FRIEND WITH BABY (FWB)

FRIEND WITH BABY (FWB)

Hari Yang Tak Di Inginkan

"Aaaaaaa."

"Koq lo ada disini?"

Ananta Nayra Santoso dan sahabatnya Sean Alejandro Blanco saling berteriak dan bertanya satu sama lain, dengan penuh keterkejutan.

Pasalnya kini mereka berdua berada dalam satu ranjang, dengan kondisi tanpa sehelai benang pun yang melekat.

"Aaaaaaa."

Segera saja Nayra menarik selimut dan menutupi bagian atas tubuhnya yang terlihat, sementara Sean yang bertelanjang dada kini tampak bingung.

"Lo apain gue, Sean?. Kita ini temenan dari kecil. Bisa-bisanya lo lakuin ini ke gue?"

Sean benar-benar bingung dan kalut. Ia tak tau harus menjawab apa, sebab ia pun tak tau apa yang telah terjadi.

"Lo benar-benar jahat tau nggak. Lo merusak kepercayaan gue dan Philo selama ini."

Nayra menyinggung nama kekasihnya yang saat ini tengah berada di luar negri untuk melanjutkan pendidikan.

"Gue nggak tau apa yang gue lakukan, Nay. Gue juga nggak sadar dan nggak ingat apa-apa." Sean membela diri.

"Buktinya kita disini." teriak Nayra.

"Gue nggak tau apa-apaaa."

Suara Sean tak kalah meninggi.

Sejenak keduanya terdiam, lalu mereka mencoba menenangkan diri ditengah perasaan yang campur aduk.

"Tunggu!."

Sean kembali berujar dan seperti tengah berusaha mengingat sesuatu.

"Gimana kita berdua bisa sampai ditempat ini?" ujarnya.

Tak lama pikiran keduanya pun sama-sama melayang kepada kejadian semalam. Dimana ia berdua menghadiri acara ulang tahun musuh bebuyutan Nayra, yakni Cassandra.

Dalam acara tersebut Cassandra menantang Nayra untuk battle sebuah kuis pengetahuan, yang akan dipandu oleh host acara. Siapa yang kalah harus dihukum dengan meminum minuman beralkohol.

Selama ini Cassandra selalu mengatakan pada orang-orang, jika Nayra dapat beasiswa sejak SD adalah berkat orang dalam. Aslinya dia tidaklah sepintar itu dan hanya pencitraan.

Nayra yang selalu haus akan pembuktian tersebut pun menjadi panas lalu menerima tantangan itu.

Sebagai sahabat yang dipercayai oleh Philo untuk menjaga kekasihnya, Sean melarang keras dan menolak keinginan Cassandra.

Ia menarik Nayra ke tempat yang sepi secara paksa. Tetapi Nayra tetap bersikeras, karena enggan terlihat kalah.

"Nay, Philo lagi di luar negri sekarang dan dia mempercayakan lo ke gue. Dia udah wanti-wanti gue supaya lo nggak boleh minum sedikitpun."

Begitulah ucapan Sean malam itu. Ia bahkan rela membatalkan janji dengan pacarnya Felicia, demi menjaga Nayra.

"Nggak Sean, gue nggak mau kalah sama Cassandra. Nggak ada sejarahnya Ananta Nayra Santoso kalah dalam hal apapun. Lagipula ini adalah ajang pembuktian gue ke orang-orang, kalau gue itu selama ini emang pinter beneran. Bukan dibantu orang dalam kayak yang dia sering bilang."

"Nay, kita ini udah kerja dan lagi kuliah lanjut S2. Masih aja lo sama Cassandra kayak anak kecil. Dari SD loh kalian musuhan dan selalu aja kayak gini. Cassandra ngata-ngatain lo, dan lo haus pembuktian kayak anak kecil. Buat apa sih?. Biar apa coba?"

"Pokoknya nggak bisa!. Gue harus terima tantangan itu, dengan apa tanpa persetujuan dari lo. Ini demi harga diri gue." ujar Nayra.

"Kalau lo nggak bisa jawab, otomatis lo akan minum." ucap Sean.

"Kita ini udah umur berapa gue tanya?. Hah?. Kita bukan lagi anak remaja yang dilarang untuk minum minuman keras."

"Tapi Philo udah pesan sama gue dan gue nggak enak."

"Philo di luar negri dan nggak tau apa-apa, asal lo bisa tutup mulut."

Nayra berlalu dari hadapan Sean.

"Nay."

"Nayra."

"Naaay."

Nayra kembali pada Cassandra. Tampak gadis itu dan teman-temannya tersenyum sinis serta terkesan meremehkan.

"Kenapa?. Lo nggak berani terima tantangan gue?. Karena emang lo takut nggak bisa menang kan?" ucap Cassandra seraya memperhatikan Nayra dari bawah ke atas.

"Siapa bilang gue nggak berani?. Gue terima koq." ucap Nayra sambil balas menatap gadis itu.

Ia mengatakan kata-kata tersebut, bertepatan dengan tibanya Sean diantara mereka. Sean benar-benar tak dapat lagi menghentikan semua itu.

"Gue ikut!" ucap Sean tiba-tiba, dan tentu saja semua yang ada disana terhenyak kaget.

"What?. Apa kata lo?" Cassandra bertanya dengan kening yang berkerut.

"Ini tantangan cewek ke cewek, hey. Gue tau lo temennya dia, tapi ini bukan lagi permainan anak SMP-SMA. Lo nggak perlu jadi guardian angel nya dia terus." lanjut gadis itu.

"Gue ikut dan terserah lo minta ditemenin sama siapa. Gue yang nantang." ucap Sean.

Nayra seperti tidak senang mendengar semua itu.

"Apa-apaan sih lo?. Gue nggak perlu di temenin. Gue bisa ngurus masalah ini sendirian. Nggak usah lebay." ujarnya.

"Kalau lo nggak nurut sama gue, gue telpon Philo sekarang." ancam Sean.

"Lo mau bikin gue malu depan Cassandra?. Gue bakal dikira takut dan dia bakal makin ngegosipin gue sebagai orang yang pinternya palsu."

Nayra berkata dengan nada setengah berbisik, dan berusaha menyembunyikan emosi. Ia tak suka pada Sean yang terlalu ikut campur urusannya.

"Sebenarnya lo pinter atau nggak, lo nggak butuh validasi dari siapapun. Hidup lo terlalu banyak ngikutin omongan orang."

Sean memberikan sebuah pandangan, tapi agaknya Nayra masih tak terima.

"Mendingan lo pulang duluan deh, ribet." ucap Nayra.

"Jadi gimana nih?" Cassandra meminta kepastian.

"Gue ikut." jawab Sean tegas

"Kalau Nayra salah jawab, gue yang minum." lanjutnya lagi.

"Nggak bisa!. Siapa yang salah, dia yang harus bertanggung jawab." ucap Cassandra.

"Gue terima."

Belum sempat Sean menjawab, Nayra sudah mengambil keputusan duluan.

"Oke, gue ngajak cowok gue." ujar Cassandra.

Ia lalu melirik ke arah kekasihnya yang konon merupakan anak pejabat wakil rakyat. Tak lama kemudian beberapa botol minuman pun tiba di depan mereka.

Sean tampak kaget, lantaran minuman yang dipilih tersebut adalah jenis minuman yang kadar alkoholnya cukup tinggi.

"Tunggu!" Sean menatap Cassandra.

"Gue nggak setuju sama minuman ini. Lo sengaja mau membahayakan Nayra kan?" tanya nya kemudian.

"Kenapa?. Lo dan princess lo ini takut?" tanya Cassandra.

"Nggak."

Lagi-lagi belum sempat Sean berbicara, Nayra sudah nyerocos duluan. Akhirnya mau tidak mau mereka pun sepakat.

Semua orang berkumpul ditengah dan tantangan tersebut di mulai. Salah seorang waitress mendekat dan menuangkan minuman ke dalam empat gelas berukuran sama.

Dalam hitungan ketiga, host mulai memandu acara kuis. Ia melempar pertanyaan yang pertama. Pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh Nayra dan Cassandra serta kekasihnya harus minum.

Dua kubu pendukung dadakan seketika muncul. Ada yang pro Cassandra, ada pula yang berpihak pada Nayra. Mereka terus menyemangati dan bertepuk tangan serta bersorak-sorai.

Waitress kembali menuang minuman ke dalam gelas yang telah kosong. Setelah itu kuis kembali dilanjutkan.

Nayra dan Sean terus menang di awal-awal. Tapi kemudian mereka kalah cepat dan harus menerima hukuman. Hingga akhirnya mereka berempat sama-sama mabuk berat.

Nayra dan Sean pada akhirnya memang memenangkan tantangan tersebut, sebab Cassandra tumbang terlebih dahulu. Tetapi bukan berarti tubuh Nayra serta Sean baik-baik saja.

Keduanya merasakan mual serta kepala yang terasa mulai berputar-putar. Mereka lalu duduk di suatu sudut.

"Phil, kepala aku pusing."

Nayra berkata pada Sean, dan melihat sahabatnya itu sebagai Philo sang kekasih. Sementara Sean sendiri melihat Nayra seperti pacarnya Felicia.

"Hhhhh."

Nayra dan Sean kini sama-sama mengingat saat itu. Kejadian yang membuat mereka berakhir disebuah kamar hotel.

Nayra merebahkan diri di atas tempat tidur, sambil memanggil Sean dengan nama Philo. Sedang Sean mendekat karena terus melihat sosok Felicia disana.

Mereka mulai berpelukan, berciuman sampai kemudian terjadilah semua itu. Nayra ingat bagaimana ia meminta Sean untuk memenuhi dirinya lebih dalam.

Sedang Sean mulai mengingat saat ia bergerak memasuki gadis itu lagi dan lagi. Mereka berdua saling menikmati satu sama lain.

"Nggak, nggak mungkin."

Nayra yang kini masih berada di tempat tidur tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya. Sean juga tak habis pikir dengan semua ini. Mereka masih berharap ini semua hanyalah mimpi belaka.

"Ini nggak mungkin." lanjutnya lalu beranjak. 

"Lo mau kemana?" tanya Sean.

Sebab pemuda itu masih bingung harus bersikap bagaimana. Nayra sendiri tak menjawab dan segera saja ia berpakaian.

"Kalau mau pulang, tunggu. Gue pakai baju dulu."

Sean buru-buru ikut berpakaian. Tetapi sebelum ia selesai, Nayra sudah pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Nay."

"Nayra."

Nayra buru-buru menuju lift, sedang kini Sean bergegas mengikuti. Ia hampir mendapatkan Nayra dibawah, tetapi ia harus cek out hotel terlebih dahulu.

Nayra keburu naik taksi dan tinggallah Sean sendirian. Ia menyusul pada beberapa saat kemudian, setelah ia berhasil mengingat dimana ia memarkir mobilnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!