Karena hutang ayahnya, Ervina terpaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal dingin, kejam dan tak tersentuh. Kabarnya sang CEO tidak bisa melupakan mantan istri pertamanya.
Narendra Bimantara, Seorang CEO yang membenci sebuah pernikahan karena pengalaman buruk di masa lalu. Namun, karena putri semata wayangnya yang selalu meminta Ibu, Naren terpaksa menikahi Ervina sebagai pelunas hutang rekan kerjanya.
Namun, Naren tak pernah berfikir menjadikan Ervina istri sungguhan, dia berfikir akan menjadikan Ervina baby sister putrinya saja.
Dan membuat perjanjian pernikahan dengan Ervina.
Ikuti kisah IPHMDK
karya Roro Halus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Mau Mommy Na.
"Sakit, Bu! Tubuh Na sakit semua, Ibu! Apa surga begitu indah Bu, hingga Na harus menderita seperti ini untuk menebus surga Na?" keluhnya seolah sedang memandang wajah Ibunya.
Ervina benar-benar dilanda keterkejutan yang luar biasa, dia tidak pernah berfikir jika pertemuan pertama dengan suaminya akan semenyakitkan ini, karena kesan kejam yang didengar dari luar tidak terlihat dari cerita Calisha tentang Daddynya selama ini.
Ervina sedikit memupuk harapan pada suaminya itu.
Hatinya kian meninggi saat setiap kali memakan masakan Ervina, Calisha selalu berkata jika Daddynya pasti akan suka, dan selama tiga minggu ini, Ervina menjadi percayalah diri jika suaminya akan suka.
Calisha terus membesarkan hatinya.
Gadis sekecil itu membuat dirinya percaya diri untuk tinggal di Mansion besar ini, namun dalam sekejap dirinya merasa kecil kembali dengan penghinaan Narendra, —Suaminya.
Merasa kerdil dengan kekerasan yang Naren lakukan, dia seolah tersadar kembali jika dirinya memang hanya istri yang dibeli, istri yang tidak diinginkan dan istri yang tak tau diri yang telah hanyut dalam peran menjadi Mommy untuk Calisha.
Ervina benar-benar hanyut dalam kebahagiaan bersama Calisha, putri kecil yang Ervina yakini sebagai hadiah dari Tuhan untuk menghiburnya.
Bodoh!
Ervina bodoh telah berharap banyak pada suaminya, hanya karena cerita indah dari sang putri.
"Ibu, Sakit sekali hati Na, Bu!" tangisnya.
Gadis 19 tahun itu tak tau harus mengadu pada siapa lagi selain pada Ibunya yang sudah meninggal dunia, Ayahnya telah pergi meninggalkan dirinya dan menyusul Noela ke Swiss.
Tak akan pernah Ervina mengadu apapun lagi pada Ayahnya yang kejam.
Jauh lebih kejam daripada Naren menurut Ervina, karena Ayahnyalah yang sejatinya menjerumuskan dirinya pada lubang derita ini.
Hingga Ervina telah larut dalam kesedihannya kali ini.
Tak apa!
Ervina ingin meluapkan kekecewaannya pada harapannya sendiri!
Ervina tak ingin menyalahkan siapapun!
Ervina ingin hari ini saja, sebelum akhirnya dia bangun dengan kenyataan yang ada di depan mata, bukan lagi harapan yang hanya memberikan dirinya kekecewaan.
Cklek!
Hingga Ervina melihat pintu kamar mandinya terbuka dan mendapati Bi Arum berjalan tergopoh mendekatinya, hal itu membuatnya semakin meledakkan tangisannya.
Seolah Ervina melihat ibunya benar-benar datang memeluknya.
Diraihnya tubuh ringkih Bi Arum dan mendekap nya dengan erat, "Bi, Sakit! Na sakit, Bi!" lirihnya.
Bi Arum hanya bisa mengusap tubuh basah Ervina dengan lembut sambil mengangguk, air matanya juga luruh melihat keadaan Ervina, "Iya, Nyonya! Yang kuat ya, Calisha dan Bibi sayang sekali dengan Nyonya!" ucap Bi Arum.
Ervina mengangguk sambil menangis, melepaskan semua sakit di hati dan tubuhnya.
Bi Arum dengan cepat melerai pelukannya dan memapah Ervina menuju closed, melepaskan baju basah yang ada dalam tubuh Ervina hingga tanpa sedikitpun penghalang.
"Nyonya disini sebentar, Bibi ambilkan pakaian gantinya!" pamitnya.
Ervina hanya mengangguk tak bertenaga setelah merasakan sakit yang teramat dalam di pangkal rambutnya seakan kulit kepalanya akan lepas, ditambah kehabisan nafas yang membuatnya sangat lemas.
Bi Arum kemudian datang dengan baju ganti yang sudah disiapkan untuk dirinya, Bi Arum membantu Ervina mengenakan baju itu dan memapah menuju kasur yang tak pernah Ervina tempati karena Ervina tidur di kamar Calisha.
"Nyonya, kenapa bisa memakai baju ini?" tanya Bi Arum.
Ervina yang mulai sedikit tenang menatap Bi Arum dalam, "Memangnya kenapa, Bi?"
"Ini baju yang yang sangat bersejarah untuk Tuan Naren dan Ibunya Calisha, Nyonya! Siapapun tak boleh memegang baju ini, kenapa bisa dipakai oleh Nyonya?" tanya Bi Arum.
Deg!
"Baju mendiang ibunya non Calisha?" tanya Ervina.
Bi Arum mengangguk, "Iya, Nyonya! Saya tidak tau mendiang atau apa, saat masuk kesini sudah ada Tuan Naren dengan non Calisha saja!" jawab Bi Arum, "Bi Arum sudah peringatkan, jangan menyentuh milik Tuan Naren!" lanjutnya.
Ervina mengangguk, "Maaf, Bi!"
"Kalau Nyonya sudah siap dan baik-baik saja, Calisha menunggu Nyonya, dia terus menangis!" ucap Bi Arum, "Kuatkan diri Nyonya, saya takut Nyonya akan kena marah Tuan Naren lagi!" lanjut Bi Arum.
"Iya, Bi!" jawab Ervina.
Setelah Bi Arum pergi, Ervina langsung berdiri dengan sisa tenaganya, Karena tidak tega jika gadis kecilnya terus menangis, walau bagaimanapun Calisha tidak bersalah disini.
Ervina berjalan gontai menuju kamar Calisha, Namun saat sebelum sampai di kamar Calisha, Ervina melihat laki-laki yang beberapa saat lalu menyakitinya tengah duduk di depan kamar Calisha sambil terus membujuk putrinya.
"Buka pintunya, Sayang! Daddy bawakan hadiah dari Milan lo!" ucapnya sedikit lembut.
Membuat Ervina hanya berdiri sambil menundukkan kepala, menetralkan jantung yang mulai berdebar ketakutan.
"TIDAK! Daddy kejam! Calisha gak mau Daddy ... Calisha mau Mommy Na!" pekik Calisha dari dalam dengan suara tersendat-sendat.
Membuat Ervina tak tega dan mendekat, "Biar saya bujuk, Tuan!" lirihnya.
Sontak Naren berdiri sambil melirik tajam Ervina dan bergeser sedikit memberikan jalan untuk Ervina walaupun berat hati.
Tok! Tok! Tok!
"Putri cantik Mommy Na, buka pint—"
Cklek!
Belum sempat Ervina menyelesaikan ucapannya, Calisha telah lebih dulu membuka pintu kamarnya dan menghambur memeluk Ervina.
Karena gerakan dadakan Calisha, membuat Ervina terhuyung dan terduduk di lantai sambil memeluk putri kecilnya yang sangat manis.
"Mommy sakit? Mommy baik-baik saja? Jangan tinggalkan Calisha sendiri, Mommy! ... Maafkan Calisha memaksa Mommy memakai baju itu!" tangis Calisha tersedu-sedu sambil memeluk Ervina.
"Mommy Na baik-baik saja, Sayang! Bukan salah Calisha, okey?" lirih Ervina.
Calisha kemudian menarik dirinya dan menangkup wajah Mommynya dengan air mata yang terus luruh, "Calisha yang mencuri baju itu karena ingin lihat jika dipakai Mommy, Calisha pikir Daddy gak akan pulang! Maafkan Calisha!" racaunya terus menangis.
Ervina hanya mengusap wajah putrinya yang penuh rasa sesal, bisa Ervina lihat jika putrinya telah menangis cukup lama karena kedua matanya bengkak.
"Daddy hanya terkejut, Daddy tidak marah sama Mommy! Ini buktinya Mommy sudah cantik lagi ... Calisha juga tidak boleh menangis, nanti jelek!" ucapnya menenangkan putri kecilnya.
"Calisha gak mau Daddy!" lirihnya sambil melirik penuh amarah pada Naren.
"Mommy gak kenapa-napa, Nak!" yakin Ervina.
Detik berikutnya Calisha mengusap rambut basah Ervina, "Pasti sakit sekali kepala, Mommy!"
"Tidak, ini mommy sudah bisa jalan dan akan memasak untuk Calisha! Calisha belum makan kan?" tanya Ervina dengan penuh senyum.
Calisha mengangguk!
Belum makan dan menangis membuat Calisha semakin di landa rasa lapar.
"Ya sudah, Calisha tunggu sini biar Mommy Na masakkan makanan kesukaan Calisha, okey?"
Calisha menggeleng, "No Mommy Na, Calisha ikut, Calisha akan jagain Mommy!"
Hal itu membuat Ervina tersenyum dan mengangguk, kemudian berdiri untuk turun ke pantry bawah, mengabaikan sakit kepala yang luar biasa.
Meninggalkan Naren begitu saja.
Deg!
Menyaksikan drama Calisha membuat Naren berdetak mengetahui kebenaran cerita baju yang dipakai Ervina.
"Jadi karena Calisha?"
Bersambung....
Siapa kemarin yang sudah otw ngerujak Naren?
pasti kelakuan nya si Candra itu