Dahayu gadis manis dari desa berniat mengadu nasib ke kota.untuk memperbaiki ekonomi dan juga biaya pendidikannya.namun selain itu ada hal yang lebih penting untuk dia lakukan yaitu membalaskan dendam atas rasa sakit yang ibunya terima pada seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sari Buah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 6
Malam ini rumah Tuan Dariano tampak ramai,dikarenakan kedatangan kedua orang tuanya.diruang keluarga mereka biasa berkumpul,mengobrol,bercanda, dan santai bersama yang lain.
beralih kesebuah kamar dirumah tersebut.tampak seseorang sedang bertukar suara dengan sipenelpon.entah apa yang mereka bicarakan yang jelas suatu rahasia.
"Ini baru awal masih ada yang selanjutnya,tunggulah kehancuranmu,akan aku beritahu bagaimana rasa sakitnya kami"ucap seseorang setelah dia mematikan telponnya.
"Ayu Nyonya Utari meminta untuk dibuatkan minuman,aku sudah menaruh kertas pesannya di dapur,harus sesuai dengan yang kutulis ya"perintah Minar seorang maid senior,yang suka merintah se enaknya pada maid yang lainnya.
"Iya mbak,dilaksanakan"patuh Dahayu,dari pada dia terkena nyinyiran Minar,lebih baik di iyakan saja.
Di dapur tampaknya sudah sepi,tak terlihat lagi bayangan seorang maidpun.saat sedang fokus membuatkan teh hangat ada seseorang yang mengejutkannya.
"setelah kami selesai berkumpul diruang keluarga,temui saya diruang kerja saya kamu tahu tempatnya kan ?"Titah orang itu setelah nya ia pergi dari situ tanpa mendengarkan jawaban sang lawan bicara.
"Kenapa apa dia mengetahui sesuatu tentang ku"gumaman kecil terdengar dari mulut Dahayu.
Setelah selesai dia mengantarkan pesanan minuman itu dan juga cemilan ringan ke ruang keluarga.setelahnya ia izin kembali kedapur.dengan membukuk penuh hormat.
SKIP
TOK !
TOK !
TOK !
"Tuan ini saya Dahayu,izin masuk"setelah mengetuk pintu Dahayu meminta izin untuk masuk.menunggu beberapa saat sampai sebuah suara menyuruhnya masuk.
Asik melamun memikirkan apa yang akan dia katakan.lama melamun sampai suara ketukan pintu terdengar menyentak lamunannya "Masuk !"
"apa ada yang bisa saya bantu Tuan ?"tanya Dahayu pada Tuan Dariano.tanpa menunduk dan melihat tepat pada manik matanya yang terlihat mirip dengannya.
"siapa kamu sebenarnya Ayu ?,kenapa wajah mu mirip sekeli dengan seseorang yang saya kenal"pada akhirnya kalimat itu keluar juga.setelah membaca map hasil pencarian tentang masa lalunya dia sama sekali tidak percaya bahwa mereka telah tiada,akibat kebakaran.rumah sederhana yang dulu dia tinggalkan beserta istri dan dua orang anaknya,kini telah rata dengan tanah.
"Maaf tuan saya bukan siapa-siapa,saya hanya seorang maid.bukankah didunia kita memiliki kembaran walau tak sedarah Tuan"jawab Dahayu dengan tenang walau hatinya sakit,meski sudah didepan matanya,orang ini tidak mengenalinya.apakah semudah itu melupakan seseorang yang kita sayangi.
"iya saya tahu,tapi tetap saja.setiap melihat kamu hati saya yang kosong seperti terisi sesuatu dan menghangat"entahlah setiap dia menatap mata Dahayu seperti mengingatkannya dengan seseorang yang sudah dia tinggalkan.
"jikapun iya saya bagian dari orang itu apa yang akan anda lakukan Tuan ?"tanya Dahayu penasaran dengan tindakan apa yang akan diambil oleh orang didepannya.
"entahlah mungkin saya akan sujud dan meminta maaf pada nya.meski tau kalau maaf saja tidak bisa menyembuhkan luka yang saya torehkan"jawaban mengambang Tuan Dariano berikan.dia tidak yakin kalau maafnya akan diterima begitu saja setelah apa yang dia buat pada mereka.
"jika Tuan berkenan,Tuan bisa bercerita pada saya,berbagi cerita siapa tahu dengan begitu bisa mengurangi beban pikiran Tuan.maaf jika saya lancang Tuan"Pinta Dahayu yang langsung tertunduk takut akan amarah Tuan Dariano,lumayan juga jika Dariano mau terbuka dengannya jadi dia tahu apa alasan orang ini meninggalkan ibunya.
"tidak apa-apa,aku tidak akan marah.iya jika aku sudah siap aku akan bercerita pada mu nanti.sekarang aku akan bertanya,kenapa kau tidak fokus saja untuk kuliah ?"tanya Tuan Dariano,entah kenapa dia jadi banyak bicara sekarang.