novel fantsy tentang 3 sahabat yang igin menjadi petualang lalu masuk ke akademi petualang dan ternyata salah satu dari mereka adalah reinkarnasi dewa naga kehancuran yang mengamuk akbiat rasnya di bantai oleh para dewa dan diapun bertekad mengungkap semua rahasia kelam di masa lalu dan berniat membalas para dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Albertus Seran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Hutan kegelapan
Hutan Kegelapan menampakkan diri di depan mereka seperti makhluk hidup yang mengerikan. Pohon-pohon tinggi menjulang, dikelilingi oleh kabut tebal yang berwarna kelabu. Di antara cabang-cabang yang rimbun, tidak ada sinar matahari yang bisa menembus, menciptakan suasana mencekam yang membuat bulu roma Aric berdiri. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar, menyatu dengan bisikan angin yang seakan memberi peringatan.
Aric, Lyria, dan Kael melangkah perlahan, menyesuaikan diri dengan kegelapan yang menyelimuti hutan. Kecemasan merayap dalam diri mereka, tetapi tekad untuk menemukan jawaban menguatkan langkah mereka. Setiap suara gemerisik di semak-semak membuat jantung mereka berdebar lebih cepat.
"Kau yakin kita harus masuk ke sini?" tanya Lyria, suaranya bergetar saat mereka melangkah lebih dalam ke dalam hutan. "Aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres."
Aric menoleh ke arah Lyria dan memberikan senyuman yang dipaksakan. "Kita tidak punya pilihan lain. Nyra mengatakan kita harus menemukan kekuatan kuno, dan kita hanya bisa menemukannya di sini."
Kael berjalan di belakang mereka, matanya mengamati setiap sudut dengan cermat. "Tapi apa sebenarnya kekuatan kuno itu? Dan bagaimana kita tahu itu aman untuk digunakan?"
Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, Aric menjawab, "Aku tidak tahu. Tapi jika itu dapat membantuku mengendalikan kekuatan naga di dalam diriku, kita harus mencobanya. Jika tidak, semua usaha kita akan sia-sia."
Mereka terus melangkah lebih dalam, memasuki bagian hutan yang lebih gelap. Suasana semakin mencekam, dan kadang-kadang Aric merasakan tatapan dari jauh. "Ada sesuatu di sini," katanya, berusaha menenangkan kedua sahabatnya. "Kita harus tetap waspada."
Tiba-tiba, suara gemuruh dari belakang mereka memecah keheningan. Mereka menoleh dan melihat sosok bayangan melompat dari balik pepohonan. Bayangan itu meluncur cepat ke arah mereka, dan sebelum mereka sempat bereaksi, sosok tersebut muncul di depan mereka.
"Siapa kalian?" teriak makhluk itu, tampak seperti hibrida antara manusia dan binatang. Matanya bersinar dengan kecerahan yang aneh, dan giginya tajam. "Apa tujuan kalian memasuki Hutan Kegelapan?"
Lyria menarik napas dalam-dalam, merasa ketakutan dan kebingungan. "Kami... kami mencari kekuatan kuno. Kami ingin menghentikan pasukan cahaya."
Makhluk itu menatap mereka dengan curiga. "Kekuatan kuno? Banyak yang datang ke sini mencari itu, tetapi tidak semua berhasil. Apa yang membuat kalian berbeda?"
Aric mengambil langkah maju, hatinya bergetar tetapi matanya menunjukkan ketegasan. "Kami tidak mencari kehancuran. Kami hanya ingin melindungi dunia ini dan teman-teman kami. Kami siap menghadapi risiko, apapun itu."
Sosok itu menilai mereka sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah. Jika kalian serius, aku akan membawamu ke pemimpin kami. Dia mungkin bisa membantu kalian."
"Terima kasih," kata Lyria, merasa sedikit lega. Namun, Aric masih waspada. Mereka mengikuti makhluk itu melalui lorong-lorong sempit antara pepohonan yang menjulang tinggi. Suasana di sekitar semakin suram, dan kabut semakin menebal.
Setelah berjalan beberapa waktu, mereka tiba di sebuah area terbuka yang dipenuhi cahaya lembut dari cahaya bulan yang menembus celah-celah pepohonan. Di tengah area tersebut berdiri sebuah altar kuno dengan simbol-simbol misterius yang terukir di batu. Di sekeliling altar, beberapa makhluk lain berkumpul, semua tampak waspada dan siap untuk bertindak.
Makhluk yang membawa mereka melangkah maju, berbicara dengan suara dalam. "Pemimpin, mereka datang untuk mencari kekuatan kuno."
Dari kerumunan, seorang wanita muncul, mengenakan gaun panjang berwarna hijau tua yang tampak seolah terbuat dari daun dan lumut. Wajahnya anggun dan matanya menunjukkan kebijaksanaan yang mendalam. "Apa yang kalian cari di sini?" tanyanya, suaranya lembut tetapi tegas.
Aric maju, berusaha menunjukkan keberanian meskipun hatinya berdebar. "Kami mencari kekuatan kuno untuk menghentikan pasukan cahaya. Mereka mengancam dunia kita, dan aku harus belajar mengendalikan kekuatan naga di dalam diriku."
Wanita itu memperhatikan Aric dengan seksama, seolah mencari sesuatu dalam tatapannya. "Kekuatan naga di dalam dirimu adalah sesuatu yang berbahaya. Kau tidak bisa mengendalikannya dengan sembarangan. Apa yang kau lakukan di sini adalah perjuangan melawan takdir yang telah ditentukan."
Lyria menambahkan, "Kami tidak ingin menghancurkan. Kami ingin melindungi yang kami cintai."
Wanita itu mengangguk pelan, dan raut wajahnya terlihat lebih lembut. "Baiklah, aku akan membantumu. Tetapi ingat, kekuatan tidak datang tanpa biaya. Apa yang kau bayar untuk mendapatkan kekuatan itu?"
Aric merasa tertekan oleh pertanyaan itu, tetapi ia tahu bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain. "Apa pun itu, aku siap membayarnya."
Wanita itu tersenyum, tetapi senyumnya mengandung kesedihan. "Kau harus menghadapi ketakutanmu dan menjelajahi kegelapan di dalam dirimu. Hanya dengan menghadapi sisi terkelam dari dirimu sendiri, kau akan bisa mengendalikan kekuatan yang ada."
Makhluk-makhluk di sekitar altar memandang Aric, Lyria, dan Kael dengan penasaran. Suasana semakin tegang, dan Aric merasakan beban berat di hatinya. "Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya, suaranya bergetar.
"Masuklah ke altar ini," jawab wanita itu. "Di dalam sana, kau akan menemukan tantangan yang harus kau hadapi. Jika kau berhasil, kekuatan kuno akan menjadi milikmu."
Kael menggenggam lengan Aric. "Aku tidak suka ini, Aric. Apa yang akan terjadi di dalam sana?"
"Aku tidak tahu," jawab Aric, menatap altar dengan penuh ketakutan. "Tapi aku harus melakukannya. Ini satu-satunya cara untuk melindungi kita semua."
Dengan langkah ragu, Aric melangkah maju menuju altar. Setiap langkah terasa berat, tetapi ketegasan di dalam hatinya membawanya lebih dekat. Ketika ia mencapai altar, sebuah cahaya menyilaukan muncul, dan saat ia mengangkat tangannya, seolah ada tarikan kuat yang menariknya masuk ke dalam.
Sekelilingnya gelap, dan Aric merasakan kegelapan melingkupinya. Suara berbisik datang dari semua arah, mengisi pikirannya dengan keraguan dan ketakutan. Namun, di tengah kegelapan itu, satu suara lain muncul, suara yang penuh dengan keberanian dan harapan.
"Aric, ingat siapa dirimu. Ini bukan hanya tentang kekuatan, tetapi juga tentang bagaimana kau menggunakan kekuatan itu. Kau bukan sendirian."
Dengan keyakinan baru, Aric bersiap untuk menghadapi tantangan yang menantinya. Apakah ia akan berhasil mengendalikan kekuatan naga di dalam dirinya, ataukah ia akan tenggelam dalam kegelapan yang lebih dalam? Perjuangan ini baru saja dimulai, dan takdirnya menunggu untuk diungkap.