"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.
Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.
Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.
Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu Pada Anna
Dua bulan yang lalu Bram sempat ditabrak oleh Sonia dengan sepeda motor, saat itu Sonia hendak membeli jajanan keluar dengan motor matic yang dibelikan oleh Sean, kondisi Bram saat itu tidak begitu parah, melihat kecantikan Sonia, Bram ingin mendekatinya, dia mengeluh kesakitan agar Sonia membawanya ke rumah sakit.
"Aku akan tanggung jawab kok, bisa naik ke motor sendiri kan pak." Kata Sonia cemas.
"Iya bisa, kamu harus tanggung jawab sama saya ya, jangan kabur."
"Iya iya." Sonia membawa Bram ke rumah sakit terdekat.
"Gimana dok?" Tanya Sonia pada dokter yang baru saja mengobati Bram.
"Pasien tidak apa-apa, lukanya juga tidak parah dan tidak ada yang mengkhawatirkan."
"Alhamdulillah, terima kasih dokter."
"Iya saya permisi dulu."
Sonia menghampiri Bram yang masih tiduran di ranjang, "maaf ya mas, aku ngak sengaja nabrak mas nya, siapa suruh nyebrang nggak liat-liat." Tiba-tiba Sonia malah menyalahkan Bram.
"Loh kenapa tiba-tiba kamu malah nyalahin saya? Kamu yang nggak hati-hati tapi malah nyalahin orang, kamu harus tanggung jawab."
"Kan udah tanggung jawab, aku udah bawa ke rumah sakit dan juga biaya aku yang bayar, tanggung jawab gimana lagi?" Protes Sonia.
"Ya kamu harus merawatku sampai sembuh." Sonia sadar kalau laki-laki itu mencoba untuk memanfaatkannya.
"Maaf ya mas, aku nggak sebodoh itu dimanfaatin sama kamu. Jaga dirimu baik-baik, aku mau pulang, tenang aja semua biaya aku yang bayar." Balas Sonia dengan ketus.
Bram bangkit dari ranjang dan mengejar Sonia, dia mendapati kalau Sonia sedang membayar tagihan rumah sakit. Setelah kelar, Sonia keluar mengambil motornya dan bersiap akan pergi tapi Bram malah menghalanginya.
"Kamu nggak bisa pergi gitu aja, dimana rumahmu?" Tanya Bram.
"Buat apa mas tau rumah saya? Jangan aneh-aneh ya mas."
"Kamu harus tanggung jawab dengan merawatku sampai sembuh, bukan malah ninggalin gini aja dong."
"Mas, kamu itu udah baik-baik aja, toh aku tadi nabrak mas nggak terlalu kencang, kata dokter juga nggak ada yang serius dari luka mas, jangan ngada-ngada deh mas, aku mau pulang."
"Kamu harus ikut saya." Bram menarik Sonia, sebelumnya dia sudah menghubungi anak buahnya untuk menjemput ke rumah sakit, Sonia dimasukkan ke dalam mobil oleh Bram, di sana mulut Sonia dibekap dan dia dibawa ke tempat Bram. Bram menyekap Sonia di dalam kamar, dia tidak membiarkan wanita itu keluar.
"Untuk apa membawanya kesini?" Tanya Alice wanita tangguh kepercayaan Bram sekaligus wanita tempat pelampiasan nafsu Bram.
"Aku tertarik padanya, dia begitu cantik dan manis, aku menyukainya." Jawab Bram sambil meneguk minumannya.
...🕊🕊🕊...
Di rumah, Sean mencari keberadaan Sonia yang sedari tadi belum kembali dari luar. Sean panik pergi mencari keberadaan Sonia, "tadi dia bilang mau beli pukis, coba liat kesana dulu kali ya." Pikir Sean
Dia menghampiri tukang pukis langganan Sonia, dia menanyakan istrinya pada orang sekitar sana.
"Oh iya tadi mbak itu nabrak seorang pria, lalu dibawa ke rumah sakit terdekat mas." Jelas seorang wanita pada Sean.
"Makasih ya mbak."
"Iya sama-sama." Sean menuju ke rumah sakit yang di maksud, di sana dia mendapati motor istrinya terparkir di area rumah sakit, dia segera meminta rekaman cctv untuk mencari keberadaan Sonia dan di dalam rekaman itu terlihat kalau Sonia dibawa paksa oleh seseorang.
Sean seketika diliputi oleh emosi, dia mencari tau mengenai orang itu dan meminta anak buahnya melacak mobil yang membawa Sonia. Tak lama informasi lengkap pun didapatkan, Sean segera menuju lokasi yang dikatakan oleh anak buahnya.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 19.15 hari juga sudah gelap, dia berdoa agar istrinya baik-baik saja. Sudah terlintas di benak Sean untuk membunuh pria itu. Saat akan sampai dilokasi, Sean melihat kalau Sonia sedang berlari tanpa alas kaki dan ada beberapa orang mengejarnya, Sean turun dari mobil dan langsung menghampiri Sonia.
"Sean hiks." Sonia langsung memeluk Sean dan menangis tersedu.
"Masuk mobil!" Sonia mengangguk dan memasuki mobil suaminya, Sean melawan semua pria bertubuh besar itu dengan amarah yang sudah ada dalam dirinya semenjak tadi, hingga delapan pria bertubuh besar itu kalah.
Sean memasuki mobil dan memeluk Sonia, kondisi Sonia begitu memprihatinkan, wajah, lengan, lutut dan juga tulang keringnya lebam, di leher Sonia ada bekas cakaran dan rambutnya juga berantakan, baju Sonia bagian lengan juga robek namun tidak lebar, Sean memakaikan jaketnya pada Sonia.
"Yang menculikmu tadi ada dimana?" Tanya Sean. Sonia mengatakan lokasinya pada Sean,"anak buah nya banyak, ganas-ganas pula."
"Ayo kesana, aku akan kasih dia pelajaran."
"Jangan Sean, aku mohon, kita pulang aja ya."
"Nggak Son, dia harus menerima balasan dari perbuatannya."
"Aku nggak mau balik ke sana lagi, aku takut, aku mau pulang." Sonia semakin menangis, terlihat jelas kalau istrinya sangat ketakutan, Sean menurunkan egonya dan segera pulang.
Sesampai di rumah, Sean mengobati luka Sonia, dia tidak bertanya apapun pada Sonia karena dia yakin kalau istrinya itu tidak akan mengatakan apa-apa.
Sean menyisir rambut Sonia dan mengepangnya dengan cantik, Sean sangat ngilu melihat luka di tubuh istrinya itu, secara, jika dia yang menyebabkan luka itu dia akan biasa saja namun jika orang lain dia sangat tidak terima.
Sonia sesekali menghapus air matanya, selain sakit di tubuh, dia juga takut keluar sendirian lagi, ada rasa trauma di hatinya saat ini. Sean berusaha membuat Sonia tenang dengan memberikan pelukan hangat, Sonia membalikkan tubuh menghadap Sean dan melepaskan tangisannya di sana.
"Jajanan nya nggak dapat?" Sonia menggeleng kecewa.
"Kamu mau apa?"
"Aku udah nggak mau apa-apa, aku mau tidur aja." Sonia membaringkan tubuh nya dan Sean menyelimuti tubuh Sonia. Terbesit dendam di hati Sean pada pria itu, "aku pasti akan memburumu bajingan."
...🕊🕊🕊...
Sean mendesak Bram yang saat ini masih bisa menertawakannya.
"Kau tau Sean, permainan istrimu di ranjang sangat mengesankan, aku jadi menginginkannya lagi dan lagi." Sean semakin membabi buta menghajar Bram.
Kenzo dengan santai menghadapi Alice, dia tidak melukai Alice sama sekali, Kenzo hanya mengimbangi serangan-serangan yang Alice lakukan padanya hingga tiba saat dimana Alice berhasil menusukkan pisau di bahu Kenzo dan dengan cepat Kenzo pun menarik pisau itu lalu menusukkan perut Alice berkali-kali, dalam hitungan detik Alicepun berpulang.
"Sudah baik aku mengajakmu tidur denganku tadi, kau malah memilih tidur menghadap tuhan." Ledek Kenzo pada Alice, dia segera turun dari rooftop menuju tempat Bram, dia melihat Sean dan Bram saling hajar.
Kenzo memilih untuk duduk di sofa dan menonton mereka yang sedang berkelahi, Sean berhasil melumpuhkan Bram dengan melukai kedua kakinya hingga Bram terkulai tak berdaya, Sean juga menempatkan sebuah peluru di kedua bahu Bram.
Sean berjongkok di hadapan Bram "sekarang katakan padaku, apa yang sudah kau lalukan pada istriku waktu itu?" Tanya Sean dengan nada pelan namun mematikan.
"Aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya berniat untuk bersenang-senang dengannya, tapi dia malah melawan, lalu aku memukulnya."
Bugh Bugh Bugh
Sean menghantamkan tinju ke wajah Bram, pria itu tidak sanggup lagi melawan. Sean mengarahkan pistol ke kepala Bram lalu menembakkan sebuah peluru dan itu berhasil membuat kepala Bram bolong.
Kenzo berdiri dan melihat ke sekeliling, ada beberapa cctv di sana.
"Kita bisa cek cctv ini, jadi bisa tau Sonia diapakan oleh bajingan ini." Kata Kenzo, Sean meminta anak buah Bram yang saat ini ketakutan melihatnya untuk memberikan rekaman cctv saat Sonia di sana.
Sean melihat dengan seksama bagaimana Sonia diperlakukan, di dalam kamar, Bram mencoba untuk memperkosa Sonia namun Sonia berontak dan berusaha kabur, Bram mengejarnya dan menampar kedua pipi Sonia berkali-kali, Bram juga mendorong tubuh Sonia hingga kepala Sonia membentur lantai.
Sonia masih berusaha untuk keluar dari kamar dan berhasil namun di luar ada Alice yang mencegat Sonia, dia menarik rambut Sonia dengan kuat dan mendorong Sonia pada Bram, Sonia yang terus-terusan berontak membuat Bram emosi dan kembali mendorong Sonia hingga tulang kering Sonia terbentur sisi meja, Sonia meringis kesakitan saat itu, Bram menggendong Sonia kembali ke kamar namun Sonia berontak dan menggigit pundak Bram, Bram mengambil sebuah tongkat besi lalu memukul lengan dan kaki Sonia, itulah kenapa wajah, lengan dan kaki Sonia lebam, lalu Sonia merebut tongkat itu dan memukulkannya pada Bram, Alice tak tinggal diam, dia merebut paksa tongkat besi itu dari Sonia dan mencekik Sonia, dia juga tampak menancapkan kuku panjangnya di leher Sonia.
Setelah disiksa oleh mereka Sonia pura-pura pingsan, ketika mereka lengah Sonia pun kabur hingga dia bertemu dengan Sean.
"Kurang ajar, kalo mau pelampiasan ya booking aja kali ngapain nyulik istri orang." Ledek Kenzo.
Sean kembali ke tempat dimana Bram tergeletak tak bernyawa. Dia menembakkan seluruh peluru yang ada di pistolnya pada Bram lalu menendang tubuh Bram, tak puas dengan hal itu, Sean mengambil pedang yang ada di ruangan itu lalu memotong tubuh Bram menjadi empat bagian.
"Beraninya kau menyiksa istriku, dasar binatang." Geram Sean dengan nafas yang sangat memburu.
...🕊🕊🕊...
Sean sudah mengganti pakaiannya dengan rapi, dia pergi ke kantor dan memeriksa beberapa pekerjaannya, hati Sean begitu lega sudah melenyapkan Bram.
Sean yang begitu fokus pada pekerjaannya dikejutkan dengan suara azan maghrib yang berkumandang, dia langsung melirik jam tangannya. Sean buru-buru menutup laptop dan segera pulang, dia sadar kalau Sonia juga tidak memiliki ponsel saat ini karena terjatuh dan rusak karena Fian.
*
Sean sampai di depan toko Sonia, toko sudah tutup namun tidak sepenuhnya, lampu juga masih hidup, Sean memasuki toko dan mencari keberadaan Sonia, istrinya ternyata sedang shalat maghrib.
Dia mengambil air wudhu dan menunaikan shalat juga. Sonia yang sedari tadi sudah selesai menunggu Sean selesai shalat, dia tetap duduk dengan mukena yang masih terpasang.
Selesai berdoa, Sean memutar duduknya menghadap Sonia dan Sonia mencium tangan Sean, Sean yang mengecup kening istrinya.
"Kok telat banget jemput aku?" Tanya Sonia.
"Maaf sayang, keenakan kerja jadi lupa waktu." Sesal Sean.
Mereka segera menutup toko dan memasuki mobil, Sonia tidak sengaja melihat punggung tangan Sean memar, juga ada beberapa lebam di wajah suaminya itu.
"Kamu abis ngapain? Kok wajah sama punggung tangan kamu memar gini?" Tanya Sonia khawatir.
"Ada insiden tadi sedikit, tapi nggak papa kok."
"Nanti di rumah aku obati ya."
"Iya sayang."
Sonia yang tampak kelelahan menyandarkan kepalanya dan tertidur, kondisi jalanan saat ini juga begitu macet.
Sean mengusap wajah cantik Sonia, "capek banget ya?" Kata Sean sambil tersenyum, dia juga melihat di jari Sonia ada beberapa luka, seperti luka kena pisau saat bekerja tadi.
Sean menggenggam tangan Sonia dan menciumnya berkali-kali. Sean tidak langsung menuju ke rumah, dia mengajak Sonia untuk makan dulu di cafe langganan mereka, dia yakin kalau Sonia pasti sangat lapar. Sean memarkirkan mobilnya dan membangunkan Sonia.
"Sayang bangun." Sonia mengerjapkan mata dan melihat ke sekeliling.
"Kenapa disini?" Tanya Sonia.
"Kita makan dulu." Sonia mengangguk dan keluar dari mobil, mereka memasuki cafe sambil bergandengan tangan.
Sean memesan beberapa makanan dan juga minuman.
"Kamu tau ngak, tadi ada pelanggan aku yang nanyain kamu loh." Kata Sonia.
"Siapa?" Tanya Sean cuek.
"Namanya Anna, kamu kenal?" Sean sedikit berpikir, dia tidak mengenal perempuan bernama Anna.
"Siapa tu?" Tanya Sean.
"Ya mana aku tau Sean, dia bilang kalau dia itu teman kuliah S2 kamu dulu di New York. Dia cantik, wajahnya blasteran dan juga setinggi aku." Sonia menjelaskan ciri-ciri orangnya.
"Oh iya ya, aku ingat, di Indonesia dia ternyata."
"Dia mantan kamu ya waktu kuliah?" Tanya Sonia hati-hati, takut jika Sean marah.
"Enggak, cuma pernah dekat doang, nggak pacaran." Jawab Sean santai, ada rasa cemburu di hati Sonia saat ini pada Anna, mengingat jika Sean pernah dekat dengannya.
"Apa dia begitu spesial ya buat kamu sampai kamu dekat dengannya dan dia juga bilang kalau kalian sangat dekat dulu, pernah kamu jagain dia saat dia sakit." Jelas saat ini Sonia begitu cemburu. Sean yang akan menjawab perkataan Sonia terhenti karena pelayan datang untuk mengantarkan makanan.
"Kami lumayan dekat, ya waktu itu aku masih dalam tahap move on darimu." Jawab Sean santai sambil memakan makanannya.
Sonia terdiam jika sudah membahas masa lalu antara dirinya dan Sean. "Pantesan aja Sean marah dan dendam sama aku, begini rasa sakitnya kalau orang yang kita cintai dekat dengan orang lain." Batin Sonia.
Setelah beberapa menit duduk di cafe mereka memutuskan untuk pulang, "kamu ngak mau beli martabak dulu?" Tanya Sean.
Sonia hanya menggeleng dan sedikit tersenyum, Sean menyadari kalau saat ini istrinya tengah cemburu.
Sesampainya di rumah, Sonia langsung menuju kamarnya dan mandi, Sean pun demikian. Sean memasuki kamar Sonia, dia melihat istrinya sedang bermenung di balkon, Sean duduk di samping Sonia.
"Mikirin Anna?" Sonia menggeleng dan tersenyum.
"Anna bukan se spesial yang kamu pikirkan, dia hanya teman biasa bukan yang istimewa."
"Tapi kamu sampai jagain dia waktu sakit, dia begitu bahagia saat menceritakan ini padaku tadi."
"Namanya juga teman dan waktu itu aku juga lagi bete, makanya mau nemenin dia."
"Kamu pernah kasarin dia nggak?" Sean menatap Sonia.
"Ngapain kasarin anak orang yang nggak salah, emang kamu pikir aku ini gila."
"Hehe maaf." Sean mengerti dengan pertanyaan Sonia, dia mendekatkan wajahnya pada Sonia dan menempelkan bibirnya pada bibir ranum Sonia.
Sonia dan Sean begitu menikmati permainan mereka ditambah lagi langit saat ini cerah dan penuh bintang.
"Cuma kamu yang spesial Sonia dan cuma kamu yang bisa membuatku gila." Kata Sean di sela ciuman mereka, dia kemudian kembali mencium istrinya dan berakhir dengan tidur di kamar Sonia lagi. Ya walaupun tanpa melakukan hubungan halal mereka.
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.