1. Gairah sang kakak ipar
2. Hot detective & Princess bar-bar
Cerita ini bukan buat bocil ya gaess😉
___________
"Ahhh ... Arghh ..."
"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."
BRAKK!
Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.
"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Mariam was-was. Ia tidak mau pegang hape. Hari ini tepat satu munggu setelah pembicaraannya dengan sang kakak. Ya, ia masih ingat jelas Foster memberinya peringatan akan menyeretnya sendiri kalau dia masih tidak mau mendengarkan lelaki itu untuk bekerja di perusahaannya.
Mariam kenal kakaknya. Kalau sudah berkata begitu, pasti laki-laki itu akan tetap mendatanginya. Kemarin saja kakaknya menelpon mengingatkan dia. Mariam memang sempat memikirkan dengan serius untuk balik kerja di bidangnya, namun lagi-lagi dia ragu. Kalau sudah ragu begini, tentu saja dia akan membatalkan lagi niatnya. Nanti saja.
"Kenapa denganmu?" Aldo tiba-tiba muncul. Lelaki itu hendak masuk ke dalam gedung besar itu, namun melihat Mariam yang melamun di luar gedung sambil memegangi sapu, membuat langkahnya terhenti. Akhir-akhir ini ia perhatikan gadis itu tidak heboh lagi. Cenderung tenang-tenang saja, tidak seperti biasanya.
Mariam menaikkan wajah menatap pria itu. Pandangannya lalu berpindah ke arah lain, mencari Garra. Karena biasanya Aldo selalu mengekor kekasihnya.
"Bos-mu kemana? Aku belum melihatnya dari tadi. Biasanya kamu selalu menempel padanya kemanapun dia pergi." tanyanya. Aldo menatap Mariam dongkol.
"Menempel katamu? Kau pikir aku sama denganmu? Dengar, aku terus mengikuti bos karena urusan pekerjaan, kami ada kesibukan yang harus diselesaikan, demi keselamatan masyarakat. Bukan sepertimu, demi kepentingan pribadi." kata Aldo.
"Cih," Mariam berdecih.
"Tapi aku lihat seminggu ini kau lebih tenang, tidak mengejar-ngejar bosku dengan heboh lagi. Apa kau sudah sadar banyak orang di sini menganggapmu perempuan aneh dan ingin berhenti mengejar bosku?"
Mariam menatap Aldo dengan alis naik turun. Belum tahu saja dia kalau Garra sudah berhasil dia dapatkan. Tapi benar sih kata Aldo. Akhir-akhir ini dia memang tidak heboh lagi. Layaknya perempuan normal seperti biasanya. Karena semenjak pembicaraan malam itu dengan Garra, Mariam jadi lebih fokus memikirkan kembali bekerja sebagai desainer. Apalagi semua orang yang dekat dengannya ingin dia kembali ke bidangnya. Seminggu ini dia benar-benar merasa dilema.
"Hei, Mari, Mariam, kau mendengar ku?" Aldo mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Mariam. Gadis itu terlihat tidak fokus.
Ketika Mariam mengangkat wajah ingin menatap Aldo, pandangannya malah fokus ke sebuah mobil mewah yang berhenti di depan departemen itu. Awalnya Mariam tidak begitu memperhatikan dan berpikir mungkin itu hanya orang yang berkepentingan datang ke kantor polisi. Ia hendak menatap Aldo lagi, namun karena pandangan Aldo terus fokus ke mobil yang berhenti di depan mereka, Mariam kembali menatap ke arah yang sama.
Kali ini Mariam lebih fokus. Ia merasa mengenal mobil itu. Mobil mewah itu ... Sepertinya ia pernah naik mobil tersebut, itu seperti mobil ...
Mariam melotot.
"Sial, dia benar-benar datang!" serunya begitu melihat Foster keluar dari mobil. Bahkan bukan hanya pria itu sendiri, kakaknya datang bersama Matthew. Niat sekali.
Mariam kelabakan. Dia jadi heboh sendiri hingga Aldo disebelahnya menatap aneh dirinya. Pria itu terheran-heran. Memangnya siapa orang-orang itu? Ekspresi Mariam melihat mereka sudah seperti melihat hantu saja. Padahal jelas sekali di mata Aldo kalau dua laki-laki yang turun di depan sana, ketampanan mereka bak artis terkenal. Kalau bosnya bergabung, mungkin mereka akan di kira boyband terkenal oleh orang-orang. Jadi, kenapa Mariam seperti ingin kabur dari mereka?
"Bagaimana ini, aku harus kabur, aku harus kabur!" Mariam kembali berseru.
"RAN!" gadis itu memanggil Ran, laki-laki yang ditempatkan Garra di sisinya sebagai pengawal dan sopir pribadinya. Kebetulan Ran ada di dekat situ. Dan suara melengking Mariam langsung terdengar di telinga Ran. Pria itu cepat-cepat mendatangi Mariam.
"Ia nona?" Ran sudah berdiri di depan Mariam dan Aldo. Pria tinggi berbadan kekar itu menatap Aldo sekilas lalu fokus ke Mariam lagi.
Aldo makin heran. Ia kenal Ran. Pria itu adalah salah satu anak buah Garra yang terkuat. Sangat berbakat, bahkan kemampuannya jauh di atas pria itu. Banyak medali yang sudah Ran dapatkan di berbagai ajang perlombaan. Aldo yakin kalau Ran terus mau mengasah bakatnya, ia bisa jadi salah satu detektif hebat seperti Garra.
Aldo heran karena Ran memanggil Mariam nona. Sejak kapan pria itu bekerja di bawah Mariam yang notabene-nya malah bekerja sebagai cleaning service di kantor ini? Semakin dipikirkan, semakin Aldo tidak mengerti. Mariam ini, betul-betul sesuatu.
"Kamu lihat dua pria itu?" Mariam menunjuk ke Foster dan Matthew yang masih di ujung sana.
"Ya." Ran mengangguk.
"Dengar, kau tahan mereka. Jangan sampai mereka masuk ke dalam. Mereka ke sini untuk menangkapku, tapi aku tidak boleh tertangkap oleh mereka. Tidak boleh. Sangat tidak boleh. Kamu mengerti maksudku kan?" Mariam menatap Ran dengan pupil besarnya. Dan Ran kembali mengangguk. Pria itu lalu berjalan ke depan. Makin membuat Aldo terheran-heran.
"Sejak kapan kau bisa perintah-perintah Ran sembarangan? Aku saja berpikir dua kali kalau mau menyuruhnya. Kau tahu? Dia itu agen bayangan. Banyak orang di kepolisian ini yang segan padanya. Nah, kamu ..." Aldo menatap penampilan Mariam. Ia tahu gadis itu punya latar belakang dari keluarga kaya, tapi Ran itu tidak memandang mau kaya atau miskin. Intinya Ran bukan jenis orang bisa begitu saja menganggap orang lain tuannya. Sejauh ini hanya Garra yang pria itu anggap tuan.
"Jangan bahas itu dulu. Keselamatanku lebih penting sekarang. Kau juga sebaiknya bantu Ran sana. Jangan biarkan dua laki-laki itu masuk ke dalam. Cepat sana!" Mariam mendorong tubuh Aldo lalu lari secepat kilat masuk ke dalam departemen. Para staf yang ia lewati sampai menatapnya keheranan.
Di luar sana, Ran menahan Foster dan Matthew.
"Maaf, kalian tidak bisa masuk." ujar pria itu.
Foster dan Matthew saling menatap. Dari jauh tadi mereka sudah lihat Mariam seperti memberi perintah pada laki-laki di depan mereka ini. Foster mendengus pelan, hebat juga adiknya.
"Dengar, gadis tadi yang memberimu perintah adalah adik kandungku. Aku ada urusan menemuinya. Kau yakin ingin menahan kami di sini?" suara Foster terdengar tajam.
Ran menatap dua pria itu bergantian, dia berpikir lama.
"Ini urusan keluarga, adikku yang kekanakan itu bagaimanapun harus kutemui hari ini. Minggir," kata Foster lagi. Ran bisa lihat jelas kepedulian lelaki yang bicara itu terhadap nonanya. Baiklah, karena kedua pria ini datang bukan untuk merugikan gadis yang dijaganya, dia biarkan saja mereka lewat.
Ran bergerak kesamping, membiarkan Foster dan Matthew lewat. Kedua laki-laki itu melewati Aldo, masuk ke dalam, membuat para staf perempuan yang berada di dalam sana langsung terpaku seketika.
"Apakah mereka artis?" mereka mulai berbisik-bisik sambil menatap Foster dan Matthew dengan wajah terpana.
Sementara mata Foster menghadap berkeliling, lalu berhenti pada satu titik yang tersembunyi dibalik pot bunga.
"Kau pikir aku tidak melihatmu? Kau akan ke sini atau mau aku menyeretmu keluar dari situ?" Seruan Foster membuat orang-orang di dalam situ kebingungan. Sedetik kemudian, Mariam yang bersembunyi dibalik pot bunga keluar dan kabur secepat kilat.
"Mariam!"
nemu novel ini
baca sambil ngakak dewe
wkwkwkkkkkakakaaaa
malem² lagi
byuhhhh