ONS lalu punya anak, itu sudah biasa.
Salah kamar, dan saling berbagi kehangatan, lalu akhirnya hamil, itu juga sudah biasa.
Menjadi istri, dikhianati lalu memilih pergi saat hamil, itu juga sudah sering terjadi.
Lalu, kisah ini bagaimana? Hampir mirip tapi banyak memiliki perbedaan. Ayesha, dia sama sekali tidak menyukai pria itu. Malah bisa dikatakan dia begitu membencinya.
Namun kejeniusan si pria membuatnya terobsesi sehingga menginginkan benihnya.
Ayesha berhasil mendapatkan yang dia mau. Bocah kecil nan pintar lahir dari perutnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya resah. Anak itu terlalu mirip dengan si pria. Bahkan si anak yang cerdas itu tahu bahwa ada pria dewasa yang mirip dengan dirinya.
" Mom, apa dia Daddy ku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Itu Ayahku? 02
" Sayang, ehmm gimana kalau mulai sekarang biarkan Luna yang jadi direktur utama. udah lama kan posisi itu kosong. Sudah bertahun-tahun kamu nunggu, jadi udah waktunya buat ngasih itu ke Luna kan. Lagian Luna juga udah bantu kamu lama buat ngurus perusahaan."
Betrand Brahmana terdiam, dia tidak bereaksi sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh istrinya, Tania Wiraja.
Ia tahu betul apa yang dikatakan oleh Tania memang benar adanya, posisi direktur memang sudah lama kosong karena posisi itu Betrand peruntukkan untuk putri sulungnya. Dan saat ini memang seharusnya diisi karena dewan direksi pun menginginkan itu.
Akan tetapi Betrand masih tidak bisa melakukannya. Meskipun sudah bertahun-tahun lamanya, ia tetap masih tidak ingin memberikan posisi itu kepada orang lain, sekalipun itu adalah Luna yang merupakan putri keduanya.
Tania mendengus kesal melihat Betrand yang sama sekali tidak bereaksi atas permintaannya. Ia pun memilih untuk pergi meninggalkan ruangan suaminya itu dan menuju ketempat dimana putrinya berada.
Luna, gadis 25 tahun itu ternyata sudah menunggu kedatangan Tania. Raut wajahnya menjelaskan tentang rasa penasaran dan tidak sabar mendengar cerita dari sang ibu.
" Gimana Ma, apa Papa bakalan ngasih posisi itu ke aku?"
Tania menggelengkan kepalanya, sebagai tanda apa yang diinginkan Luna tidak terpenuhi.
" Ughh, sialan. Kenapa sih, lagi-lagi karena dia kan. Nggak tahu juga dia masih hidup apa mati. Kenapa sih Papa masih mikirin dia. Ayesha, samapi kamu ngilang juga tetep aja bikin aku nggak tenang."
Amarah meliputi diri Luna saat ini. Ia ingin sekali bisa meluapkannya. Namun tentu saja tidak bisa. Dia tidak ingin membuat image nya hancur. Citra sebagai putri kedua Brahmana yang lembut, perhatian, sayang keluarga dan manis sudah ia bangun dengan sekuat tenaga. Maka dari itu dia tidak akan mencorengnya walau hanya sedikit saja.
Ia sudah berhasil membuat publik lebih condong kepadanya ketimbang Ayesha, kakaknya. Maka dari itu dia harus bertahan sedikit lagi untuk bisa mendapatkan seluruh keinginannya termasuk perusahaan.
Apalagi Luna tahu betul bahwa Ayesha sama sekali tidak tertarik dengan perusahaan. Kakak perempuannya itu lebih suka berkecimpung di dunianya sendiri yakni dunia science.
" Jadi kapan kiranya Papa bakalan ngasih posisi itu ke aku. Atau kita buat aja seluruh perusahaan ini jatuh ke tangan kita Ma."
" Sabar sayang, sabar sedikit lagi aja. Kita nggak bisa buru-buru. Kamu percayain ini semua sama Mama. Mama akan membuatmu menjadi pemilik Brahmana Grup. Satu-satunya pemilik, ya seperti itu."
Meskipun Luna tidak tahu apa yang tengah dipikirkan oleh Tania, tapi dia yakin bahwa ibunya akan melakukan apapun untuk membuat keinginannya jadi nyata.
Cara pertama sudah berhasil yakni menyingkirkan Ayesha. Maka cara selanjutnya pun pasti akan berhasil juga.
" Aah Mama punya ide, sini Mama bisikin."
Luna mendekatkan telinganya kepada Tania. Sebuah rencana dibisikkan oleh wanita paruh baya itu. Dan Luna tersenyum lebar sembari mengangguk. Dia terlihat senang dengan rencana dari sang ibu.
" Aah wajahmu memerah sayang, Mama tahu apa yang diinginkan oleh putri Mama."
" Makasih Ma. Mama memang yang terbaik. Aku sayang Mama."
Greb
Luna memeluk Tania dengan erat. Dia selalu bisa percaya dengan apa yanh ibunya lakukan. Karena semua sesuai dengan apa yang dia inginkan termasuk apa yang baru saja dibisikannya.
Memang tidak ada ruginya bersikap layaknya anak perempuan yang manis dan lembut. Semua menjadi bersimpati, dan juga pandangan publik selalu baik terhadapnya. Maka Luna harus menjaga imagenya itu agar terus mendapatkan perhatian.
***
Makan malam keluarga Brahmana, Betrand tidak datang ke ruang makan dan mengurung dirinya di ruang kerja. Luna sedikit menaruh perhatian tapi agaknya Tania tidak peduli. Wanita itu bahkan begitu tenang menikmati steik tenderloin dengan segelas red wine.
Luna mengernyitkan keningnya, Tania seperti acuh dengan keadaan Betrand. Padahal tadi asisten pribadi Betrand berkata bahwa hari ini pria itu sedang dalam kondisi tubuh yang tidak baik.
" Ma, apa Mama nggak mau nemenin Papa?"
" Ngapain, biarin aja. Setiap tahu pada tanggal ini kan dia emang begitu."
" Aah, tanggal itu ya "
Luna langsung terdiam, tapi dia mencengkeram erat pisau dan garpunya. Ya setiap tahun di bulan dan tanggal yang sama, Betrand selalu bersikap demikian. Dan Luna tahu persis apa penyebab nya.
" Gimana orang yang udah mati bisa buat orang hidup begitu. Dan sekarang kan udah ada Mama. Ngapain Papa masih kayak gitu."
" Biarin aja. Toh wanita itu kan udah mati dan Mama lah pemenangnya sekarang. Nggak mungkin kan Mama kalah dengan orang yang udah mati."
Begitulah jawaban acuh tak acuh dari Tania. Memang kelihatannya seperti dia tidak peduli tapi dalam hatinya tidak demikian. Selama ini dia bisa memakai topeng teba di depan semua orang termasuk Luna, putrinya. Aka tetapi dia tidak bisa membohongi hatinya sendiri bahwa dia sangat sakit hati dan juga cemburu dengan yang katanya wanita yang sudah mati itu.
Betrand, pria yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu tetap masih mencintai wanita itu. Keberadaan Tania di hatinya seakan hanya secuil saja. Padahal mereka sudah hidup bersama selama lebih dari 20 tahun.
" Brengsek kau Betrand. Kau selalu kayak gini."
Tania melangkah cepat menuju ruang kerja Betrand sesuai maka malam yang hanya berdua dengan Luna. Kali ini dia merasa tidak tahan dengan perilaku Betrand.
Braaak
" Sampai kapan kamu mau kayak gini Betrand! Sampai kapan hah!"
" Tck, jangan berulah Tania. Pergi dari ruangan ku sekarang juga!"
" Brengsek!"
TBC
saya mohon maaf untuk bagian yang ternyata absurd ini.
agaknya saya kurang reseach di bagian ini karena terburu" guna pengembangan alur.
terimakasih untuk kritik dari teman", semoga kedepannya saya bisa lebih hati" dalam membuat adegan demi adegannya.
tapi sungguh saya senang karena teman" mengoreksi. itu akan saya jadikan sebuah pembelajaran agar lebih hati" ke depannya.
sekali terimakasih ya.
🤗🤗☺🙏🙏
terimakasih kk author 🙏