Raja Chaiden Gaver Wallace dan Ratu Ivara Zelda Geraldine Wallace, pasangan Raja dan Ratu yang saling mencintai, dua sosok yang memiliki pengaruh paling besar di kerajaan Wallace.
Ratu Wallace, merupakan perempuan Cantik, tangguh, bijaksana dan juga pintar, seorang Ratu yang begitu menghargai rakyat nya.
Tragedi penculikan yang di lakukan oleh paman Raja Wallace, membuat nya terjatuh ke dalam jurang, meninggal kan semua orang termasuk meningal kan cinta nya.
---------------------------------------------------
"Queen aku merindukan mu"
~Raja Chaider Gaver Wallace
"King aku kembali?"
~?......
"Ibu apa kami memiliki ayah?" tanya dua bocah kecil.
~?.....
Setelah tujuh tahun berpisah, akhirnya semesta kembali mempertemukan mereka berdua.
Akan kah cinta mereka akan kembali menyatu? Atau hanya sebatas pertemuan singkat?
Ada rahasia besar apa di antara Raja dan Ratu?
Penasaran? Cus langsung kepoin cerita Author
Season 2 CALON RATU TANGGUH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIA SEMPURNA
Sang nenek menghentikan pergerakan tangan nya yang hendak menuangkan teh ke dalam cangkir.
Wanita tua itu melihat kearah Ivara yang sedang menatap lurus ke depan, bisa wanita tua itu lihat sorot mata Ivara tampak sendu.
Tak
"Begitu," ucap sang nenek Li meletakkan cangkir teh.
"Apa kamu ingin menemui nya?" tanya nenek Li
Ivara masih diam, tidak langsung menjawab pertanyaan Nenek Li.
"Aku takut..." jawab Ivara lirih.
"Kenapa? Apa ayah si kembar menyakiti mu nak?" tanya Nenek Li, lembut.
Sampai sekarang Nenek Li tidak tahu kenapa Ivara bisa sampai hanyut di sungai dengan tubuh penuh luka, tujuh tahun yang lalu.
Nenek Li tidak bertanya, karena takut membuat Ivara merasa tidak senang, selama ini Nenek Li hanya merawat dan membatu pemulihan kesehatan Ivara, paskah tidak sadar kan diri selama tujuh tahun, dan sekarang Ivara sudah sehat kembali berkat pengobatan dari Kakek Jo dan Nenek Li.
Sejujurnya Nenek Li sangat penasaran, sebenarnya ada apa dengan perempuan cantik yang sudah diri nya anggap sebagai cucu nya ini, tidak jarang Nenek Li melihat Ivara sedang nangis.
"Jangan kan menyakiti ku Nek, dia bahkan tidak pernah meninggikan suara nya, sekalipun aku berbuat salah," jawab Ivara tersenyum lirih.
"Dia laki-laki yang baik, orang lain mengenal nya sebagai sosok yang kejam dan tidak punya perasaan," ucap Ivara.
"Tapi tidak bagi Ivara, aku mengenal nya sebagai laki-laki yang begitu baik dan berhati lembut, dia tahu bagaimana cara dia bersikap, dia memang tidak romantis seperti kebanyakan laki-laki di luar sana, tapi dia sempurna," lanjut Ivara dengan suara yang mulia bergetar.
Nenek Li hanya diam, mendengar kan tanpa menyela, tangan nya senantiasa mengusap lembut tangan Ivara.
"Laki-laki hebat itu suami ku Nek, dan Aku sangat merindukan nya hiks...hiks....hiks...."
Runtuh sudah pertahanan Ivara, tangisan nya kembali pecah untuk kesekian kali nya, dengan alasan yang sama dan rasa yang sama.
Rindu! Rindu suaranya, rindu mukanya, rindu orangnya, rindu semua tentang dia.
"Pulang lah nak, temui dia, temui suami mu," ucap Nenek Li menghapus air mata Ivara.
"Apakah mungkin dia masih mengingat ku Nek? Bagaimana jika ternyata dia sudah melupakan ku?" Tanya Ivara dengan mata berkaca-kaca.
"Apa kamu tidak mempercayai cinta mu Hem? " tanya Nenek Li.
"Tidak perlu ada yang ditakutkan Nak. Cinta mu dan cinta suami mu yang akan menyatukan kalian lagi.Apa kamu meragukan cinta kalian?" ucap Nenek Li
Ivara terdiam mendengar perkataan Nenek Li, apa mungkin cinta suami nya masih sama? bisakah Ivara mengulang kisah cinta nya bersama suami nya?
"Tidak perlu dipikirkan, percaya pada hati mu," ucap Nenek menenangkan.
"Terimakasih Nek," ucap Ivara tersenyum.
"Ibu!!!"
Ucap Brian dan Damar berlari ke arah Ivara.
"Jangan lari-lari sayang," ucap Ivara.
Damar hanya menyengir lucu, sementara Brian hanya mengangguk kan kepalanya singkat dengan wajah lempeng nya, persis Raja Wallace.
"Sudah selesai latihan nya?" tanya Ivara, tersenyum lembut.
"Sudah," jawab Damar mengguk riang.
Brian? Jangan di tanya, pria kecil duplikat Raja Wallace itu hanya mengangguk singkat, membuat Ivara gemas dengan putra sulungnya yang kelewat datar.
"Ini minum dulu," ucap Nenek Li.
"Terimakasih Nenek" ucap Brian dan Damar.
Nenek Li hanya tersenyum dan mengangguk kan kepala nya singkat.
Glek
Glek
"Pelan-pelan minum nya," ucap Ivara mengelap keringat putra nya.
"Ibu menangis?" tanya Brian.
Brian menatap wajah Ibu nya yang seperti nya habis menangis, hidung ibu nya terlihat memerah dan mata nya juga sedikit membengkak.
"Tidak, mana ada ibu menangis," jawab Ivara tersenyum kecil.
"Tidak! Ibu menangis," ucap Brian, tidak percaya
Tangan kecil Brian mengelus lembut pipi Ivara.
Raja Wallace versi mini ini🤭
"Tidak sayang, hanya kelilipan tadi," ucap Ivara tersenyum.
Cup
Ivara mengambil dan mencium tangan kecil putra sulung nya yang sedang mengelus pipi nya.
"Kamu persis seperti ayah mu nak," ucap Ivara lirih.
"Ibu, apa kami memiliki ayah?" tanya Brian dan Damar.
Gen Raja Wallace tidak perlu di ragukan lagi, walaupun Ivara berbicara cukup lirih, tapi telinga tajam Brian dan Damar mendengar nya dengan jelas, apa yang baru saja di ucapkan oleh ibu mereka.
"Iya! Kalian memiliki ayah," jawab Ivara jujur.
"Apakah ayah tampan seperti Damar?" tanya Damar percaya diri.
Ivara tertawa kecil melihat tingkah putra bungsunya, melihat Damar, Ivara seperti berkaca pada tingkah nya sendiri.
Damar itu sifat nya lebih dominan seperti Ivara, sedikit random dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi, hanya wajah nya saja yang duplikat Raja Wallace.
Sementara Brian, pria kecil itu benar-benar jiplakan Raja Wallace, mulai dari wajah, sikap dan juga sifatnya, persis Raja Wallace.
"Seperti nya lebih tampan ayah Damar?" goda Ivara.
Ivara menahan kedutan bibir nya melihat wajah imut putra sulung nya yang sedang cemberut mengerucut kan bibir nya, lucu.
Nah sifat Damar yang ini nih, sifat Raja Wallace kalau sedang merajuk pada Ivara.
Lucu🤌🏻
"Masa sih? Damar kan tampan, tidak mungkin kalah, pasti Ibu berbohong," ucap Damar, memicingkan mata nya.
"Ayah pasti sudah tua, tentu saja Brian yang paling tampan," celetuk Brian, datar.
"Oh ya ampun hahahahaha."
Ivara tidak menyangka putra sulung nya akan berkata seperti itu, ini mah nama nya ngelahirin suami nya Versi mini.
Singkat, padat, tepat sasaran😆
"Kita kan kembar, jadi artinya kita yang paling tampan, dan ayah jelek," ucap Damar.
"Iya, ayah jelek" ucap Brian setuju
Dua bocah kecil itu saling melempar tatapan dan mengangguk kan kepala nya singkat.
"King kau dengar, kau jelek" batin Ivara tertawa.
"Ibu ayah Damar siapa? kenapa selama ini Damar tidak pernah tahu kalau Damar memiliki ayah?" tanya Damar.
"Di sini tidak ada ayah, hanya ada ibu," ucap Brian, menambahi.
Ivara tertegun mendengar pertanyaan putra kembar nya.
Apa ini saat nya Ivara menceritakan semua nya, apa yang terjadi pada diri nya tujuh tahun yang lalu, pikir Ivara bimbang.
Mata Ivara tiba-tiba berkaca-kaca, mengingat tragedi tujuh tahun yang lalu, dimana diri nya terkahir kali nya melihat wajah orang-orang yang menyayangi nya.
wajah sendu dan tatapan lembut seorang pria yang tidak pernah Ivara lupakan sampai saat ini.
Tatapan itu! Ivara merindukan nya.
"Ibu jangan menangis," ucap Brian dan Damar.
Tangan kecil Brian dan Damar menghapus air mata Ivara, yang mengalir dari pelupuk mata nya.
Bukan nya berhenti, tapi air mata Ivara semakin deras, mengalir membasahi pipi nya.