“Ah. Jangan tuan. Lepaskan saya. Ahhh.”
“Aku akan membuatmu mendesah semalaman.”
Jasmine Putri gadis kampung yang berkerja di rumah milyarder untuk membiayai kuliahnya.
Naas, ia ternoda, terjebak satu malam panas bersama anak majikannya. Hingga berakhir dengan pernikahan bersama Devan anak majikan tampannya.
Ini gila. Niat kuliah di kota malah terikat dengan milyarder tampan. Apakah Jasmine harus bahagia?
“Aku tidak akan pernah menerima pernikahan ini,” tekan Devan frustasi menikah dengan pelayan.
“Aku harus menemukan dia.” Kenang Devan tentang gadis misterius yang menyelamatkan tiga tahun lalu membuatnya merasa berhutang nyawa.
Bagaimana pernikahan Jasmine dengan Devan anak majikannya yang dingin dan jutek namun super tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Wawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Jalan
“Iya kita akan jalan-jalan, perkerjaanku juga udah selesai. Aku akan siap-siap. Kita ketemu satu jam lagi di mall. Ingat kau harus mentraktirku sampai aku puas. Aku akan makan yang banyak,” ucap Jasmine di balik telepon.
“Iya. Bawel banget, udah kaya mc kondangan. Kau tenang saja. Apa-pun yang kau inginkan akan aku turuti.”
Wajah cantik Jasmine terhiasi senyuman menggembang. Yess hari ini dia akan jalan-jalan melepaskan penat bersama dengan Luna sahabatnya.
“Cepat bersiaplah. Awas saja kau sampai terlambat.”
“Oke.”
Hari ini adalah minggu waktu yang di sepakati Jasmine dan Luna untuk jalan-jalan.
Jasmine menutup panggilan segera bersiap. Semangat sekali dia. Setidaknya untuk beberapa saat terbebas dari Devan.
Setelah bersiap dengan pakaian Jasmine kini telah berada di depan kaca merapikan rambutnya. Sembari senyum tak surut dari wajah. Uhg, bahagianya membayangkan ayam goreng bertabur tepung.
Tring ...
Satu notifikasi pesan masuk ke dalam ponsel Jasmine. Perempuan cantik ini pun meraih ponselnya.
Senyum di wajah Jasmine seketika surut membaca pesan. Ini gila.
Dalam satu menit ke kamarku sekarang juga.
Oh astaga, pemuda menyebalkan itu. Dia tidak tahu ini weekend waktu untuk bersantai.
“Ada perlu apa lagi dia?” decak Jasmine kesal memasang wajah memberengut.
Jasmine menghela napas kemudian melangkah cepat menemui Devan dari pada membuat pemuda itu murka.
Tak beberapa lama Jasmine telah berada di kamar pemuda menyebalkan itu. Devan sedang duduk di sofa melipat tangan seperti memang sengaja menunggu Jasmine.
“Ada apa tuan?” sapa Jasmine dengan senyum palsu. Padahal sedang mencoba menahan rasa kesal untuk pemuda menyebalkan yang ada di hadapan.
Devan bangkit. “Ikut aku!” titahnya. Kemudian melangkah.
Tanpa kata Jasmine mengekori Devan menuju sebuah tempat. Ruangan yang terlihat banyak rak buku.
“Bersihkan ruang kerjaku. Sekarang juga!” titah Devan santai.
What ...
Jasmine membulatkan mata, tercengang. Oh, astaga dia mendapatkan tugas dari Devan di hari libur ceria ini.
Jasmine masih terdiam mematung tak bergerak dari tempatnya. Rasanya kali ini dia enggan untuk melakukan perintah Devan, ini tugas yang sulit. Lalu bagaimana dengan jalan-jalan menyenangkan yang telah ia rajut dengan Luna.
“Ada apa? Kenapa kau diam saja!” ujar Devan saat melihat Jasmine belum beranjak.
“Tapi tuan ...” Jasmine belum menyelesaikan kata.
“Kau tidak ingin melakukannya!” potong Devan.
“Baiklah kalau kau menolak itu berarti kau sudah ingin pergi dari rumah ini,” telak Devan membuat Jasmine gelagapan. Tentu saja Jasmine tak ingin itu terjadi.
“Tidak tuan. Saya akan mengerjakan perintah tuan," ucap Jasmine segera bergerak membereskan ruangan.
Ahh. Dia tidak bisa melakukan apa-pun di hadapan Devan selalu tak berdaya.
Sedangkan Devan senyum penuh kemenangan menghiasi wajahnya.
Jasmine bergerak cepat membersihkan ruangan sesuai perintah Devan. Oh semoga saja masih sempat untuk jalan-jalan bersama dengan Luna.
Sementara itu Devan membuang napas kasar mengamati Jasmine yang sedang menjalankan perintah. perempuan yang ada di pandangannya ini belum juga menyerah. Oh, sial.
“Pelayan ini sangat gigih. Dia belum menyerah juga. Padahal aku sudah menindasnya, menghinanya. Dia benar-benar tidak peduli dengan apa yang aku katakan,” batin Devan putus asa. Menatap Jasmine yang telah bersusah payah.
“Seranganku harus semakin gencar, dia harus menyerah,” gumam Devan memasang wajah kesal.
“Bersihkan semua dengan benar. Jangan sampai ada debu yang tertinggal satu pun,” perintah Devan. Meneliti ke arah Jasmine yang sedang melap rak buku dari debu.
“Baik tuan,” balas Jasmine semakin mempercepat gerakannya. Jasmine sedang memburu waktu.
“Baik tuan. Apa hanya itu yang bisa dia katakan. Dia tak pernah membantah. Sangat patuh.” Devan berdecak kesal.
Devan terus memperhatikan Jasmine sembari pikirannya mengudara mencari ide apa yang akan membuat perempuan itu menyerah.
Suara ketukan membuat perhatian Devan tersita. Seorang pelayan masuk.
“Tuan,” sapa pelayan wanita itu dengan kepala tertunduk penuh hormat.
“Ada apa?”
“Nona Raline datang berkunjung,” ujar pelayan.
“Raline,” ulang Devan dengan senyum terulas. Pemuda itu bangkit akan bergegas menemui perempuan bernama Raline teman bermain sejak kecil.
“Selesaikan tugasmu,” tekan Devan dengan mata memicing tajam pada Jasmine sebelum keluar dari ruangan.
Tubuh Jasmine merosot lemah saat bayangan Devan telah menghilang dari ruangan.
“Ahh, Dasar menyebalkan sekali. Jangan-jangan tuan Devan, nasab keluarganya masih nyambung dengan Firaun. Tega dan kejam banget,” omel Jasmine hanya itu yang bisa ia lakukan.
“Ahh. Luna bagaimana ini?” keluh Jasmine putus asa.
pelabuhan terakhir cinta Nathan Wang