Dalam rumah tangga, CINTA saja tidak cukup, ... Masih diperlukan kesetiaan untuk membangun kokoh sebuah BIDUK.
Namun, tak dipungkiri TAKDIR ikut andil untuk segala alur yang tercipta di kehidupan FANA.
Seperti, Fasha misalnya; dia menjadi yang KEDUA tanpa adanya sebuah RENCANA. Dia menjadi yang KEDUA, walau suaminya amat sangat MENCINTAI dirinya. Dia menjadi yang KEDUA, meski statusnya ISTRI PERTAMA.
Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.
Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie untuk menikah lagi. Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat.
Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Manaf memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.
Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAM LIMA BELAS
Bachrie baru akan mengatakan sesuatu, Fasha sudah lebih dulu pergi. "Tunggu, Sayang..."
Fasha berlari keluar lalu meraih sebuah mobil yang memang miliknya. "Aku tidak lebih baik dalam urusan ranjang."
Ah, Bachrie mengusap keningnya, ternyata Fasha sempat melihatnya bersama Azahra di dalam kamar utama mereka.
"Pantas saja dia bisa dua kali menggantikan aku di kamar utama. Kamu bahkan semangat sekali menyambut Azahra pulang. Ternyata service dia begitu lihai." Fasha tertawa karena begitu miris dengan nasibnya sendiri.
"Tidak begitu." Bachrie meraih lengan Fasha yang menepisnya. "Kamu kan lagi hamil, aku tidak mungkin memintanya padamu."
Brugh!! Tak peduli apa pun alibi Bachrie, Fasha masuk ke dalam mobil, dan bertolak berada kendaraan mewahnya.
Cukup, nyatanya saat bersama dirinya, Bachrie tak pernah memuji sedemikian hebatnya seperti ketika bersama Azahra.
Namun, juga yah, dia sudah harus bisa kuat menahan kecemburuannya. Semua ini demi pernikahan mereka yang tidak seharusnya dirusak dan dipisahkan oleh pihak ketiga.
Bachrie hanya mendengus. Seharusnya setelah kemarin berdamai dengan Fasha, dia tidak perlu menciptakan masalah kembali.
"Kenapa pergi lagi?" Fatima menatap bahkan sedikit memanjangkan lehernya demi bisa melihat berlalunya mobil Fasha.
"Fasha hanya mampir."
Bachrie masuk ke dalam rumah, dan mendapati Azahra berteriak histeris karena baru saja mendapatkan kiriman foto-.foto dari nomor asing. "Ini tidak mungkin!"
...][∆°°°°^°°∆°°^°°°°∆][...
Keesokan harinya. Makan malam ala King Miller digelar di hotel milik Millers corpora.
Mengingat kehamilan Fasha termasuk berita yang telah lama dinanti- nanti, seluruh keluarga besar Miller jelas diundang tanpa terkecuali.
Rumah kediaman Miller tidak sebesar keluarga crazy rich lainnya. Saat ada pesta yang melibatkan banyak tamu dari luar kota, keluarga Miller selalu mengadakan pesta di hotel yang masih diolah oleh perusahaan akomodasi yang dipimpin King Miller sendiri.
Fasha cantik dengan gaun berwarna peach lembut menyesuaikan dengan gaun yang digunakan para anggota perempuan keluarga Miller yang lainnya.
Para ipar yaitu Tyas dan Maureen, Aisha sang ibunda, bahkan Rachel; keponakan lucu Fasha yang masih tiga tahun, mengenakan dress yang senada dengan abaya Fasha.
Di tengah ballroom, Abah Sudjatmiko sudah memeluk King Miller bahkan keduanya saling mengucapkan selamat akan menjadi kakek satu sama lain sembari tertawa- tawa.
Yah, Abah terlihat amat sangat bahagia, malahan pria paruh baya itu sudah menghadiahi Fasha dengan sebidang tanah di Jakarta barat sebagai bentuk pedulinya.
Sayangnya, disaat seluruh orang bahagia, semua orang merapal doa, Ummi Fatima dan Azahra terlihat muram. Tak hanya keduanya, sedari tadi, Bachrie pun tampak mondar- mandir di lantai rooftop gedung ini.
Terpaan angin berembus kencang menyibakkan rambut pekatnya. Baru pertama kali ini, Bachrie sebegitu marahnya hingga semburat merah pun tampak jelas di wajah tampannya.
Bachrie sempat menghubungi Fasha agar mau datang ke lantai rooftop. Di sana Bachrie harap- harap cemas menunggu kehadiran istri pertama yang telah merenggut seluruh aset yang dia miliki hanya dalam waktu singkat.
Tibalah saatnya, Fasha keluar dari lift. Dan langsung melangkah mendekati Bachrie yang berdiri bersama dengan Azahra.
"Mas?"
Fasha mengernyit heran karena malam ini Bachrie menunjukkan kembali raut tidak ramahnya. Padahal, kemarin lelaki itu sempat menjadi amat sangat manis, bahkan begitu bersedia mengalihkan harta atas namanya.
Walau masih dalam proses, tapi pengacara sudah menerima permintaan Bachrie untuk memindahkan seluruh kekayaan atas nama Bachrie menjadi atas nama Fasha demi bayi dan keutuhan hubungan mereka.
Dalam artian, Fasha yakin jika kemarin dirinya berhasil membuat lelaki itu berada di bawah kendalinya. Tapi lihat, setelah beberapa saat saja bertemu dengan Azahra, wajah Bachrie sontak berubah.
"Ini apa?!" Bachrie melempar tumpukan foto- foto, mengenai wajah Fasha yang seketika terpejam dan terdiam tenang untuk sejenak.
Fasha menatap ke lantai, di mana wajah Gantara dan dirinya disatukan di dalam satu lembar foto yang sama.
Foto ketika Fasha dan Maureen berada di bengkel FSH, juga ada beberapa lembar foto yang membeberkan adegan saat Gantara menggendong Fasha di bandara.
"Jadi kepulangan mu kemarin bukan untuk kabur dariku, hm?" Bachrie terkekeh miris untuk kelancangan istrinya.
"Kepulangan mu ke Indonesia, hanya alibi kamu untuk bertemu dengan kekasih masa lalu mu?!" tuding Bachrie kembali.
Fasha hanya beristighfar mendapati tuduhan yang luar biasa jahat. Fasha yakin, ini semua tidak luput dari kelicikan seorang Azahra.
Wanita berbisa yang bertopeng wanita lemah lembut dan shalihah. Lihat saja cara Azahra menyeringai tipis- tipis di sisi Bachrie yang tengah dibaluti angkara.
Kasihan sekali, Bachrie lelaki berpendidikan tapi percaya pada wanita seperti ini. Fasha sampai tak bisa berkata apa- apa.
"Pakaian kamu sedang dalam kondisi basah, Fasha, tapi, kamu sengaja mendatangi sarang lelaki, kalian ngobrol intens, minum teh bersama, juga, ... peluk- pelukan!"
Bachrie sampai mengeluarkan air matanya, mungkin kecemburuannya sudah berada di level paling akut.
"Itu semua bisa Acha jelaskan."
"Apa lagi?!" sergah Bachrie. "Atau jangan- jangan benar dugaan Ummi, kamu bukan hamil anakku?!"
Sepertinya petir di siang hari tak lebih mengejutkan dari pada tuduhan yang Fasha dengar dari mulut Bachrie kali ini.
"Astaghfirullah, Mas!" Fasha menitihkan air mata yang sedari tadi berusaha ditahannya.
"Kamu membuat ku gila, Fasha!" Bachrie menjambak rambutnya sendiri dengan keras sembari melangkah bolak- balik kecemasan.
"Hanya untuk meminta mu tetap tinggal di sisi ku. Aku bahkan sudah memberikan mu segalanya! ... Segalanya Fasha! ... Tapi, inikah balasan mu? Berselingkuh!" tukasnya histeris.
"Kamu terhasut lagi, Mas!" Fasha yakin, ini semua bagian dari permainan Azahra yang memang amat sangat manipulatif.
"Kalau begitu, kita lakukan test DNA!"
"Aku tidak mau!" Fasha menolak secara terang- terangan.
Jelas saja, kehamilan ini didapat dengan cara yang tidak mudah, cukup lama penantian ini, maka takkan pernah Fasha biarkan bayinya mengalami apa- apa hanya karena test DNA.
Bachrie terkekeh miris. "Berarti benar kan, kau ada main dengan anak sopir itu?" teriaknya.
"Ini bukan perkara perselingkuhan. Ini perkara cara mu memandang harga diriku!" sergah Fasha tak kalah teriaknya.
"Apa harga diri masih pantas untuk seorang istri yang bertemu dengan lelaki lain tanpa izin suaminya?" Bachrie melempar satu foto yang menunjukkan keromantisan Gantara.
"Lihat, bagaimana cara Gantara memandangi mu dalam kondisi tertidur!" tambahnya.
Fasha tertawa kesal. "Foto ini mungkin diambil saat Acha pingsan di bandara! Dan, jelas ini perbuatan stalker yang mau kita berpisah! Siapa lagi kalau bukan Azahra!"
Fasha mundur dan reflek menutup wajah, saking traumanya pada layangan tangan Bachrie yang akhir- akhir ini mendarat di pipinya.
Bachrie mengepal tangannya untuk diturunkan kembali. "Aku hanya perlu pembuktian, Sayang. Tidak sulit test DNA."
"Bagaimana dengan Azalea?" Fasha memotong secepatnya. "Apa bayi itu juga tidak perlu pembuktian juga?!"
Azahra tampak mengepal tangan dengan bibir yang mengatup kuat seperti sedang menahan amarahnya di hadapan Bachrie.
"Cek lagi, seseorang yang pandai dalam membicarakan seks, mungkin juga bekerja di dunia hiburan dan tipu- tipu."
"Jaga bicara mu, Fasha!"
Kali ini Bachrie tak terima ucapan Fasha, karena jelas, Azahra saja ketakutan saat diteror dengan foto- foto ini. Bahkan sempat ingin menyembunyikan kebenaran darinya.
Namun, Azahra mengaku sudah tidak tahan mendapatkan teror foto-foto itu sehingga dengan terpaksa Azahra membeberkan ancaman seseorang pada Bachrie.
Ancaman agar Azahra menyuruh Bachrie menceraikan Fasha. Karena, seseorang itu akan segera menikahi Fasha secepatnya.
Siapa lagi yang bisa berbuat hal seperti ini jika bukan Gantara. Terlebih, dugaannya diperkuat dengan kedatangan lelaki itu yang tiba- tiba menghalau tamparannya.
Yah, belum sempat mendarat layangan tangannya. Gantara hadir menjadi garda terdepan, menghalangi wajah mungil Fasha yang sudah reflek menunduk takut.
Sungguh, Fasha trauma akan tamparan itu, Fasha tak pernah setakut ini pada suaminya. Fasha sampai lupa jika Bachrie, lelaki yang sama dengan lelaki yang menikahinya satu setengah tahun lalu.
"Kalian bersama di sini?" Bachrie terkekeh memandang remeh Gantara. "Untuk menertawakan aku, hm?"
Satu pukulan telah mendarat di wajah Bachrie dan dibalas dengan cepat hingga mengenai bagian ujung bibir Gantara. "Apa begini kamu memperlakukan istri mu?!"
"Sudah!" Guntur tiba di waktu yang sedikit lambat, beruntung Gantara telah datang lebih dulu karena sedikitnya itu yang membuat Guntur lebih lega.
"Apa-apaan ini?!"
Satu persatu, Rayyan, Syahrul, Nabeel berlarian datang. Beberapa menit yang lalu, orang- orang King Miller menginformasikan bahwa Fasha menuju lantai ini.
Bachrie menatap Rayyan. "Kakak mu selingkuh dengan mantan sopirnya!"
"Kamu akan menyesal sudah memperlakukan aku seperti ini, Mas!" Fasha berlari setelah tak cukup mampu menghadapi kegilaan suaminya.