Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13.
Senyuman Jane semakin lebar, melihat Hendrik begitu lahap makan, dan dalam sekejap saja makan siang itu sudah habis.
Jane memberikan segelas air minum untuk Hendrik, dan dengan cepat di minum Hendrik.
"Terimakasih!" ucap Hendrik pelan, ini pertama kalinya ia mengucapkan kata terimakasih kepada seseorang.
Karena, selama ini ia merasa yang paling menonjol, dan mendominasi, merasa tidak perlu mengucapkan terimakasih kepada seseorang.
Jane penyelamatnya, ia merasa ucapan terimakasih layak untuk ia ucapkan pada Jane.
Jane membawa gelas dan wadah kosong tersebut ke meja, lalu gilirannya makan siang setelah selesai membantu Hendrik makan.
Hendrik diam-diam melirik Jane selagi makan. Semenjak malam ia di tolong Jane, pertama sekali melihat wajah Jane, Hendrik merasakan perasaan nyaman.
Tok! tok!
Pintu kamar pasien di ketuk seseorang, lalu pintu terbuka, dan masuklah seorang pria ke dalam kamar.
"Hendrik! perjanjian di majukan, dalam dua hari lagi, mereka menunggumu untuk datang!" sahut pria yang baru masuk tersebut.
Hendrik di tempat tidur, yang diam-diam melirik Jane, tidak menjawab apa yang dikatakan temannya.
"Lihat! mereka membuat peraturan baru lagi, keuntungannya dinaikkan menjadi tiga miliar, jika dalam waktu lima menit bisa mengalahkan dua orang sekaligus!" pria itu menunjukkan berkas kesepakatan.
Hendrik memandang berkas yang diperlihatkan pria itu, ia tampak diam saja, membaca dengan tatapan dingin berkas tersebut.
Ia tidak menanggapi sedikitpun, setelah melihat berkas yang diperlihatkan pria itu.
"Bagaimana menurutmu? apakah kita batalkan untuk tidak ikut serta? melihat luka yang ada pada tubuhmu belum sembuh, berbahaya jika kau mengikuti kemauan dari mereka!" ujar pria itu, tidak merasa terganggu dengan sikap dingin Hendrik.
Pria itu menunggu Hendrik memberikan tanggapannya, membiarkan Hendrik untuk merenung sebentar.
Jane yang sedang makan siang, diam-diam memperhatikan mereka, dan melihat Hendrik yang diam saja setelah melihat berkas tersebut.
"Baiklah, lihat dua hari lagi, aku akan terima tantangan mereka!" jawab Hendrik datar.
"Ta.. tapi itu tidak mungkin, lukamu sangat parah, bagaimana kalau kita undur empat hari lagi!" ujar pria itu khawatir.
"Terima saja! katakan pada mereka, naik menjadi lima miliar, aku tidak ingin bayaran yang sedikit, mereka semakin berambisi padaku! aku tidak akan sungkan lagi dengan apa yang mereka inginkan!" kata Hendrik datar.
"Hendrik! pikirkan sekali lagi, kau baru saja menikah... apakah kau ingin terluka lagi?" bisik teman Hendrik tersebut dengan tajam pada Hendrik, untuk mengingatkan pria dingin itu.
"Aku tahu apa yang akan ku lakukan, katakan saja pada mereka! aku tidak ingin dikejar mereka terus, untuk mengganggu hidupku, aku ingin berbulan madu bersama istriku dengan tenang, dan tidak ingin ada seorang pun menggangguku saat aku berlibur!" ujar Hendrik masih dengan nada datarnya.
"Baiklah! kalau memang seperti itu yang kau katakan, semoga lukamu sembuh dengan cepat dalam dua hari ini!" ujar pria itu akhirnya mengalah, "Aku akan katakan pada mereka!"
Kemudian ia pun pergi, membawa kembali berkas yang ia perlihatkan kepada Hendrik.
Jane membereskan makan siang yang telah selesai ia makan, dan membuang wadah yang sudah kosong.
Setiap gerak-gerik Jane, terus saja dilirik Hendrik diam-diam, tidak tahu entah kenapa, ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari Jane.
Ia penasaran pada Jane, yang tidak bertanya tentang apa yang terjadi sebenarnya padanya, saat pada malam ia terkapar di jalan.
Tanpa sengaja mata mereka bertemu, dan sontak membuat Hendrik terkejut, ia dengan cepat memalingkan wajahnya.
Tidak tahu entah kenapa ia jadi gugup, bertemu mata dengan Jane.
Sementara Jane heran dengan sikap Hendrik, seakan pria itu ingin bicara padanya, tapi terlihat canggung karena mereka yang belum begitu akrab.
Jane perlahan mendekati tempat tidur pasien. Ia gadis yang pernah mengalami penindasan di dalam keluarga sendiri, sama seperti yang dialami Hendrik, tapi wanita dan pria tidak sama dalam menyikapi penindasan yang mereka alami.
Jane merasa Hendrik menjadi pria dingin dan tertutup, karena kehidupannya yang tidak di sukai oleh keluarganya.
Jadi, ia terlihat begitu kaku padanya, dan cenderung banyak diam.
Bersambung.....