan pas liat pak Arkhana naik ke atas pohon mangga."ucap zea.

"Ze,kamu tau gak siapa wanita yang lagi hamil yang ngidam pengen di petikin buah mangga sana pak Arkhana itu? Bukannya kamu ada disana? Kok bisa? Ceritain dong ze."ucap teman nya yang lain.

"Kalian tau dari mana kalau pak Arkhana manjat gara gara ada yang ngidam pengen di petikin buah mangga sama pak Arkhana?"tanya John.

"Itu tadi liat klarifikasinya. Masya Allah banget, ternyata pak Arkhana baik yah rela manjat pohon gara gara ada yang ngidam pengen mangga muda hasil petikan pak Arkhana."

Zea pun hanya bisa diam,dua masih terngiang-ngiang dengan ucapan Arkhana tadi.

"Loh itu kang bawa mangga sekeresek dari siapa ze?"

"Ouh ini aku keinget saudara aku juga ada yang lagi hamil,ini aku mau bawa balik kerumah soalnya dia setiap hari suka ngerujak."jawab zea.

"Ouh iya, karena kerjaan aku udah selesai aku mau pamit pulang yah."ucap zea tidak biasanya dia pulang.

Walaupun pekerjaan nya sudah selesai biasanya zea akan menunggu jam pulang kantor dan pulang serentak dengan yang lain,namun sekarang karena mood zea sedang tidak baik makanya dia akan pulang saja.

"Kira kira ze kenapa yah?"tanya Vans yang menyadari jika ada perubahan pada zea.

Zea pulang dengan menggunakan taksi,tampak di area bawah kantor masih tertinggal beberapa wartawan.

Sedangkan Arkhana seperti nya sudah kembali ke ruangannya. Di sepanjang jalan zea melamun memikirkan perkataan Arkhana tadi.

Air mata nya terus saja mengalir, walaupun sudah beberapa kali zea mengusapnya tapi terus saja mengalir lagi mengalir lagi.

Setibanya di rumah,tampak kedua mertua dan juga Aryan tengah duduk di ruang tengah sembari menonton sebuah berita sembari tertawa.

Ya berita siapa lagi jika bukan berita tentang Arkhana. "Haduh papi dari tadi gak berhenti ketawa,seumur umur papi baru liat Arkhana manjat pohon kayak gitu."ucap pak Hendra.

"Sumpah,demi nurutin ngidam istri sampai reka menurunkan harga diri. Seorang Arkhana zavian Mahendra rela manjat pohon."ucap Aryan yang tak henti hentinya tertawa.