Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Anindya membuka matanya saat merasakan berat disekitar perutnya, ia terkejut melihat seorang pria disebelahnya yang tampak nyaman memeluk dirinya. Seketika Anin teringat, semalam ia dan Arsen kembali berbuat dosa, ia kembali menyelami lautan penuh dosa itu bersama pria yang merupakan mantan bos nya secara paksa.
Anindya menangis, bahkan saat ini kondisi tubuhnya pun masih belum tertutup oleh apapun. Ia berusaha bangkit dengan memindahkan tangan Arsen perlahan, namun bukannya lepas pelukan itu justru semakin erat.
"Diam Assa." Tekan Arsen seketika membuat Anin terdiam.
"Pak, saya ingin mandi." Ucap Anindya semakin berusaha melepaskan pelukan pria itu.
Arsen membuka mata, seketika hawa dingin dan mencekam dirasakan oleh Anindya. Tenggorokan nya mendadak kering, wajahnya berubah pias dengan bibir yang gemetar saat Arsen bangkit dan beralih mengungkung dirinya.
"Kau membantahku, Assa?" tanya Arsen sudah berubah memanggil dirinya dari 'saya' menjadi 'aku'.
"Tidak, Pak. Saya hanya ingin mandi dan membersihkan diri saya," jawab Anindya tanpa menatap Arsen.
"Baiklah, kali ini aku akan memaafkanmu, tapi kita mandi bersama!" ujar Arsen kemudian bangkit dari ranjang dan langsung menggendong Anin.
"Pak, turunkan saya Pak, saya bisa sendiri!!!" teriak Anindya berusaha memberontak.
Arsen menulikan pendengarannya, ia membawa Anindya masuk ke dalam kamar mandi dan menurunkan nya perlahan.
"Isi bathub nya Assa, aku ingin berendam bersama mu." Pinta Arsen menunjuk bathub besar yang akan muat untuk dua orang.
"P-pak, saya mohon jangan." Pinta Anindya memohon.
Arsen menghela nafas kasar, ia lantas menarik pergelangan tangan Anindya hingga wanita itu mendekat tanpa jarak diantara mereka. Tangan Arsen yang lain merengkuh dan mengusap sensual pinggang ramping Anin.
"Aku memintamu mengisi bathub, bukan memintamu berdiri di arena perang. Kenapa kau selalu saja menangis, apa kau tidak tahu bahwa aku muak melihatnya!" tegas Arsen tepat di depan wajah Anindya.
Anindya tak mampu menjawab, ia hanya bisa memejamkan matanya dan kembali menangis tergugu mendengar teriakan Arsen dan meratapi nasibnya yang begitu buruk.
"Pak." Lirih Anindya berusaha melepaskan pelukan Arsen.
"Aku sudah habis kesabaran denganmu, Assa. Kau di baikin melunjak saja!" ujar Arsen lalu mendorong Anindya ke belakang hingga menyentuh dinding kamar mandi.
Anindya sedikit meringis saat merasakan sakit dipunggung nya, ia tersentak saat Arsen kembali mendekat dan memeluk pinggangnya lagi sebelum terasa hangat mulai menjalar dari air yang menyiram tubuh mereka berdua.
"Mulai hari ini, kau akan ikut bekerja di kantor sebagai sekretaris ku." Ucap Arsen dengan tangan yang sudah bermain-main didada Anindya.
"Ahhh … tapi saya tidak ah bisa Pak." Sahut Anindya seraya melenguh saat tangan Arsen semakin menjadi.
"Kau wanita yang pintar." Bisik Arsen kemudian mulai mencumbu leher putih mulus milik Anindya hingga meninggalkan bekas yang cukup besar dan banyak.
"Mhhhh … Pak, jangan, saya mohon!" pinta Anindya saat Arsen perlahan memasukan sesuatu ke miliknya.
"Bibirmu berucap begitu, tapi tubuhmu berkata sebalik, Assa." Bisik Arsen lalu mulai memompa tubuhnya di dalam tubuh Anindya yang tampak sesekali meminta berhenti dan berakhir pasrah kembali.
Satu jam mereka lalui di kamar mandi, setelah Arsen merasa puas dan Anindya merasa tak berdaya akhirnya mereka keluar. Anindya tak menolak saat Arsen menggendong dan membawanya keluar kamar mandi, karena jujur saja tubuhnya lemas semua.
"Pakai bajumu dan bersiaplah, kita berangkat ke kantor setelah sarapan." Ucap Arsen kemudian keluar dari kamar hanya dengan bathrobe di tubuhnya.
Dengan lemah, Anindya meraih paper bag berisi pakaian yang biasa seorang sekretaris kenakan. Ia memejamkan mata dan lagi-lagi menangis.
Katakanlah bahwa ia lemah tak bisa melawan semua perlakuan Arsen, sejujurnya ia bukan hanya pasrah dengan semua ini, tetapi ia memikirkan tentang penawaran Arsen yang ingin membantunya merubah kehidupan. Namun, ia juga bukan berarti menerima pekerjaan untuk memuaskan Arsen, andai saja pria itu bukan penggila hubungan suami istri, ia pasti akan menjalankan tugas nya dengan sangat baik.
Anindya selesai berpakaian, tampak baju yang dikenakan begitu pas dan cocok ditubuh Anin. Kemeja putih yang tidak menerawang dan rok span hitam diatas lutut yang membuat kaki jenjang dan bentuk tubuh Anindya terlihat jelas. Tak lupa dibagian wajah ia poles sedikit makeup yang ia bawa dan ada di kopernya, Anin terlihat cantik natural.
"Assa, apa kau sudah selesai?" tanya Arsen seraya membuka pintu kamar.
Arsen terdiam saat matanya menangkap penampilan Anindya, setelah beberapa saat Arsen berjalan cepat ke arah Anin dan langsung mencium bibir wanita itu dengan lembut.
Anindya terkejut, ia dengan segera mendorong Arsen menjauh dan melihat dirinya di cermin, lipglos pink yang digunakannya telah terhapus karena bibir pria itu.
"Tidak perlu pakai lipstik apapun karena aku pasti akan menghapusnya lagi." Bisik Arsen mengusap bibir Anin yang belepotan.
APA? GREGET SAMA ANIN? SINI TITIP PESAN BIAT AKU SAMPAIKAN SAMA DIA🤣🤣
To be continued