Riska tak pernah menyangka hidupnya yang sederhana akan terbalik begitu saja setelah pertemuannya dengan Aldo Pratama, CEO muda yang tampan dan penuh ambisi. Sebuah malam yang tak terduga mengubah takdirnya—ia hamil di luar nikah dari pria yang hampir tak dikenalnya. Dalam sekejap, Riska terjebak dalam lingkaran kehidupan Aldo yang penuh kemewahan, ketenaran, dan rahasia gelap.
Namun, Aldo bukanlah pria biasa. Di balik pesonanya, ada dendam yang membara terhadap keluarga dan masa lalu yang membuat hatinya dingin. Baginya, Riska adalah bagian dari rencana besar untuk membalas luka lama. Ia menawarkan pernikahan, tetapi bukan untuk cinta—melainkan untuk balas dendam. Riska terpaksa menerima, demi masa depan anaknya.
Dalam perjalanan mereka, Riska mulai menyadari bahwa hidup bersama Aldo adalah perang tanpa akhir antara cinta dan kebencian. Ia harus menghadapi manipulasi, kesalahpahaman, dan keputusan-keputusan sulit yang menguji kekuatannya sebagai seorang ibu dan wanita. Namun, di bal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Rahasia yang Terbongkar
Malam terasa sunyi, tetapi hati Riska bergejolak seperti lautan yang diterpa badai. Ia duduk sendirian di kamarnya, merenung tentang apa yang harus dilakukannya untuk mengalahkan Aldo. Selama ini ia terperangkap dalam permainan manipulatif suaminya, tetapi kini tekadnya sudah bulat—ia tidak akan membiarkan dirinya dihancurkan.
Riska kembali memikirkan perbincangannya dengan Reza, teman lama yang ia hubungi diam-diam. Reza telah setuju untuk membantunya, tetapi dengan syarat. Syarat yang bisa saja menambah konflik antara dirinya dan Aldo, tetapi Riska tahu ia tak memiliki pilihan lain.
---
Pagi Hari di Kantor Aldo
Aldo sedang bekerja di kantornya ketika sekretarisnya memberitahukan bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengannya. Tanpa ragu, Aldo menyuruh sekretarisnya untuk mempersilakan tamu itu masuk.
Sosok Reza melangkah masuk, mengenakan jas hitam elegan dan senyum penuh percaya diri yang langsung menarik perhatian Aldo.
“Aldo,” sapa Reza dengan nada tenang namun tajam, “Sudah lama kita tidak bertemu.”
Aldo menatap Reza dengan tatapan dingin. “Aku tidak menyangka kau akan muncul di sini. Apa tujuanmu?”
Reza tersenyum kecil. “Aku datang untuk bicara tentang Riska.”
Seketika, mata Aldo menyipit. “Apa urusanmu dengan istriku?”
“Aku hanya ingin memastikan dia tidak tersakiti. Dia… temanku,” jawab Reza sambil menekankan kata “teman” dengan nada yang ambigu, yang membuat Aldo semakin marah.
Aldo berdiri dari kursinya, menatap Reza dengan tajam. “Dengar, Reza. Aku tidak suka orang lain mencampuri urusan rumah tanggaku. Apalagi menyangkut istriku.”
Reza tetap tenang. “Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja. Sepertinya dia menyembunyikan banyak hal darimu.”
Aldo tersenyum sinis. “Dia istriku, Reza. Urus saja hidupmu sendiri.”
Reza hanya tersenyum tipis. “Baik, kalau itu maumu. Tapi ingat, Aldo, jangan remehkan orang yang sudah kau sakiti. Mereka bisa menjadi musuh paling berbahaya.”
Reza kemudian pergi meninggalkan Aldo dengan pikiran yang berkecamuk. Aldo merasa ada ancaman yang baru saja muncul, dan itu berasal dari seseorang yang mengenal Riska lebih dalam dari dirinya.
---
Sore Hari, di Rumah Aldo
Saat Aldo pulang, ia mendapati Riska sedang duduk di ruang tamu, tampak tenang namun ada sesuatu di balik tatapannya yang berbeda. Aldo mendekatinya dengan tatapan waspada.
“Ada yang ingin kau ceritakan padaku, Riska?” tanya Aldo, suaranya dingin.
Riska mengangkat wajahnya, menatap Aldo tanpa rasa takut. “Mengapa kau harus tahu semua hal tentangku, sementara kau menyembunyikan banyak rahasia dariku?”
Aldo tersenyum sinis. “Ini bukan tentang keadilan, Riska. Aku memiliki kontrol atas hidup kita. Kau hanya perlu menerima kenyataan itu.”
Riska menghela napas, kemudian berkata, “Aldo, aku tidak akan tinggal diam selamanya. Aku akan melawanmu. Aku tidak akan membiarkan hidupku terus diatur oleh ambisi gilamu.”
Mata Aldo berkedip sejenak, kaget melihat keberanian yang muncul dari istrinya. “Kalau begitu, coba saja. Lihat siapa yang akan menang pada akhirnya.”
---
Permainan Psikologis yang Memanas
Beberapa hari berlalu, hubungan antara Aldo dan Riska semakin tegang. Riska mulai bermain lebih cerdas, menyelidiki hal-hal yang selama ini tak pernah ia sentuh—dari dokumen-dokumen pribadi Aldo hingga informasi bisnisnya yang mencurigakan. Setiap malam, Riska terjaga, membaca berkas demi berkas dengan tekad membara untuk menemukan celah yang bisa ia gunakan.
Pada saat yang sama, Aldo mulai merasakan ada yang berubah. Ia sadar bahwa Riska tidak lagi tunduk padanya. Pria itu memerhatikannya dari kejauhan, mencoba memahami langkah apa yang sedang disusun istrinya. Suasana rumah menjadi penuh ketegangan yang tak terlihat namun terasa berat di udara.
---
Cliffhanger
Di tengah malam, saat Riska sedang menyusuri satu folder berisi dokumen yang tampaknya penting, Aldo tiba-tiba muncul di belakangnya. Riska tersentak, tetapi mencoba untuk tidak menunjukkan rasa takut.
“Apa yang kau lakukan dengan dokumen-dokumenku, Riska?” Aldo bertanya dengan nada rendah, penuh ancaman.
Riska mengangkat wajahnya, menatap Aldo dengan keberanian yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya. “Aku hanya ingin tahu siapa sebenarnya pria yang telah menikahiku.”
Aldo tertawa kecil, namun tatapannya tetap berbahaya. “Kalau begitu, bersiaplah, Riska. Kau akan mengetahui kebenaran yang selama ini tak kau bayangkan.”
ketegangan yang semakin tinggi. Riska merasa ada bahaya besar yang mengintai, sementara Aldo seakan memberi petunjuk bahwa kebenaran yang ia cari akan membawanya pada sesuatu yang lebih menakutkan.
Riska duduk di meja makan, namun pikirannya berkelana jauh. Ia merasa ada sesuatu yang tak beres. Setiap kata dan gerakan Aldo baru-baru ini semakin mencurigakan. Perkataan Reza terus terngiang di kepalanya: “Jangan remehkan orang yang sudah kau sakiti…”
Tidak ingin larut dalam rasa cemas, Riska memutuskan bahwa malam ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan penyelidikan lebih jauh. Ketika Aldo tertidur, ia perlahan menyelinap ke ruang kerjanya, tempat semua rahasia mungkin tersembunyi. Dengan jantung yang berdetak kencang, ia membuka salah satu laci meja Aldo dan mendapati beberapa dokumen penting terkait bisnisnya.
---
Di Ruang Kerja Aldo
Riska membaca setiap kata di dokumen itu. Ada banyak kontrak, transfer uang, dan nota perjanjian, namun satu hal yang paling menarik perhatiannya adalah sebuah surat perjanjian. Mata Riska terbelalak ketika ia menyadari bahwa dokumen tersebut adalah perjanjian yang melibatkan dirinya tanpa sepengetahuannya. Itu adalah kontrak pernikahan rahasia, di mana segala aset, bahkan anak yang mungkin mereka miliki, akan sepenuhnya berada di bawah kendali Aldo.
“Bagaimana bisa dia begitu licik?” batinnya.
Namun, sebelum Riska bisa memahami seluruh isi kontrak itu, langkah kaki terdengar mendekati ruangan. Ia cepat-cepat menutup laci dan berpura-pura membereskan barang-barang di ruangan.
Aldo muncul di pintu, menatapnya dengan tatapan curiga. “Apa yang kau lakukan di sini, Riska?”
Riska tersenyum canggung, mencoba meredam kegugupannya. “Aku… hanya mencari dokumen asuransi kesehatan. Aku lupa di mana meletakkannya.”
Aldo tersenyum, namun matanya tetap penuh kecurigaan. “Dokumen asuransi? Kau seharusnya tahu bahwa aku yang mengurus semua itu.”
“Aku hanya ingin memastikan sendiri, Aldo. Tidak ada salahnya, kan?” jawab Riska, berusaha menyeimbangkan nada suaranya agar terdengar biasa.
Aldo mendekat, berdiri tepat di depannya, sehingga Riska bisa merasakan napasnya yang teratur dan dingin. “Kalau begitu, jangan masuk ke ruanganku tanpa izin lagi,” katanya dengan nada rendah, penuh ancaman yang tersirat.
---
Dialog Emosional dan Ketegangan
Malam itu, Riska tidak bisa tidur. Ia merasa semakin takut dengan pria yang ada di sampingnya. Aldo bukanlah suami yang ia kenal di awal pernikahan. Pria itu berubah menjadi seseorang yang penuh dengan misteri dan bahaya. Namun, tekad Riska sudah bulat. Ia tak akan membiarkan Aldo terus mengendalikannya.
Keesokan paginya, saat mereka sarapan, Riska berusaha untuk memulai percakapan yang lebih mendalam.
“Aldo,” panggil Riska sambil menatapnya penuh harap. “Apakah kau pernah merasa kalau hidup ini terlalu penuh dengan kebohongan?”
Aldo berhenti mengunyah dan menatapnya tajam. “Apa maksudmu?”
Riska menarik napas panjang. “Aku hanya merasa… ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku. Apakah aku salah?”
Aldo tertawa kecil, namun tawanya terdengar dingin. “Kau mulai berimajinasi terlalu jauh, Riska. Mungkin kau harus fokus pada kehidupanmu sendiri.”
Riska tidak menyerah. “Aku hanya ingin tahu, Aldo. Apakah pernikahan ini nyata? Atau hanya permainan bagimu?”
Aldo menatapnya lama, sebelum akhirnya berkata, “Pernikahan ini adalah sesuatu yang kau setujui, Riska. Jangan lupa, kau sudah menyetujui segalanya.”
Riska tersentak. Apakah Aldo tahu bahwa ia telah menemukan kontrak pernikahan itu? Perasaan takut dan marah bercampur menjadi satu, namun Riska berusaha untuk tetap tenang.
“Baiklah, kalau begitu,” jawab Riska dengan suara bergetar, “aku akan menemukan caraku sendiri untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.”
---
Permainan Psikologis dan Ketegangan
Hari-hari berlalu, Riska semakin yakin bahwa Aldo telah menyusunnya dalam rencana besar yang tak ia pahami. Di lain pihak, Aldo mulai merasakan adanya jarak yang semakin jauh antara mereka. Riska menjadi semakin tertutup, tak lagi membagikan hal-hal kecil dalam hidupnya.
Aldo pun menyadari bahwa dirinya mulai merasa terancam. Ia harus memastikan bahwa Riska tidak mengetahui lebih dari yang seharusnya. Maka, Aldo mulai memasang pengawasan ketat, menugaskan beberapa bawahannya untuk mengikuti Riska.
Namun, Riska bukanlah wanita yang mudah dikuasai. Ia menemukan berbagai cara untuk lolos dari pengawasan dan menggali informasi lebih dalam. Di satu sisi, ia merasa tertantang untuk membuktikan bahwa ia bisa melawan Aldo. Di sisi lain, hatinya mulai terbagi antara rasa benci dan perasaan yang pernah ia miliki untuk Aldo.
---
Cliffhanger
Suatu malam, saat Riska berhasil mengumpulkan beberapa bukti penting, ia terkejut mendapati bahwa Aldo sudah menunggunya di pintu rumah.
“Apa yang kau bawa di tanganmu itu, Riska?” Aldo bertanya dengan nada tajam.
Riska tersenyum sinis, merasa keberanian yang baru. “Hanya beberapa bukti yang mungkin akan menghancurkanmu, Aldo.”
Aldo menatapnya tajam, namun kali ini ia tertawa kecil, tawa yang penuh dengan kesombongan. “Kau tidak tahu dengan siapa kau berhadapan, Riska. Semakin kau mencoba melawan, semakin aku akan membuat hidupmu sulit.”
Riska menatapnya tak gentar. “Aku akan melawanmu sampai akhir, Aldo. Sampai kau merasakan sakit yang sama seperti yang kau berikan padaku.”
Bab berakhir dengan ketegangan yang semakin memuncak, memberikan gambaran bahwa perang psikologis di antara mereka baru saja dimulai.