Cek visual di tiktok @author.saras.wati ❤️
Sequel dari Pesona Setelah Menjadi Janda
(Mohon untuk membaca novel sebelum nya agar kalian tidak bingung)
***
Arra yang kini berusia 18 tahun, baru saja memasuki dunia perkuliahan. Banyak hal yang berubah dalam diri gadis itu. Namun hanya satu hal yang tidak berubah, yaitu sebagai pacar dari Leo Rexander.
Meski tidak pernah di akui oleh Arra, Leo selalu kekeh mengenai hubungan mereka. Sehingga tidak sedikit orang yang mengira jika Leo hanya lah seorang pembual. Dan hal tersebut membuat beberapa laki-laki berusaha mendekati Arra.
Mau tau bagaimana keseruan Arra dan Leo menjalani kehidupan mereka? Tetap beri dukungan kalian agar author semangat untuk update setiap hari 🤗
Happy reading guys ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saras Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Brokoli
"Jaga diri lo baik-baik. Anak-anak bakalan antar jemput lo. Jangan pergi keluar sendirian. Selalu kasih gue kabar."
Arra mengangguk mendengar pesan-pesan yang sudah lebih dari 5 kali di ucapkan oleh Leo.
"Jangan....."
"Jangan telat makan, jangan tidur terlalu malam, jangan sakit, jangan jajan sembarangan, nggak boleh dekat-dekat cowok lain." potong Arra saat Leo berniat melanjutkan ucapan sebelumnya.
Leo mengusap lembut kepala Arra, "gue tau lo akan baik-baik aja. Tapi gue tetap nggak tenang buat ninggalin lo kayak gini."
Arra menatap mata Leo, "kamu cuma pergi satu bulan Leo. Jangan mikir yang berlebihan."
Leo menghela napas nya. Lalu ia beralih menatap sang ayah yang ikut mengantarnya ke bandara.
"Daddy tolong jaga kesehatan." ucap Leo.
Alvaro mengangguk. Melepas putra semata wayang nya untuk menjadi pemimpin organisasi ilegal tentu saja membuatnya merasa khawatir. Tapi dia tau, putra nya itu memiliki kemampuan luar biasa yang justru sayang jika tidak di asah.
"Kamu juga. Jangan lupa untuk memberi daddy kabar."
Leo mengangguk. Dia pun kembali menatap Arra. Hanya gadis itu dan ayah nya yang mengantar kepergian nya. Alyssa dan Vincent tidak bisa karena mereka harus menghadiri undangan dari klien di luar kota. Walau begitu, Alyssa sudah menghubungi Leo semalam, dan memberikan beberapa pesan layaknya seorang ibu kepada anaknya.
"Tetap disini saat gue kembali nanti." ujar Leo kepada Arra. Kedua nya saling bertatapan.
"Aku akan tetap disini. Jangan memikirkan hal yang lain. Fokus sama tugas yang daddy Vin berikan."
Leo mengelus pipi Arra dengan lembut. Perasaan cinta itu sangat terpancar dari matanya. Jantung Arra berdebar kencang. Entah kenapa jika Leo menatap nya seperti itu dia menjadi tidak bisa mengontrol perasaan nya sendiri.
Tiba-tiba suara pemberitahuan untuk penerbangan ke Las Vegas terdengar. Arra menggenggam tangan Leo, lalu memberikan senyuman terbaiknya.
"Sudah waktu nya. Kamu hati-hati disana. Jangan lengah, dan kalau ada kesulitan langsung hubungi daddy Vin." ucap Arra.
Leo mengangguk, sekali lagi dia mengusap kepala Arra.
"Gue pergi dulu."
Arra mengangguk, "aku bakalan nungguin kamu pulang."
Leo tersenyum. Dia juga berpamitan dengan ayahnya. Alvaro menarik Leo ke dalam pelukan nya. Ini adalah kali pertama nya ia melepas sang putra pergi sendirian ke negara lain.
"Hati-hati, son. Daddy sangat menyayangi mu." lirih Alvaro.
leo menepuk lembut punggung sang ayah.
"Aku pergi dulu."
Alvaro mengangguk. Dia mengurai pelukan nya pada sang anak.
Leo bergantian menatap Arra dan ayah nya. Lalu ia berbalik dan berjalan meninggalkan kedua orang yang masih setia menunggu nya disana.
Arra melihat punggung Leo semakin menjauh. Tadi nya ia merasa akan baik-baik saja, namun kini tiba-tiba dia merasakan kekosongan dalam diri nya.
"Leo semoga kamu cepat kembali." lirih Arra dengan suara sangat pelan. Mata nya pun berkaca-kaca namun ia masih bisa mengontrol diri nya agar tidak menangis.
"Arra sayang ayo kita pulang." ajak Alvaro setelah Leo tidak lagi terlihat.
Arra masih menatap dimana terakhir kali Leo melambaikan tangan kepada nya tadi.
"Iya dad." jawab Arra dengan lesu.
***
Keesokan hari nya.
Arra merasa tidak semangat untuk masuk kuliah hari ini. Untuk pertama kalinya dalam 3 tahun terakhir ini dia akan pergi tanpa Leo.
"Ternyata nggak ada kamu terasa banget ya." lirih Arra yang sedang mematut dirinya di depan kaca.
Semalam dia menghabiskan waktu dengan melakukan video call bersama Leo. Pemuda itu langsung menghubungi nya setibanya di Las Vegas.
Arra meraih tas nya lalu melangkah kan kaki nya untuk keluar dari kamar.
"Kakak."
Arra menoleh, dan dia mendapat salah satu adiknya berlari kearahnya.
"Zayn." seru Arra seraya merentangkan tangan nya untuk menyambut sang adik.
Zayn langsung masuk ke dalam pelukan kakak perempuan satu-satu nya tersebut. Arra membawa Zayn ke dalam gendongan nya.
"Zach mana?" tanya Arra yang baru sadar jika Zayn hanya sendirian keluar dari kamar orangtua nya.
"Macih pate batu kak." jawab Zayn.
Arra mengangguk, lalu ia berjalan menuju lift sembari menggendong Zayn.
"Zayn." terdengar suara Alyssa yang berteriak.
Arra berbalik. Dia melihat wajah panik ibu nya itu.
"Mom, Zayn sama kakak." ucap Arra.
Alyssa menghembuskan napas lega. Dia tadi tidak mengetahui jika Zayn keluar dari kamar.
"Ya ampun, mommy panik tadi waktu sadar Zayn keluar kamar."
Arra tersenyum, "Kakak sama Zayn duluan kebawah ya mom."
Alyssa mengangguk. Sambil mengusap dada nya ia berbalik kembali masuk ke dalam kamar.
Arra pun melanjutkan berjalan menuju lift.
"Lain kali jangan keluar dari kamar tanpa ijin mommy. Zayn ngerti?"
Zayn menatap dengan mata bulat nya yang sangat menggemaskan. Bulu mata bocah laki-laki itu sangat lentik serta panjang.
"Iya kak."
Arra mengecup pipi gembul sang adik. Lalu kedua nya masuk ke dalam lift untuk menuju ke lantai 1.
Setiba nya di lantai 1, Arra melihat sang nenek sedang menata meja makan dengan di bantu oleh beberapa asisten rumah tangga.
"Morning, oma." sapa Arra membuat Sarah menoleh.
"Molning oma." ucap Zayn meniru sang kakak.
"Morning cucu-cucu oma. Zach mana?"
"Masih sama mommy di atas." jawab Arra sembari mendudukan sang adik di kursi makan khusus bayi.
Sarah menyiapkan sarapan untuk kedua cucu nya.
"Oma jain mau blokoli." ucap Zayn seraya menunjuk piring berisikan brokoli rebus.
"Oke, oma akan kasih banyak brokoli untuk Zayn pagi ini."
Zayn bertepuk tangan karena merasa senang. Arra yang melihat itu merasa gemas kepada sang adik.
"Pintar nya adek kakak mau makan sayur." puji Arra.
Tak berapa lama Alyssa, Vincent serta Zach sudah turun dan bergabung dengan mereka di meja makan. Suasana menjadi ramai dengan celotehan Zayn dan Zach yang berebut brokoli padahal di piring mereka sudah diberi dengan jatah yang sama.
"Ini puna atu Jak." seru Zayn dengan wajah kesal yang sangat menggemaskan.
"Puna atu. Ini ada nama atu di blokoli na." jawab Zach tak mau kalah.
Alyssa mulai merasa pusing melihat perdebatan dua anak laki-laki nya itu.
"Zach, Zayn kalian mau makan atau nggak? Mommy sudah bilang kalau lagi makan nggak boleh berantem."
Zach dan Zayn langsung berhenti berdebat. Kedua nya melihat Alyssa dengan wajah polos mereka.
Vincent yang luluh melihat ekspresi kedua anaknya itu, berusaha menenangkan sang istri.
"Sayang mereka masih kecil. Jangan terlalu keras."
Alyssa menatap tajam kearah sang suami. Membuat pria itu seketika menyadari kesalahan nya.
"Mereka memang masih kecil, tapi harus di ajari apa yang boleh dan tidak saat di meja makan."
Vincent mengangguk. Dia langsung fokus dengan sarapan yang di ambilkan Sarah untuk nya tadi. Vincent tidak akan pernah bisa mendebat sang istri jika itu mengenai anak-anak mereka.
Alyssa kembali melihat kepada Zach dan Zayn.
"Mommy tanya sekali lagi, Zach dan Zayn mau makan apa tidak?" tanya Alyssa dengan lembut namun tegas.
Kedua nya mengangguk, "mau momi." jawab mereka hampir bersamaan.
"Kalau gitu tidak boleh berebutan. Mommy sudah kasih kalian brokoli sama banyaknya. Mengerti?"
Zach dan Zayn kembali mengangguk. Kedua nya langsung mengambil brokoli yang ada di meja mereka.
Alyssa menghela napas. Dia pun duduk di kursi yang ada di samping sang suami. Suasana pun menjadi hening, setelah kedua bocah kembar itu fokus memakan sarapan mereka.
20 menit kemudian Arra dan Vincent sudah selesai menyantap sarapan nya.
"Kak, mau berangkat sekarang?" tanya Vincent pada Arra.
Arra melihat arloji di tangan nya, lalu mengangguk.
"Berangkat sekarang aja dad. Takut macet kalau agak siangan."
Arra berdiri lebih dulu. Dia berpamitan pada nenek, ibu dan kedua adiknya disusul Vincent yang juga berpamitan.
Arra langsung menuju mobil sang ayah yang sudah terparkir di depan rumah. Terlihat pak Tomo berdiri di samping mobil dan langsung membuka kan pintu saat melihat Arra keluar dari rumah.
"Pagi pak." sapa Arra pada sopir keluarganya itu.
"Pagi non." jawab pak Tomo.
Arra terkenal sangat baik dan ramah pada semua pekerja di rumah nya.
Terlihat Vincent juga baru keluar dari dalam bersama Alyssa.
Arra yang tau jika kedua orangtua nya akan melakukan 'ritual' sebelum berangkat kerja, memutuskan untuk masuk duluan ke dalam mobil.
Tak berapa lama, Vincent menyusul masuk dan duduk di samping nya.
Mobil bergerak meninggalkan kediaman mewah keluarga Cassius dan melaju menuju kampus Arra.
"Dad, kenapa daddy mengirim Leo kesana?" tanya Arra tiba-tiba membuat Vincent menoleh kearah putri nya tersebut.
"Leo yang bilang sama kamu?" dia merasa terkejut jika Arra mengetahui soal kemana Leo pergi.
Arra menggeleng, "Arra dengar waktu daddy cerita sama mommy."
Vincent melihat ke depan. Dia bingung harus bagaimana menjelaskan hal ini pada putrinya.
"Apa nggak ada yang lain? Kenapa harus Leo?" tanya Arra sekali lagi.
"Karena cuma Leo yang bisa meneruskan organisasi itu, sayang. Daddy tidak bisa menyerahkan ke sembarang orang." jawab Vincent.
"Tapi Leo masih terlalu muda dad. Kalau dia nggak bisa menjalankan organisasi ini bagaimana?"
"Dia pasti bisa. Daddy tidak pernah salah menilai orang. Hanya Leo yang bisa meneruskan organisasi tersebut. Kamu tidak perlu khawatir, daddy tetap akan mengawasi Leo disana."
Arra terdiam. Namun akhirnya dia mengangguk. Berdebat pun tidak akan mengubah keputusan sang ayah.
ceritanya seru.
penasaran, bagaimana nanti dengan Ara, setelah kepergian nya leo