“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Status Baru.
Hari mulai gelap ketika Kevin dan Gadisya kembali tiba di rumah kecil yang menjadi tempat tinggal Gadisya, karena desa Sekar Kencana diapit oleh beberapa gunung, jadi seakan akan malam hari datang lebih cepat, padahal baru menunjukkan pukul enam belas petang.
Gadisya segera ke kamar mandi karena pagi tadi ia bahkan belum sempat mandi, ia juga teringat Kevin yang semalam tubuhnya ia baluri dengan minyak kelapa, pasti sekarang rasanya lengket sekali, gadisya pun berinisiatif merebus air hangat untuk kevin, agar ia bisa membersihkan dirinya.
Selama mandi pikiran Gadisya menerawang kemasa depan yang entah bagaimana wujud dan keadaannya, terus terang saja ia masih belum percaya bahwa kini statusnya telah berganti, jika semula ia hanya dokter yang bekerja di rumah sakit kecil di pedesaan, dengan gaji pas pasan, bahkan gadisya sudah pasrah jika suatu saat Tuhan memberinya jodoh seorang kepala petani, atau mungkin kepala desa.
Takdir Tuhan sungguh diluar dugaan, kini tiba tiba Tuhan menghadirkan dokter bedah sebagai suaminya, bukan sembarang dokter bedah, tapi dokter bedah dengan latar belakang keluarga konglomerat, tak tahu diri jika Gadisya berharap menjadi bagian dari keluarga mereka.
Semasa di Junior High School, Gadisya sering mendengar bisik bisik teman temannya yang mengidolakan Kevin, bahkan dari sana ia tahu julukan Kevin saat itu adalah, 'si anak sultan yang sudah kaya sejak belum lahir', Gadisya tak bisa membayangkan sekaya apa kedua orang tuanya, hingga putra mereka memiliki julukan tersebut.
Lain Gadisya lain pula pemikiran Kevin, pria itu tengah duduk bersandar, ia melipat kedua kakinya hingga bisa menjadi tumpuan kepalanya.
Menikah, sungguh sebuah kata yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, ia kembali ke Indonesia, untuk mengasah skil nya di ruang operasi, sekaligus ingin menentukan kemana arah tujuannya, tetap di bedah umum atau melanjutkan ke ranah bedah yang lebih spesifik lagi.
Tapi ternyata, kejutan demi kejutan datang silih berganti, seperti sudah tertata dan direncanakan dengan baik oleh sang sutradara. (Yah othor pelakunya kev, yang sabar yah 😁🤪)
Pertama surat wasiat, kedua rencana perjodohan, dan kini ia seperti keluar dari mulut buaya masuk ke mulut singa, Kevin lari ke desa Sekar Kencana, untuk menghindari pembicaraan tentang perjodohan, tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan, pelariannya justru berakhir dengan pergantian status, dari seorang bujangan bahagia berganti menjadi Suami tanpa rencana.
'Hah masa bodoh dengan pernikahan, toh ini hanya status' pikir kevin, bahkan kemarin saat mengucap janji pernikahan ia tak sungguh sungguh, bisa dibilang semua hanya kamuflase, semata mata untuk menyelamatkan diri dari amukan warga, setelah ini ia akan kembali ke jakarta, memangnya para warga desa akan terus menguntit nya? tentu saja tidak, jadi tak masalah kan jika mereka berpisah esok hari ketika ia harus kembali pulang ke Jakarta.
Kevin memiringkan senyumnya, gadis itu pasti besar kepala sekarang, nama baik apa dan siapa yang begitu ingin ia jaga, bukannya sejak dulu ia dan ibunya sudah kehilangan muka dihadapan keluargaku, karena ibunya sudah berani menjadi orang ketiga diantara papi dan mommy nya, dan sekarang saja ia menutupi semua itu dengan wajah polosnya, jika para warga tahu seperti apa ibunya di masa lalu, pasti sudah sejak dulu ia terusir dari desa ini.
Lamunan Kevin tiba tiba sirna ketika mendengar namanya disebut, "kak … kamu sedang tidur?" Kevin mendongak.
Sungguh cantik.
Itu yang terlihat oleh Kevin ketika pandangan mereka bertemu, namun buru buru ia menepis pemikiran itu.
Gadisya baru selesai mandi, ia menyiapkan air hangat agar kevin bisa mandi.
Masih dengan piyama nya ia menuju ruang tamu, untuk membangunkan kevin, rambut panjangnya masih nampak basah walau sudah dikeringkan menggunakan handuk, aroma sabun menyeruak membangunkan indra penciuman Kevin.
"Kamu memanggilku dengan sebutan apa?" Nada suaranya tetap galak walau ia masih belum sepenuhnya tersadar dari lamunannya.
"Kak," jawaban polos Gadisya membuat Kevin tertawa sinis.
"Gak usah sok akrab, aku bukan kakakmu," ujar Kevin ketus.
"Kamu juga gak usah kegeeran, asal kamu tahu, aku memanggilmu seperti itu, hanya sebatas sopan santun, kamu kan memang seniorku di Junior High School," balas Gadisya.
"Jangan bertingkah, kamu harus ingat satu hal, ibumu sudah ikut andil menghancurkan pernikahan kedua orang tuaku, dan membuatku menjadi korban broken home, jadi kamu tidak usah sok manis dan sok akrab, pernikahan kita hanya sebatas Status, tidak lebih, dan aku pun tidak sungguh sungguh ketika mengucap janji pernikahan siang tadi."
Gadisya terdiam, ia terluka mendengar Kevin menghina ibunya, ibunya memang bersalah karena pernah menjadi orang ketiga di antara orang tua Kevin, tapi itu masa lalu, bahkan ibunya pun mengalah, merelakan orang yang ia cintai bahagia dengan keluarga barunya, siapa yang tahu jika orang tua Kevin sudah berpisah ketika Alex dan Anindita juga berpisah.
Gadisya hanya diam, ia terlalu lelah untuk bertengkar, "terserah, mau kamu arahkan kemana pernikahan ini, karena suka atau tidak, sekarang kamu adalah nahkodanya." Setelah mengulurkan handuk Gadisya pun masuk ke kamarnya.
Ketika di kamar, tiba tiba Gadisya merasa lapar, barulah ia teringat jika ia belum makan, dan Kevin pun sama.
Ia menatap kecewa pada ruang kosong di dalam kulkasnya, tak ada satupun bahan makanan yang tersisa, karena beberapa hari kemarin Gadisya makan di tempat berlangsungnya bakti sosial.
Gadisya menyambar dompet nya, bermaksud ke warung bu Yani, barangkali masih ada bahan bahan yang bisa ia beli untuk diolah jadi makan malam.
Terdengar suara ketukan pintu, Gadisya pun membukanya, ia terkejut melihat beberapa ibu kini tengah tersenyum ramah kepadanya.
"Ada apa bu Minah?" Tanya Gadisya, bu Minah adalah istri kepala desa
"Bu dokter mau pergi?" Tanya bu Minah.
"Iya bu, mau ke warung bu Yani belanja bahan bahan untuk dimasak."
Tepat disaat yang sama, para ibu melihat Kevin yang juga baru selesai mandi.
Melihat kondisi rambut Kevin dan Gadisnya yang sama sama basah membuat para ibu mengulum senyuman.
"Eh, jangan, penganten baru gak usah masak, nanti makin capek." Cegah bu Narti dengan senyum misterius.
"Iya, bu dokter dan pak dokter istirahat saja, makanan ini sengaja kami masak untuk pak dokter dan bu dokter."
"Wah terima kasih banyak bu Minah," ucap gadisya Tulus, dalam benak nya ia mulai bertanya tanya, kenapa para ibu terlihat tengah senyum senyum sendiri?.
"Sama sama bu dokter, silahkan istirahat kembali, kasihan pak dokter sudah menunggu," jawab bu Narti.
Para ibu pun berlalu, mereka bisik bisik tak jelas disertai cekikikan.
Kevin dan Gadisya pun makan bersama dalam diam, tak ada percakapan karena keduanya memang sangat lapar, terhitung sejak sore hari sebelumnya mereka tidak makan.
Gadisya membereskan peralatan bekas makan, kemudian memberikan bantal dan selimut agar bisa di gunakan Kevin untuk tidur, sementara ia sendiri tidur dikamar nya.
𝐦𝐚𝐦𝐩𝐨𝐬 𝐰 𝐯𝐢𝐧 🤣🤣🤣
𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐇𝐢𝐥𝐝𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐫𝐢 😍😍😍