Karena suatu kejadian yang tidak terduga, Carlina harus melahirkan anak kembar yang super jenius.
Carlina sendiri tidak tahu, siapa ayah dari anaknya tersebut. Namun kemunculan dua anak kembar tersebut membuat Arthur harus menyelidiki kejadian 8 tahun lalu itu.
Akankah semuanya terungkap? Apa sebenarnya hubungan mereka?
Penasaran? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17
Keduanya terlihat kompak saat memasak, para pelayan hanya memperhatikan mereka saja.
Pelayan hanya kebagian mencuci alat-alat masak yang kotor setelah dipakai. Lina meminta pada salah satu pelayan untuk memanggil mereka makan.
Merekapun segera ke meja makan, Carla memekik saat tiba-tiba Austin menggendongnya.
Carlina mengambilkan nasi untuk suami dan kedua anaknya. Sementara Lina juga sama, melayani suaminya dan kedua anaknya.
"Pa kapan kami bisa sekolah?" tanya Carlos.
Saat ini mereka sedang duduk diruang tamu, setelah selesai makan mereka akan ngobrol sebentar.
"Kalian mau sekolah yang dekat atau yang jauh?" tanya Arthur.
"Sekolah dekat saja agar tidak terlalu repot," jawab Carlina.
"Kalau sekolah swasta, bisa berteman dengan anak-anaknya Kayden dan yang lainnya. Tapi jauh dari sini," kata Lina.
"Yang dekat saja Ma, nanti mereka bisa berangkat sendiri dengan sepeda," ujar Carlina.
"Apa tidak bahaya membiarkan mereka pergi sendiri? Bagaimana jika ...."
Perkataan Avariella terhenti saat Austin menyikut lengannya. Austin tidak ingin kakaknya berbicara tidak baik.
"Aku cuma mengkhawatirkan mereka saja," gumamnya, namun masih didengar oleh mereka.
"Ucapkan yang baik-baik saja, jangan berucap yang buruk-buruk," ujar Austin.
"Gak apa-apa mereka beda sekolah, lagi pula di negara A mereka sudah terbiasa berangkat sekolah tidak diantar jemput," kata Carlina.
"Sebaiknya mereka satu sekolah dengan saudara-saudaranya yang lain. Biar mereka kumpul disana." Randy menimpali.
Iya, soal antar jemput, biar kami saja," ucap Lina.
"Bagaimana?" tanya Arthur.
"Terserah mana baiknya saja," jawab Carlina.
"Pa, kami sekolah yang dekat saja. Nanti kami bisa berangkat menggunakan sepeda," ucap Carlos.
"Bagaimana jika ada orang jahat nanti?" tanya Randy.
"Kami akan lawan Opa," jawab Carla.
Randy menoleh ke Carlina seolah meminta penjelasan. Carlina mengangguk dan menceritakan jika mereka pemegang sabuk hitam.
"Mereka sejak umur 5 tahun sudah dilatih oleh papa angkatku, karena kejahatan di negara A juga rawan kejahatan. Jadi mereka harus kuat demi menjaga diri sendiri," ucap Carlina sambil tertunduk.
"Pantas saja mereka begitu berani," kata Avariella.
"Masuk kamar yuk, sudah malam!" ajak Lina.
Mereka masuk kedalam kamar, sedangkan Austin dan Avariella kembali ke rumahnya.
Randy dan Lina tidur dengan kedua cucunya. Karena sudah cukup larut, Carla dan Carlos pun akhirnya tertidur.
Sementara di kamar sebelah, Carlina masih belum tidur. Ia membelakangi Arthur, namun Arthur segera memeluknya dari belakang.
Karena ia teringat ajaran papanya, harus berani dan hangat terhadap istri. Arthur pun mencobanya.
Carlina terlonjak, namun Arthur semakin erat memeluknya. Akhirnya sedikit demi sedikit Carlina mulai tenang.
"Mengapa belum tidur?" tanya Arthur.
"Belum ngantuk," jawab Carlina.
Arthur mengelus tangan Carlina dengan lembut. Carlina merasa ada sesuatu menjalar di dalam tubuhnya.
Ia tidak pernah bersentuhan seperti ini dengan lawan jenis dalam keadaan sadar. Carlina mencoba menepis tangan Arthur.
"Biarkan seperti ini, dengan begini kita bisa lebih saling dekat. Apa kamu tidak ingin anak kita bahagia jika melihat kita bahagia? Kebahagiaan anak biasanya terletak pada keharmonisan kedua orang tuanya."
Carlina terdiam, ia ingat kata-kata mertuanya. Iapun akan mencoba membuka hatinya meskipun tidak mudah.
Tapi demi kebahagiaan anak-anak nya tidak salah mencoba menerimanya. Pelan-pelan, dengan begitu maka cinta akan tumbuh seiring waktu.
Carlina tidak munafik jika dia mengagumi ketampanan pria yang kini menjadi suaminya.
Carlina tidak dapat bayangkan jika dulu ia ditiduri oleh pria yang tidak bertanggung jawab. Atau lebih buruknya suami orang. Pasti hidupnya akan benar-benar hancur.
"Arthur!" panggil Carlina.
Arthur tidak menjawab, Carlina mengira jika Arthur sudah tidur. Carlina membalikkan tubuhnya menghadap Arthur.
Namun dengan cepat Arthur memeluknya dari depan dan mengecupnya dibibir. Carlina terdiam mematung karena tidak menduga.
Carlina hendak berbalik lagi, namun segera ditahan oleh Arthur. "Ubah panggilan mu, jangan panggil nama, kurang sopan."
"Apa?" tanya Carlina.
"Abang atau mas atau hubby, sayang boleh juga," jawab Arthur.
Carlina tidak menjawab, lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan nya. Namun ia akan membiasakan diri.
"Tidurlah, sudah larut malam."
"Tapi aku tidak biasa tidur seperti ini."
"Kamu harus terbiasa, karena kita sudah pasangan suami istri."
"Katanya kaku dan dingin, tapi kok tidak seperti yang di rumorkan," batin Carlina.
"Hanya denganmu aku seperti ini, tidak dengan yang lain," kata Arthur.
Carlina menutup mulutnya. "Apa dia bisa membaca pikiran ku?" batinnya lagi.
Arthur pun memejamkan matanya, namun tangannya tetap melingkar di pinggang istrinya.
Carlina pun membiarkan saja, karena percuma saja melepaskan diri, nanti ujung-ujungnya masih dipeluk juga. Akhirnya keduanya pun tertidur saling berpelukan.
Pagi harinya ...
Carlina terbangun dan hendak menyiapkan sarapan untuk mereka semua. Namun ternyata mertuanya sudah ada didapur.
"Ma, maaf aku terlambat bangun," ucapnya. Padahal masih jam lima pagi.
"Gak apa-apa, mama sudah terbiasa begini. Kamu juga harus pintar memanjakan lidah suamimu."
Carlina tidak menjawab, waktu belum menikah pun ia sudah sering membantu mamanya.
Sedikit-sedikit ia bisa belajar memasak. Tidak seperti kakaknya yang hanya bisa memerintahkan pelayan.
Bahkan untuk segelas air saja harus minta pelayan yang melayaninya. Sangat jauh berbeda dengan Carlina yang melakukan sesuatu sendiri.
Selama ia mampu, maka akan dilakukan nya sendiri. Karena prinsipnya tidak ingin merepotkan orang lain.
Kalau soal belanja, menghamburkan uang maka Rekha lah jagonya. Seharian berada di mall ia sanggup.
"Bagaimana tidurnya, nyenyak?" tanya Lina.
"Iy--iya ma," jawab Carlina gugup. Jujur ia kurang tidur sebenarnya. Karena Arthur memeluknya sepanjang malam menjadikan nya guling hidup.
Setelah selesai masak, Lina dan Carlina kembali ke kamar untuk mandi. Lina sengaja membawa pakaian ganti karena niatnya memang ingin tidur bersama cucunya.
"Kamu ke perusahaan hari ini?" tanya Randy. Karena Arthur sudah bersiap dengan pakaian formalnya.
"Aku ingin mendaftarkan anak-anak ke sekolah," jawab Arthur.
"Hmmm, baguslah lebih cepat lebih baik," kata Randy.
Mereka sudah berkumpul di meja makan. Setelah sarapan, Arthur akan mengajak Carlina ke sekolah untuk mendaftar.
"Nanti ambil kunci mobil di rumah, kamu tinggal pilih mana yang kamu suka?"
"Aku sudah pesan ke Kenzo mobil keluaran terbaru dan anti peluru juga. Biar Carlina nanti bisa aman," jawab Arthur.
"Terserah kamu deh, jangan lupa berikan dia kartu untuk keperluan nya, terserah dia mau belanja apapun," kata Randy.
"Sudah ada Pa, aku juga tidak terlalu suka berbelanja," ujar Carlina.
Setelah selesai sarapan, Arthur mengantar orang tuanya lebih dulu, setelah itu mereka akan langsung ke sekolah untuk mendaftar.
"Katanya sekolah dekat, kok kesini?" tanya Carlina saat mereka sudah sampai di sekolah elit.
"Disini lebih bagus, dan pengawasan lebih ketat. Aku tidak mau anak-anakku kenapa-kenapa. Dan juga disini Carla dan Carlos bisa mengenal saudara-saudaranya," jawab Arthur.
Carlina tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia ikut saja apa yang suaminya inginkan. Selama untuk kebaikan anak-anaknya.
Yg aq nyaho mh kreker rasa keju 😁😁😁