Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Change
Melangkah memasuki rumah yang cukup luas. Matanya menelisik mengamati motor sang kakak yang telah terparkir.
Bermain basket? Itu hanya cara mereka berkelahi tanpa saling memberikan cidera fisik. Sialnya dirinya kalah, ingin tertawa dalam tangis rasanya. Menghela napas, memasuki rumah, beberapa pelayan yang berpapasan dengannya menunduk memberi hormat.
Hingga langkahnya terhenti menatap ke arah Dio yang mengenakan kacamata baca, sedikit melirik padanya."Almira menghubungimu berkali-kali. Kenapa tidak mengangkatnya?"
"Kakak pergi bersama Almira lagi?" Tanya Derio menghela napas kasar.
"Itu karena dia menghubungiku. Kamu tidak menjemputnya... dia---" Bentakan Dio disela.
"Ambil saja..." Ucap Derio tertunduk dengan suara bergetar, jemari tangannya mengepal, air matanya mengalir.
"Kamu bilang apa?" Tanya sang kakak mungkin tidak mendengar dengan jelas kata-kata adiknya.
"Kakak ambil saja!" Kali ini Derio yang membentak. Menghela napas kasar menurunkan sedikit nada bicaranya."Aku merasa rendah diri! Kalian bahkan pernah tidur bersama walaupun itu karena pengaruh alkohol. Karena itu, beberapa hari lalu aku sempat ingin melecehkan Almira di perpustakaan."
"Br*ngsek!" Dio menarik kerah pakaian adiknya.
"Br*ngsek? Aku bahkan belum sempat melakukannya sepenuhnya! Ada orang yang memasuki perpustakaan. Tapi kalian? Bukan hanya pernah melakukannya, kakak memberikan perhatian padanya melebihi aku yang kekasihnya. Kakak selalu melukai diri kakak sendiri, hanya karena mengalah padaku. Kakak tau, kehilanganmu lebih menyakitkan daripada tidak dapat bersama dengan Almira..." Ucap Derio mengeluarkan hal yang disimpannya selama beberapa bulan ini.
"Derio..." Dio tertegun sejenak. Hubungan dirinya dan sang adik memang benar-benar menjauh beberapa bulan ini. Hanya karena mencintai orang yang sama. Apa mengalah adalah jalan yang terbaik? Tidak, itu hanya akan semakin menyakiti Derio.
"A...aku lebih baik tidak memiliki Almira. Daripada tidak memiliki kakak." Dua kalimat terakhir, membuat tangan Dio lemas.
Bagaimana adik yang hanya berselisih usia satu tahun itu berlarian bersamanya kala usai mengerjai pengasuh mereka. Bagaimana sang adik membawa kue ulang tahun kecil saat dirinya dihukum, hingga mereka pada akhirnya dihukum bersama oleh sang ibu. Betapa selalu kompaknya mereka walaupun memiliki kepribadian yang berbeda.
"Kamu dapat memiliki keduanya, aku dan Almira..." Dio menitikkan air matanya, memeluk tubuh adiknya erat. Penuh rasa bersalah, merestui hubungan mereka. Tapi dirinya tetap bertemu dengan Almira.
Derio hanya menggeleng."Ada batas dalam kemampuan manusia. Aku tidak dapat memilih cinta yang akan menyakiti kakak."
"Omong kosong! Dulu kamu bilang akan mati tanpa Almira!" Sang kakak tersenyum, namun air matanya tetap mengalir.
"Aku tetap hidup. Lagipula adikmu ini pria paling populer. Akan ada banyak wanita yang mendekatiku." Celoteh Derio, melepaskan pelukan Dio."Kakak, cepat atau lambat aku mungkin dapat belajar mencintai wanita lain."
Beberapa bulan ini bersaing, begitu melelahkan. Bahkan kala kakaknya mengalah, ini menjadi begitu menyakitkan. Sekarang Derio ingin melepaskan segalanya, wajahnya tersenyum merasa lebih baik.
Handphone milik Dio berbunyi, sebuah pesan masuk dengan cepat Derio merebut handphone milik kakaknya."Ini yang namanya tidak saling mencintai?" tanya sang adik terkekeh melihat pesan dari Almira.
Pada awalnya terasa menyakitkan. Tapi kala dirinya berfikir ini adalah milik kakaknya, segala rasa sakit itu lenyap.
"Derio kembalikan!" Perintah sang kakak. Tapi dengan cepat Derio menghubungi Almira kembali.
"Almira...Dio mencintaimu. Kalian selama ini saling menyukai bukan? Tapi tidak dapat bersama karena aku." Tanya Derio penuh senyuman, kala Almira mengangkat panggilannya.
Entah mengapa dirinya merasa lebih plong setelah melakukan hal gila ini. Bagaimana dirinya tidak mencintai Almira yang begitu cantik dan menarik? Bahkan wanita yang tidak tertarik pada uang, begitu berani mengganggu hidupnya.
Tapi sekali lagi, melihat sang kakak menderita. Itu lebih buruk, mungkin dirinya hanya dapat menganggapnya sebagai cinta yang berlalu.
Seperti kata Donat (Fiona), orang yang dirinya cintai adalah ice cream, sedangkan Dio adalah con-nya. Jika tidak sanggup menghabiskan ice cream sekaligus con-nya (menbuat saudara dan wanita yang dicintainya bahagia). Lebih baik tidak membeli ice cream.
"Derio?" Suara Almira terdengar bergetar, bagaikan ketakutan.
"Aku tau kalian menyimpan banyak rahasia di belakangku. Jika kakak membuatmu lebih nyaman, aku harap kalian dapat bersama." Ucap Derio tersenyum terus terang.
Berharap jawaban memuaskan akan didapatkannya dari Almira. Kakaknya lebih rupawan, memiliki bakat di bidang musik, artis dengan jutaan penggemar.
Tapi hal yang aneh terdengar."Derio! Aku hanya mencintaimu! Aku tidak pernah mencintai Dio!"
Dio yang mendengar segalanya tertunduk. Mereka baru saja makan di restauran ternama, bahkan berciuman. Apa Almira tidak memiliki perasaan yang sama padanya?
"Almira! Jangan pernah berbohong padaku---" Kalimat Derio yang ingin memutuskan hubungannya dengan Almira disela oleh sang gadis.
"Siapa yang menceritakan segalanya? Apa Dio? Dengar! Semuanya hanya kebohongan. Aku hanya mencintaimu percayalah. Aku tidak memandang kekayaan atau apapun yang kamu miliki." Kalimat dari Almira dengan suara bergetar, terdengar seperti menangis.
Hal yang membuat Derio mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan segalanya. Bukankah Almira mencintai Dio? Tidak cinta tapi berciuman. Tidak cinta tapi menerima apapun yang diberikan Dio.
Pada awalnya dirinya jatuh cinta pada Almira karena tidak memandangnya dari segi kekayaan. Tapi kini, semua keburukannya terpampang nyata.
Mata Derio melirik ke arah Dio mengingat mode load speaker yang digunakan olehnya. Dio tertunduk kecewa dengan jawaban Almira.
Tidak ada yang salah dengan dirinya dan Dio. Tapi Almira? Bagaimana memberikan harapan pada Dio, kala telah memilih seorang Derio. Hal yang membuat Derio yakin Almira lebih mencintai kakaknya. Sedangkan dirinya adalah orang ketiga.
Menghela napas kasar, bibirnya bergetar. Apa dirinya dan sang kakak akan diperdaya? Apa hati Almira sejatinya busuk?
"Mengapa kamu mencintaiku? Apa karena aku yang akan memegang perusahaan. Sedangkan kakakku memutuskan untuk pergi ke luar negeri memperdalam kemampuannya sebagai selebritis. Kamu menganggap Dio tidak memiliki masa depan?" Tanya Derio menahan emosinya.
Dirinya memang lebih pintar dibidang akademis dibandingkan dengan kakaknya. Tapi sang kakak memiliki bakat sebagai pencipta lagu, sekaligus meniti karir sebagai selebritis sesuai impiannya.
Karena itu sang ayah memang akan menyerahkan semua usahanya pada Derio. Sedangkan sang kakak lebih memilih hidup bebas.
Tidak ada jawaban sesaat. Nada bicara Almira bergetar membuktikan segalanya."Kamu salah paham! Bukan karena itu, aku benar-benar mencintaimu. Apapun yang diceritakan Dio---."
"Kita putus..." Dua kata mengakhiri segalanya. Derio mematikan panggilannya. Kemudian kembali menyerahkan handphone sang kakak.
Dio hanya tertunduk, tidak tau harus apa. Ini lebih menyakitkan, manakala sang adik memberikan Almira padanya. Tapi dirinya tetap ditolak?
Derio tidak tau harus bagaimana untuk menghibur kakaknya. Untuk pertama kalinya sang kakak jatuh cinta. Mungkin juga sama dengan dirinya. Tapi akhirnya seperti ini.
"Jangan difikirkan! Daripada mengincar gadis yang berpura-pura baik tanpa memandang harta. Lebih baik mencari wanita yang terang-terangan matre." Setidaknya Derio dapat kembali menjalin hubungan dengan Dio.
Dio mulai berusaha tersenyum."Ini menyakitkan," ucapnya memegang dadanya.
"Kita beli martabak. Martabak spesial, untuk mengobati hati yang terluka."
"Memang bisa?"
"Bisa! Donat yang bilang padaku!"
"Donat?"
"Dia teman baruku."
"Orang sepertimu bisa punya teman?"
Kakak beradik yang pada akhirnya bisa tersenyum. Walaupun sang kakak terlihat masih berusaha. Tapi adiknya benar, terkadang memang ada perasaan yang harus dilepaskan.
Sepasang kakak beradik yang pergi meninggalkan handphone mereka di atas meja. Setelah mengganti nomor Almira dengan nama kuntilanak.
Sekali, tidak! Beberapa kali handphone kakak beradik itu berbunyi dengan nama panggil kuntilanak.
rajin2 up nya
Masih greget rasanya...