Apa jadinya seorang desainer bernama Elania, dan pria barista yang bernama Shin tersebut, sama - sama memiliki rahasia besar didalam hidup mereka.
Dipersatukan oleh Shin yang ternyata mencintai Elania secara diam - diam, lalu bagaimana perjalanan kisah ujian cinta mereka, dan kehidupan rahasia keduanya.
Akankah berjalan sesuai kehidupan cinta pada umumnya ataukah sebaliknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Piitaloka_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Sesampai didepan supermarket disitu, Elania pun turun dari mobil, dan masuk kedalam disusul pula oleh Shin.
"Mau beli apa kak"
"Minuman, kau sendiri"
"Hehe... Samaan dong"
Disitu keduanya sama - sama menggambil minuman dilemari pendingin sebari saling terkekeh.
"Kak, bagaimana kalau kita sekalian makan ramen disini. Apalagi setelah membopong itu orang - orang apa nggak sekalian kita mengistirahatkan diri" ujar Shin
"Hmm... Kurasa kau ada benarnya deh, baiklah mari kita nikmatin makan ramen diluar situ"
Atau bisa dibilang supermarket tersebut menyediakan persediaan air panas instan, yang dibuat untuk para pembeli yang akan makan didalam ataupun depan supermarket yang memang disediakan meja kursi untuk pembeli.
Ketika akan melakukan transaksi pembayaran terlebih dulu, Elania akan menggeluarkan kartu nya untuk pembayaran kekasir, disitu Shin sudah lebih dulu menghalangi nya dengan menyerahkan kartu debit nya kearah kasir.
"Kak... Tidak perlu"
"Tidak apa.. Anggap aja ini sebagai bayaran setelah kau membantu aku menolong anak - anak kobam tadi"
"Tapi kak kau tidak seharusnya membayar ku, aku memang ditugas kan oleh kak Miura untuk membantu mu. Sudah mas punya ku saja" menyerahkan kartu nya
"Huft.. Ya sudahlah terima kasih banyak ya"
"Hehe... Tidak apa kok kak" senyum malu sebari mengaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal
"Kalau begitu mari kita buat dulu mienya" memegang kedua mie pilihan mereka tadinya
....
Berbeda halnya, Mina yang sudah menggantarkan pasien kobam terakhir nya yaitu Hana dimana teman nya ini begitu banyak aksi reog yang diluar nalar bagi dirinya.
Lalu berkat bantuan orang aneh bagi Mina yaitu bang Takashi membuat nya sedikit ringan untuk membawa wanita kobam ini.
"Lala~ hei! Kau kenapa jelek sekali muka mu kok berbeda dengan satunya, apa dia tidak mau dengan putri cantik sepertiku" ucap Hana sebari menoleh kearah Takashi "Kemana dia~ arghh... Aku kangen ahh... haruskah dia kujadikan pangeran dihatiku bukan dirimu monyet"
"Ish.. Nih anak, nyebelin amat omongan nya" batin Takashi yang kesal kepadanya
Sedangkan Mina yang berada di rangkulan tangan sebelah Hana, membuatnya hanya dapat menahan kekehan yang dibuat oleh teman nya.
"AKU MAU PANGERAN KU BUKAN MONYET SEMACAM INI YA TUHAN..." teriakan nya sebari menjambak rambut Takashi
"ARGH~ LEPASIN SAKIT BODOH! AHH HONEY TOLONG AKU" berteriak kesakitan
Melihat Hana yang terus menerus menarik rambut Takashi membuat Mina merasa bingung, melihat karena kasihan pun Mina akhirnya dengan gesit dirinya mencoba menarik tangan teman nya dari rambut Takashi yang tengah kesakitan.
Setelah di rasa sudah dilepaskan tangan Hana, disitu alangkah keduanya terkejut ketika melihat digenggaman Hana ada banyak sehelai rambut Takashi sontak membuat kedua terdiam.
"Mm... Apa kau baik - baik saja bang"
"Rambut ku~" sebari beraut sedih "Botak lah sudah rambut indahku ini"
"Ah.. Kurasa tidak sampai harus botak juga kok bang" senyum canggung
"Tapi aku tetap tampan kan honey"
Mina seketika hanya mengkerut kan kening dan menyipitkan matanya, seolah risih dengan adanya sikap Takashi yang terlalu kekanakan.
"Apa boleh kita pulang sekarang" bergegas masuk kebelakang mobil Takashi
"Loh kenapa dibelakang honey kan bisa kamu duduk disamping ku cantik"
"Jalan atau saya yang keluar dari sini"
"Ah tidak - tidak, kau tetap lah disitu honey. Aku tidak masalah yang terpenting aku dapat menggantarkan dirimu dengan selamat"
Mina hanya dapat menghela nafas melihat tingkah pria tua didepan ini, ia hanya dapat diam berwajah dingin seolah itu sebagai tanda kekesalannya. Tetapi tidak untuk Takashi yang tak peduli penilaian wanita yang disukai nya terhadap dirinya karena ini adalah bentuk kasih sayang nya kepada wanita pujaan nya tersebut.
...
Berbeda halnya Elania dan Shin yang tengah menikmati secup mie, didepan meja yang disediakan oleh pihak supermarket nya sendiri.
Ditengah makan, tiba - tiba ada seorang yang mendekati meja mereka.
"Eh apa benar kamu Shin Alves?" tanya seorang perempuan berambut panjang
Shin hanya menganggukkan kepala karena dirinya tengah mengunyah makanan, sedangkan Elania hanya makan sebari menikmati interaksi keduanya.
"Maaf menganggu, oh my goddness! Benarkah kau Shin anak kelas 11 A sekolah High Internasional Japan kan"
"Iya, memang nya kenapa ya?"
Seketika gelagat perempuan ini langsung nervous dalam waktu sekejap, sedangkan Elania merasa terkejut saat perempuan asing ini menyebutkan sekolah nya.
"Tunggu jadi kamu anak HIJ?" (atau singkatan bagi anak dulu kepada sekolahnya)
Shin hanya tersenyum lalu menganggukkan kepala, sedangkan perempuan asing ini lalu dibuat terkejut juga ketika melihat Elania.
"Astaga! Apa kamu kak El anak tingkat yang dulu ditembak anak basket waktu itu"
"Ah i- iya ish.. Kenapa yang dikenal selalu itu sih huh.. Menyebalkan" gerutuan Elania sampai membuat Shin hanya terkekeh dibuatnya
"Kak Shin apa boleh aku berfoto denganmu?"
"Oh boleh saja"
Disitu fans Shin pun begitu antusias sekali, sampai tersadar ketika kedua nya berfoto, Shin seperti terasa tidak asing pada mobil hitam yang tak jauh dari sana, melihat plat nomor yang dikenali nya membuatnya langsung bergegas pergi sebari menarik tangan Elania.
"Ayo kak, kita pergi dari sini"
"Eh tunggu - tunggu memang nya ada apa? Ini makanan sama minuman nya belum habis tau"
Seketika Shin membantunya untuk membawakan sisa makanan nya dan sebotol minumannya, sedangkan fans nya sendiri masih kebingungan.
Melihat Shin telah memasuki mobil bersama Elania, membuat fans tersebut langsung tersadar akan gandengan diantara keduanya.
"Oh ya ampun apa benar mereka saling berpacaran, astaga masa sih idola ku berpacaran dengan kakak tingkatku, OMG... Hancurlah sudah impian ku" ucap si fans dengan berwajah sedih
.....
Didalam mobil Shin pun mengendarai mobil Elania dengan kecepatan tinggi membuat si pemilik merasa kebingungan, apa yang sudah terjadi kepadanya.
"Apa yang telah terjadi Shin" sebari menepuk pundaknya "Apa ada suatu hal yang membuatmu terganggu"
Melihat di spion nya sudah tak lagi di ikuti, Shin pun langsung menepikan mobil nya ditengah batas jembatan laut.
"Kak maaf" menunduk sedih
"Tak apa sekarang boleh kah aku memintamu untuk menghembuskan nafas, dan keluar kan secara perlahan lewat mulutmu" sebari mengelus dadanya perlahan agar sedikit tenang
Shin pun mengikuti intruksi dari Elania, membuatnya sedikit tenang.
"Kurasa sudah cukup, sekarang apa yang membuatmu sampai pergi dari sana, apa yang sudah membuat dirimu panik seperti itu"
"Maaf kak, aku tidak sengaja melihat..." "Ah ya, melihat ada beberapa foto yang tak sengaja aku lihat di tatto nya tadi membuat ku langsung ketakutan kak"
"Memang nya tatto apa?"
"Merak merah, aku takut kepada tanda itu kak" merintih kesakitan
"Sudahlah, lanjutkan saja ini makanan sisa. Sayang tau kalau tidak dihabiskan"
"Kamu benar kak"
Mereka pun langsung menikmati kembali makanan tersebut.
...
Beda halnya dimobil sport hitam tengah ketinggalan jauh dengan mobil butut, membuatnya semakin geram akan dibuatnya.
"Sial!"
Pria tersebut langsung menghubungi seseorang dibalik ponsel nya.
"Halo maaf kan saya bos, saya sudah kehilangan jejak tuan muda"
"Huh! Kenapa bisa aish! Yasudah lanjutkan penyelidikan keduanya esok hari, dan kuminta jangan sampai dirimu harus kehilangan jejaknya kembali"
"Baik bos, saya berjanji akan membongkar identitas semua tentang kegiatan tuan muda"
Lalu dirinya merasa kalau ponselnya telah ditutup secara sepihak oleh bosnya tersebut.
...
Sedangkan didalam gedung perusahaan sendiri seorang pria paruh baya tersebut tengah menatap foto keluarga yang harmonis.
"Aku tidak tau, apakah keluarga ini akan men setujui mu dengan wanita pilihan mu itu ataukah kau akan bernasib sama seperti putraku. Kita lihat saja tuan Alves apakah putramu itu akan bernasib sama, seperti putraku si pengecut itu nanti nya"
Bersambung...