Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 – Pengkhianatan di Tengah Kekacauan
Langit pagi kembali kelabu setelah malam penuh ketegangan. Nathan duduk di kursi belakang mobil Clara, matanya terus menerawang keluar jendela. Wajahnya lelah, namun matanya menyimpan sesuatu yang berbeda—kecewa sekaligus marah.
> Nathan, berbisik: "Kenapa Ayah tidak keluar bersama kita?"
Clara, mencoba menenangkan: "Dia akan keluar, Nathan. Percayalah pada ayahmu."
Nathan, tajam: "Percaya? Bagaimana aku bisa percaya kalau dia selalu menyembunyikan segalanya dariku?"
Clara terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia tahu ini bukan saat yang tepat untuk mengungkapkan kebenaran, tapi ia juga tidak ingin Nathan semakin larut dalam amarah.
---
Sementara itu, Adrian keluar dari reruntuhan dengan langkah berat. Debu menutupi wajahnya, namun tubuhnya masih kokoh. Dia menatap sekeliling, mencari jejak Marcus, tapi pria itu sudah menghilang. Di tangan Adrian terdapat sebuah flashdisk kecil—bukti penting yang ia ambil dari ruangan Marcus.
> Adrian, bergumam: "Kali ini, kau tidak akan bisa bersembunyi lagi."
Namun sebelum Adrian bisa keluar dari area tersebut, dia dihentikan oleh seseorang yang tidak diduga—Edward, salah satu rekan bisnis lamanya.
> Edward: "Adrian, aku tak menyangka akan bertemu denganmu di sini."
Adrian, curiga: "Apa yang kau lakukan di sini, Edward?"
Edward, tersenyum dingin: "Mencari peluang... sama sepertimu."
Adrian merasakan ada yang tidak beres. Edward, meskipun dikenal sebagai pebisnis cerdas, tidak pernah menunjukkan minat pada dunia ilegal.
> Adrian, dengan nada tajam: "Kau bekerja dengan Marcus?"
Edward, santai: "Mari kita katakan, aku melihat masa depan yang lebih menguntungkan di sisinya."
Adrian mengepalkan tangan, sadar bahwa pengkhianatan ini lebih dalam dari yang ia bayangkan.
---
Di dalam mobil, Nathan akhirnya tak bisa lagi menahan emosinya.
> Nathan, penuh amarah: "Clara, katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Marcus begitu terobsesi padaku?"
Clara, ragu-ragu: "Nathan, ini bukan saat yang tepat."
Nathan, memotong: "Bukan saatnya? Aku sudah diculik, hampir mati, dan ayahku tidak ada di sini! Kapan saat yang tepat bagimu?"
Clara menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
> Clara: "Nathan, Marcus ingin memanfaatkan kecerdasanmu untuk sesuatu yang jahat. Itu sebabnya kami mencoba melindungimu."
Nathan: "Melindungiku? Dengan menyembunyikan kebenaran? Itu bukan perlindungan, itu kebohongan!"
Nathan mengalihkan pandangannya, matanya mulai berkaca-kaca. Dia merasa dikhianati, bukan hanya oleh Marcus, tetapi juga oleh ayahnya sendiri.
---
Marcus, yang kini berada di tempat persembunyiannya, tersenyum puas. Meskipun dia kehilangan Nathan, dia tahu Adrian tidak akan membiarkan semuanya begitu saja. Dia membuka laptopnya dan melihat rekaman kamera dari gedung yang baru saja dia tinggalkan.
> Marcus: "Adrian, kau selalu terlalu percaya diri. Kau tidak pernah tahu kapan harus berhenti."
Dia mengirimkan email anonim ke Adrian, berisi video pendek tentang Nathan yang sedang diculik sebelumnya, dengan pesan:
> "Kau menyelamatkannya kali ini. Tapi apakah kau bisa melakukannya lagi?"
Marcus tahu, dengan menanamkan ketakutan dalam diri Adrian, dia bisa mengontrol langkahnya.
---
Setelah berhasil keluar dari kawasan industri, Adrian kembali ke kantornya. Dia tahu, untuk melawan Marcus, dia butuh informasi yang lebih mendalam. Namun, saat dia tiba di kantornya, dia dikejutkan oleh pemandangan yang tidak terduga—Edward sedang duduk di ruangannya, dengan santai memeriksa berkas-berkas penting.
> Adrian, marah: "Apa yang kau lakukan di sini?"
Edward, tersenyum: "Santai, Adrian. Aku hanya memastikan semuanya berjalan lancar."
Adrian: "Kau pikir aku akan membiarkan pengkhianat sepertimu ada di sini?"
Edward berdiri, menatap Adrian dengan tatapan dingin.
> Edward: "Kau lupa, Adrian. Aku tahu semua kelemahanmu. Termasuk rahasia tentang Nathan."
Adrian, terkejut: "Apa maksudmu?"
Edward: "Kau benar-benar berpikir kau bisa menyembunyikan semuanya? Marcus tahu. Dan sekarang, aku juga tahu."
Adrian mencoba menahan emosinya, tapi dia tahu Edward memiliki sesuatu yang besar di tangannya.
---
Saat Adrian mencoba mencari tahu lebih banyak dari Edward, Clara masuk dengan wajah panik.
> Clara: "Adrian, Nathan menghilang!"
Adrian, terkejut: "Apa maksudmu?"
Clara: "Dia meninggalkan catatan. Dia bilang dia akan mencari Marcus sendiri."
Adrian merasakan darahnya mendidih. Nathan, meskipun genius, masih seorang anak-anak yang emosinya mudah meledak. Dia tahu Marcus akan memanfaatkan situasi ini untuk memanipulasi Nathan.
Di layar komputernya, Adrian melihat sebuah pesan baru masuk dari Marcus:
> "Nathan adalah pionku sekarang. Kau tidak akan pernah bisa merebutnya kembali."
Akankah Adrian berhasil menemukan Nathan sebelum Marcus sepenuhnya mengontrolnya? Ataukah Nathan akan jatuh ke dalam jebakan psikologis Marcus?