NovelToon NovelToon
Menjadi Pelunas Hutang Suami

Menjadi Pelunas Hutang Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jumli

Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.

Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.

Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.

Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bak Neraka

"Nak, apakah cubitan nya sangat sakit?" tanya Luna sambil memeriksa kedua kaki dan kedua tangan Rio.

Beberapa bekas cubitan yang memerah dan membiru ada di kulit putranya tersebut, bahkan ada yang mengeluarkan cairan merah dan pasti itu amatlah sangat sakit di rasa.

"Sakit, Bu. Pedis sekali," ujar Rio tidak bisa menyembunyikan rasa sakitnya.

"Tunggu ya, Ibu ambilkan obat."

Sambil mengusap air matanya, Luna beranjak dari pembaringan itu untuk mengambil minyak tawon agar bisa sedikit menyembuhkan sakit sang anak. Setidaknya tidak membuat kulit kecil itu membengkak.

Ingin rasanya Luna memberikan perawatan terbaik agar Rio tidak merasakan sakit lagi. Tetapi dia tidak punya cukup uang untuk membawa anaknya itu berobat ke rumah sakit.

"Akh! Pedis, Bu."

Air mata Luna kembali tumpah saat jeritan Rio kembali terdengar. Siapa yang harus di salahkan karena semua ini? Luna bahkan tidak tahu.

"Rio. Maafkan Ibu, Nak. Tidak seharusnya kita ada di sini," ujar Luna tidak bisa menutupi rasa bersalah nya.

"Bu. Rio tau, Bapak jahat itu bilang semua ini karena membalas perbuatan Ayah kan?"

Luna tidak bisa mengiyakan ucapan Rio, karena dia tidak pernah percaya suami nya yang sangat baik dan penuh perhatian, serta sangat menyayangi Ia dan anak-anak berbuat seperti yang Daru ucapkan beberapa bulan lalu.

"Bu, kapan kita akan keluar dari sini?" tanya Rio lagi.

Luna hanya menggeleng sambil terus bercucuran air mata. Ia juga tidak tahu kapan mereka akan keluar dari neraka ini. Luna bahkan sudah di paksa menikah dengan Daru agar wanita itu tidak bisa kabur nantinya.

Walau Luna sudah berjanji akan mengganti semua kerugian yang di sebabkan oleh suami nya, Hendra.

Tapi Daru tidak bisa menerima ucapan itu, apalagi bukan cuma kerugian yang sudah Hendra lakukan pada perusahaan Daru. Tetapi juga hampir saja membunuh Ayah Daru, Damar.

Saat ini orang tua tersebut sedang menjalani perawatan di luar negeri, karena luka yang ia derita sangat parah karena perbuatan Hendra. Oleh sebab itu, Daru sangat dendam pada penghianat itu lalu akan melampiaskan nya pada Istri dan anak-anaknya.

Mengapa demikian? Karena Hendra bahkan tidak bisa mempertanggung jawabkan kejahatan yang dia lakukan, pria tidak tahu diri itu malah dengan sengaja bunuh diri demi terhindar dari masalah. Ia pikir dengan bunuh diri bisa semudah itu, tapi Ia lupa jika memiliki Istri dan anak.

Kerugian yang Hendra lakukan sangat lah besar. Hampir saja perusahaan Daru goyah karena ulahnya. Karena pria itu adalah orang kepercayaan keluarga ini namun berani berkhianat!

Sebelum nya Luna tidak kekurangan uang dan tercukupi semua kebutuhan nya bersama anak-anak. Tapi semua berubah saat kabar buruk itu sampai pada telinga nya.

Berulang kali Luna mencoba untuk percaya bukti-bukti yang Daru perlihatkan, tapi mengingat semua sikap suaminya membuat Luna hanya bisa terdiam dalam sedih. Logikanya selalu mengingat kan bahwa pasti semua ini ada kesalahpahaman.

Ya, seperti itu! Tetapi Luna hanya lah gadis yang berasal dari desa dan hanyalah tamatan SMP. Ia tidak punya kemampuan ataupun kuasa untuk bersuara mencari pembenaran.

"Kakak, kaki dan tangan mu kenapa?" tanya gadis kecil yang selalu terlihat pucat itu.

Luna meraihnya bersama anak bungsu dan memeluk mereka bersamaan.

"Kaki kakak di cubit sama Ibu jahat," jawab Rio dengan wajah sendu. Terlihat anak itu sangat sedih walau tiada lagi air matanya yang keluar.

"Kenapa Kakak di cubit, apa karena Putri lagi?"

Rio menggeleng dengan penuturan sang adik. Ia bahkan tidak tahu mengapa mendapatkan hukuman ini. Hanya karena pagi tadi Rio lewat saat Kevin tengah bermain.

Entah kenapa anak itu tiba-tiba menangis dan orang lain yang melihatnya mengira Rio lah penyebab anak cengeng itu menjerit tanpa sebab.

"Rio juga tidak tahu, Bu. Sungguh! Kevin menangis begitu saja dan Rio di salahkan," jelas Rio sekaligus memberitahu Luna bahwa dirinya tidak ada membuat Kevin menangis.

Luna hanya mengangguk dengan sedih, ia sangat mempercayai anak-anak nya. Luna tidak pernah mengajarkan mereka untuk berbohong. Ibu dengan tiga anak itu merentangkan tangan meminta Rio untuk ikut bergabung ke dalam dekapan nya.

Anak malang itu dengan susah payah menggeser duduknya dan memasuki pelukan sang Ibu.

"Ibu tahu, Nak. Ibu tahu, maaf kan Ibu karena tidak bisa membela kalian."

Luna bergantian mencium wajah ke tiga anaknya, hatinya selalu sakit dan perih setiap hari mengingat nasib yang harus anak-anak tanpa dosa dan salah itu dapatkan.

Hanya karena ulah orang tua, mereka harus mendapatkan semua ini.

"Sudah pelukannya, kalian pasti lapar kan? Tunggu ya, Ibu mau ke dapur dan ambil makanan untuk kita sarapan."

Anak-anak baik itu dengan tertib menjauh dari pangkuan Luna, saat ini pasti orang-orang rumah sudah selesai makan. Maka dari itu mereka sudah bisa untuk mengisi perut yang sudah keroncongan dari tadi.

"Rio, Adek nya di jaga ya. Ibu mau ke dapur," kata Luna berpesan pada anak sulungnya.

Wanita itu memandang wajah sang putri dan ke tiga anaknya juga menatap dirinya.

Salah satu alasan Luna harus bertahan di sana adalah demi anak gadisnya itu, Luna tidak bisa menolak saat Daru bersedia membiayai perawatan Putri, anak kedua Luna.

Gadis kecil itu sudah tidak memiliki wajah bercahaya sejak lama, hanya obat-obatan yang membuat nyawanya bertahan sampai saat ini. Luna tahu Putri sudah sangat kuat bertahan sejauh ini. Maka dari itu Luna tidak bisa menyerah akan perjuangan sang putri.

Akhirnya wanita itu berjalan ke dapur untuk mengambil makanan untuk anak-anak nya, serta dirinya sendiri.

__________________

"Ekhem! Ada yang mau makan nih...," sindir salah seorang Maid yang saat ini sedang sibuk bebersih mencuci piring kotor.

Para Maid lain hanya melihat saja tanpa menyindir seperti Maid yang bernama Desi itu. Salah seorang Maid yang lebih berumur mendekati Nyonya baru tersebut.

"Nya, biar saya bantu," ujarnya dengan ramah.

"Terimakasih, Bi Murti," kata Luna terharu karena masih ada yang peduli padanya dalam kandang neraka itu.

"Murti, jangan sebanyak itu untuk memberi makan mereka. Kau pikir cuma mereka saja yang mau makan? Atau jatah makan mu juga ingin di berikan pada mereka!" omel Ayu saat melihat Murti menyendok banyak makanan untuk Luna.

Ia adalah kepala Maid yang menjadi kepercayaan dalam dapur besar itu.

"Tapi ketua. Nyonya Luna dan anak-anak nya tidak akan kenyang jika hanya di kasih sedikit."

Dengan pelan Murti mencoba untuk bernegosiasi pada Ayu, agar tidak keterlaluan sampai porsi makan pun harus di kurangi.

"Kau berani menjawab perkataan ku? Ingin mati kelaparan kau Murti....," lotot Ayu pada bawahnya itu. Ia tidak takut sama sekali jika Nyonya baru mereka itu kekurangan makan.

"Bi Murti. Sudah, tidak apa-apa. Sebaiknya tidak usah banyak-banyak. Sisakan juga untuk yang lain," ujar Luna kemudian.

Ia jadi merasa bersalah karena Murti harus ikut-ikutan kena marah karena dirinya.

"Maaf, Nya," sesal Murti karena tidak bisa memberi makanan yang lebih pada wanita dengan tiga anak itu.

"Tidak apa-apa, Bi. Ini sudah lebih dari cukup," kata Luna sambil tersenyum.

Akhirnya Luna harus membawa makanan yang cuma cukup untuk porsi satu orang dewasa dan satu anak. Namun Luna tetap membawa makanan itu dengan wajah bahagia, biarlah dia tidak makan pagi ini, asal ketiga anaknya bisa kenyang.

"Hore, Ibu datang bawa makan. Adek mau makan, Adek mau makan."

Luna tersenyum senang saat anak bungsu nya bersorak senang melihat Ibu mereka datang dengan menenteng makanan.

Namanya adalah Bayu, anak ke tiga Luna. Ia adalah yang paling kecil dan mungkin belum terlalu mengerti tentang banyaknya masalah yang saat ini orang-orang di sekitarnya hadapi.

.

.

.

Jangan lupa kembali besok pagi untuk membaca kelanjutannya. Langsung ikuti cerita ini agar tidak ketinggalan jam Update 🤗

Jika cerita di atas menarik minat kalian, semoga berkenan meninggalkan jejak berupa Like👍

Jika berkenan Author juga meminta agar teman-teman bersedia membagikan cerita ini pada yang lain agar semakin banyak yang membaca dan membuat cerita ini berkembang dengan baik.

Maaf bila merepotkan dan Terimakasih atas bantuannya 🙏

1
Ripah Ajha
semangat ya Thor, I like karyamu🥰
Jumli: Terimakasih 🙏
minta nilainya kak.
menurut kakak lebih enak baca cerita Monika, atau cerita Luna?
total 1 replies
Kura Ganjar
penasaran
Jumli: terimakasih atas dukungannya 🙏
total 1 replies
Ripah Ajha
lanjut Thor🥰
Jumli: siapppp
total 1 replies
Ripah Ajha
sama2 Thor, karyamu keren, semangat lanjut ya🥰
Jumli: iya, ini masih semangat 💪
doain lolos bab terbaik 😭😌
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat ya Thor, makin keren cerita nya👍
Jumli: makasih banyak untuk dukungan nya kak.
minta Doanya supaya cerita ini tidak mengecewakan 🙏😁
total 1 replies
Jumli
makasih banyak untuk 5 bintang nya🙏🙏😭
Ripah Ajha
keren👍
Jumli: makasih banyak untuk 5 bintang nya 🙏😭
total 1 replies
Ripah Ajha
hayoo siapakah Luna sebenarnya?
Jumli: masih rahasia. author juga masih mikir mau jadiin Luna kayak gimana😅

besok baru update cerita Monika ya. jangan lupa mampir di sana
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!