Karya terbaru dari Author "Berondong Bayaran CEO Cantik."
Ig : oh_ya_ra
tiktok : link di ig
Ananta Nayra Santoso, tiba-tiba mengandung anak dari sahabatnya sendiri yakni Sean Alejandro Blanco. Semua bermula ketika mereka pergi ke sebuah bar dan mabuk berat. Keduanya sama-sama tak sadar telah melakukan hal tersebut. Mendengar kabar kehamilan Nayra, orang tua mereka yang berselisih selama ini pun kembali cekcok. Nenek keduanya menginginkan mereka menikah, tetapi mereka berdua sudah memiliki kekasih masing-masing. Bagaimana kah kisah selanjutnya?. Ikuti saja cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai aneh
"Nay, oh my God. Kamu gemukan deh kayaknya."
Viola menyinggung soal berat badan sang Putri yang menurutnya bertambah. Nayra yang tengah sarapan dengan nasi goreng plus dua telur dadar itu pun, mendadak menghentikan aktivitasnya.
Sebab kini tatapan mata sang ibu seolah menjustifikasi. Begitupula dengan Siti yang tengah menyiapkan makanan. Selang beberapa detik Jonathan tiba seperti biasa.
"Ada apa mi?" tanyanya seraya memperhatikan. Ia tau telah terjadi sebuah perkara di sana.
"Papi liat deh, Nayra berat badannya naik. Sampe chubby gitu pipinya, karena kebanyakan makan."
Jonathan memperhatikan sang putri yang berusia 25 tahun tersebut. Tak banyak yang berubah menurut pandangan matanya.
"Biasa aja, mi. Gemuk dari mana?" tanya Jonathan heran.
Sementara Nayra kini merasa kurang nyaman. Pandangan matanya saat bercermin di kamar tadi, sejatinya sama seperti sang ayah.
Ia merasa biasa saja dan tak ada yang berubah. Sehingga ia pun merasa tak masalah jika menuruti selera makannya yang belakangan cukup menggebu.
"Ini gemuk, pi. Berat badannya itu naik. Iya kan mbak?"
Viola meminta dukungan mbak Siti. Dengan sedikit rasa tak enak serta takut, Siti pun memvalidasi semua itu.
"I, iya neng. Sedikit koq." jawab Siti lalu nyengir dan kembali ke dapur.
"Jelek tau, mana belum nikah kamu. Harus jaga berat badan, nggak boleh kebanyakan makan."
Viola mencoba menghentikan sang anak. Tetapi Nayra merasa masih begitu lapar.
"Nay, stop nggak!" ujar Viola lagi.
"Mi, udahlah. Orang lagi makan jangan digituin."
Jonathan membela anaknya.
"Liat aja kamu nanti jadi makin gemuk, baju-baju kamu nggak muat." ujar Viola.
"Mubazir, mi." Nayra membela diri.
Ia lalu menghabiskan sisa makanan di piring dan berhenti. Meski perutnya masih terasa lapar dan ingin menambah.
Entah mengapa selera makannya sangat baik belakangan ini. Padahal ia pun sama seperti orang-orang lainnya yang memiliki masalah.
"Apa mungkin sebenarnya gue stress ya?" gumam Nayra ketika ia telah berangkat dan mengemudikan mobil.
"Terus, gue melarikan diri ke makanan." lanjutnya.
Tiba-tiba perut perempuan muda itu berbunyi lagi tanda lapar. Padahal baru beberapa menit yang lalu ia meninggalkan rumah.
"Gila, masa udah laper lagi gue."
Nayra memikirkan beberapa jenis makanan dalam benaknya, dan tak lama kemudian ia terjebak pada sebuah kemacetan.
Disisi jalan tempat mobilnya kini berhenti, ada sebuah mini market plus yang biasanya menjual banyak makanan serta minuman siap saji.
Tanpa pikir panjang ia segera berbelok dan parkir di halaman mini market tersebut. Tak lama kemudian ia sudah terlihat mengunyah roti dan membawa satu cup es kopi.
Ia duduk di luar sambil menikmati semua itu. Setelah makanannya habis, kemacetan pun berakhir. Lalu ia melanjutkan perjalanan menuju ke kantor.
***
Tadi malam
Nina Chen, ibu Sean tiba-tiba terbangun di malam yang suntuk. Saat itu posisi Pablo sang suami masih mengerjakan tugas kantor dengan menggunakan laptop. Pablo berada persis di samping Nina.
"Kenapa ma?"
Pablo yang menyadari istrinya bangun tersebut pun bertanya.
"Pa, masa mama mimpi si Sean bawa bayi pulang ke rumah ini. Apa mungkin si Felicia hamil ya?" tanya Nina kemudian.
Tampak Pablo mengerutkan dahi. Pria bule itu teringat tadi Sean pulang dalam keadaan baik-baik saja. Tidak ada indikasi yang menyiratkan jika puteranya itu saat ini sedang kalut menghadapi pacarnya yang hamil.
"Itu mungkin karena kamu terlalu terobsesi pengen Sean menikah dan punya anak."
Pablo memberikan jawaban yang paling logis. Sebab belakangan ini Nina selalu membahas ingin menikahkan Sean dan Felicia dengan segera.
"Iya kali ya. Tapi anaknya lucu banget, pa. Gemes mama ngeliatnya." ucap Nina.
Pablo menutup laptop dan meletakkannya ke atas meja samping tempat tidur. Kemudian ia menarik sang istri ke dalam pelukan.
"Mimpi itu bukan kenyataan, ma. Sekarang mending kita tidur." ujar pria itu.
Tak lama keduanya lalu memejamkan mata dan pergi tidur. Sementara di dalam kamar lain, Sean mencoba menghubungi Nayra sambil melihat ke arah seberang melalui kaca jendela.
Tatapan matanya tepat tertuju ke arah kamar Nayra. Ia melihat lampu kamar sahabatnya itu masih hidup. Itu artinya Nayra belum tidur.
Sean ingin memperbaiki semua ini dan mengajak Nayra bicara baik-baik. Ia sudah tidak tahan terus berpura-pura baik-baik saja selama tiga bulan belakangan ini.
"Nay, angkat!. Gue mau ngomong."
Sean mengirim pesan singkat pada Nayra melalui WhatsApp, setelah beberapa panggilan telponnya tak diangkat oleh perempuan itu.
Nayra pun kini hanya membaca pesan Sean dan tak memberikan reaksi apa-apa. Hal tersebut tentu saja membuat Sean menjadi galau.
***
Kembali ke hari ini.
Nayra telah sampai di kantor dan bersiap memulai pekerjaan. Tadi ia membeli beberapa cemilan untuk menemaninya dalam bekerja.
Setelah satu setengah jam berlalu, teman-teman satu divisinya mulai notice. Ada hal tak biasa yang dilakukan Nayra hari ini.
"Nay, dari tadi lo krak, kruk, krak, kruk, mulu. Makan kerikil lo?" tanya Ben diikuti tawa Steffi dan yang lainnya.
"Lo mau?"
Nayra menawari dan memberikan salah satu cemilannya pada Ben.
"Biasanya lo sangat-sangat anti ngemil dan selalu menggaungkan healthy life." ujar Steffi.
Memang selama ini Nayra terkenal dengan anti makan makan ringan atau minum minuman manis. Tapi kali ini ia seolah lupa pada kebiasaannya itu.
"Hehehe."
"Habis pengen, gimana coba?"
Sambil nyengir Nayra pun membela diri.
"Enak kan cemilan bermicin. Makanya jangan sok-sok an jadi vegan." celetuk Steffi.
"Hehehe."
Nayra lalu melanjutkan pekerjaan. Sambil tetap mengunyah makanan tentunya.
"Nay, lo nggak jawab gue dari semalam."
Sean kembali mengirim pesan singkat pada Nayra. Perempuan itu membaca isinya dari layar notifikasi.
"Mau sampai kapan kita diem-dieman kayak gini?. Gue benar-benar minta maaf. Gue nggak ada niat mau sengaja ngelakuin itu ke lo. Berkali-kali udah gue jelaskan sejak tiga bulan yang lalu, bahwa malam itu gue kira lo tuh Feli."
Nayra tetap tak menggubris chat tersebut, meski batinnya sedikit terusik. Ia lalu menonaktifkan handphone dan meletakkannya ke dalam tas.
Saat jam istirahat, ia pergi ke kantin bersama dengan Steffi. Tapi tiba-tiba Sean muncul dan langsung menghampiri. Ia menarik Nayra dari tengah kerumunan karyawan yang hendak memesan makanan.
"Sean, gue nggak mau kita kelihatan ribut disini." ujar Nayra.
"Gue males nanti banyak yang nanya-nanya ke gue." lanjutnya lagi.
"Gue juga nggak mau, makanya lo ikut gue sekarang." bisik Sean.
Mau tidak mau akhirnya Nayra pun pasrah saja saat ditarik Sean ke tempat yang sepi. Steffi yang tengah mengantri makanan melihat kejadian itu, tetapi ia tak mencurigai apapun.
Sebab semua orang tau jika Nayra selama ini berteman baik dengan Sean, meski kantor mereka berbeda.
"Lo mau apa?" tanya Nayra seraya melepaskan tangan Sean yang mencengkram tangannya.
"Gue mau kita selesaikan masalah diantara kita. Udah tiga bulan kita diem-dieman kayak gini." ujar Sean.
Tak lama seseorang melintas dan mereka diam sejenak, agar tak dicurigai.
mudah2an g terjadi perang bintang y....