Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Pesan Terakhir
"Pak Bara!" panggil Devano lagi. Akan tetapi Bara tak menengok apalagi kembali ke ruangannya. Pria itu benar-benar marah dan tak bisa dibujuk lagi oleh Devano maupun aroma nasi rendang favoritnya sekalipun.
Kali ini bukan hanya tetangga sekaligus Office Girl nya yang mengacaukan perasaannya, tapi keputusan papanya juga.
Ruangan Pantry ia datangi untuk memecat Zizi secara langsung tapi nyatanya gadis itu tidak ada di tempat. Hingga Meta, sang kepala HRD pun tak luput dari kemarahannya.
"Maaf pak, tapi ini perintah pak presiden direktur," ucap Meta memberikan alasannya. Sebuah alasan yang sama yang diberikan oleh Devano.
"Aku pimpinan di perusahaan ini saat ini Bu Met. Jadi aku yang punya kuasa untuk merekrut maupun memecat seorang karyawan."
Meta tak berani menjawab. Betul, Bara Al Fayed adalah pimpinan untuk saat ini. Tapi kedudukan Hasan Ishaaq Al Fayed juga adalah pimpinan tertinggi, jadi ia harus patuh pada pria tua nan bijaksana itu.
"Silahkan bapak bicara langsung dengan pak presiden direktur pak. Saya hanya bawahan dan bertugas untuk melakukan perintah."
Bara mendengus dingin dan tak berkata-kata lagi. Bagaimana pun juga ia hanya pimpinan sementara di perusahaan itu karena permintaan sang papa atau sang presiden direktur. Jadi ia belum mempunyai kekuasaan mutlak.
Bara pun meninggalkan ruangan Meta dengan satu tujuan. Papanya harus memecat gadis itu saat ini juga apapun alasannya.
Mencoba menghubungi sang papa, tapi ternyata sambungan teleponnya tak bisa terhubung. Bara semakin kesal dan marah. Sungguh, ia akan benar-benar meninggalkan perusahaan itu jika pelakor itu tetap ada di perusahaan.
"Aaargh sial!"
Bara mencengkram kuat handphonenya marah. Papanya mungkin sedang ada di rumah sekarang, untuk itu ia melajukan mobilnya ke rumah kedua orangtuanya.
Bara ingin meminta penjelasan kenapa pria tua itu merencanakan semua ini. Cukuplah papanya sudah menyakiti sang mama yang akhirnya membuat wanita itu menderita dan berakhir sakit.
"Aaargh sial!"
Bara kembali mengumpat saat membayangkan kalau wanita itu mungkin sedang dipersiapkan oleh papanya untuk menguasai perusahaan.
"Modus jadi Office Girl yang lugu terus naik jadi asisten pribadi aku dalam waktu sehari. Emangnya aku bodoh?!" geram Bara.
"Mama pasti lebih sakit lagi kalau tahu hal ini," ucapnya lagi dengan laju kendaraan semakin ia percepat. Sungguh, ia sudah tak sabar bertemu dengan sang papa yang sudah beberapa hari ini tidak muncul di Perusahaan karena alasan yang tak ia tahu.
Drttt
Drttt
Drttt
Ciitt!
Mau tak mau, Bara harus menghentikan laju kendaraannya dan bahkan menepikannya. Handphonenya terus saja berbunyi dengan tak sabar dan cukup menggangu konsentrasinya.
Melihat siapa yang menelpon, ternyata itu dari asisten sekaligus sekretarisnya, yaitu Devano.
Sebuah berita buruk baru saja disampaikan oleh pria itu. Papanya yang sangat ingin ia temui, ternyata sedang mendapatkan musibah. Pria berusia hampir 60 tahun itu sedang koma di Rumah Sakit karena baru saja mengalami kecelakaan.
Bara terpukul. Meskipun ia sangat membenci pria tua yang menjadi penyebab ia lahir di bumi ini, tapi ternyata hatinya tetap saja merasa sedih mendengar pria itu kini sakit parah dan kemungkinan besar akan meninggalkan dunia ini.
"Dimana Dev?" tanya Bara dengan suara tercekat.
"Di Singapura pak."
"Ah ya. Aku akan berangkat ke sana. Urus tiketku secepatnya."
"Baik pak."
Devano, sang asisten segera mengurus keberangkatan Bara keluar negeri karena kebetulan sekali pria tua itu ada di negeri berlambang singa itu untuk urusan bisnis.
Mamanya sengaja tidak diberi tahu. Bara takut wanita yang telah melahirkannya itu akan terpukul dan bahkan semakin menambah penyakitnya.
🌻
Singapore.
Bara melangkahkan kakinya cepat saat tiba di Rumah Sakit bertaraf internasional itu. Pria itu berharap, sang papa masih bisa sembuh dan panjang umur meskipun menurut informasi yang ia terima, pria itu sedang sangat kritis.
Memasuki ruangan ICU, Bara langsung menghampiri ranjang dimana papanya sedang berbaring dengan banyak alat kesehatan di seluruh tubuhnya.
"Aku pernah sangat membenci papa karena mengkhianati mama," gumam Bara seraya menyentuh tangan sang papa yang sejak kecelakaan beberapa jam yang lalu, belum juga memberikan reaksinya.
"Tapi aku tetap berharap papa sembuh dan bisa meminta maaf pada kami semua," ucap Bara lagi dengan suara tercekat.
"Kami semua menderita apalagi mama. Dan sekarang papa membawa wanita itu ke dalam perusahaan. Apa sebenarnya maksud papa hah?!"
Hasan Ishaaq Al Fayed, pria berdarah Turki itu masih diam dan tak merespon samasekali. Ia koma dan kritis. Tubuhnya saja hampir dipenuhi oleh alat-alat kesehatan untuk membantunya bertahan hidup.
"Mama juga sakit karena perbuatan papa. Tapi aku tetap berharap kalian berdua sembuh dan bisa kembali utuh."
Bara terus bicara seolah-olah sang papa mendengarnya. Menceritakan bagaimana menderitanya mamanya dan ia sendiri karena sikap papanya yang berubah drastis. Dan semua itu terjadi karena pria itu terlibat hubungan dengan seorang pelakor muda atau seorang sugar baby.
"Apakah dengan memberikan perusahaan itu padaku, papa pikir aku akan memaafkan kesalahan papa?" ucap Bara dengan tatapan berkabut sedih.
"Tidak pa. Aku sungguh tidak menginginkan perusahaanmu itu. Aku juga punya pekerjaan lain. Jadi bangunlah dan urus kembali usahamu itu!" titah Bara dengan suara meninggi.
Tak ada reaksi samasekali dari sang pasien. Hasan Ishaaq Al Fayed tetap diam. Pria itu seperti seseorang yang sudah mati. Hanya mesin pengukur denyut jantung yang mengeluarkan bunyi, pertanda pria itu masih hidup.
Bara menghela nafasnya. Rasanya ia hanya membuang-buang waktu berbicara dengan seseorang yang sudah berada di ujung kehidupan. Papanya pasti tidak mendengar keluh kesahnya.
Pria itu pun mencium punggung tangan sang papa yang akhir-akhir ini tak pernah lagi ia temui karena perasaan marahnya yang berkepanjangan.
"Aku memaafkan kamu pa. Jadi bangunlah dan katakan alasanmu membawa wanita itu kepadaku!"
Hasan Ishaaq Al Fayed masih diam dengan tarikan nafas satu-satu yang terasa sangat berat.
"Baiklah, aku keluar. Tapi aku tetap menunggu kamu menjelaskan semuanya padaku!"
Setelah berkata seperti itu, Bara langsung keluar dari ruangan ICU itu dengan perasaan campur aduk. Alexander Lemos, sekretaris sang papa langsung menjemputnya di depan pintu dan mengajaknya untuk bicara.
"Ada satu pesan dari pak Hasan sebelum kecelakaan itu terjadi," ucap pria itu.
"Apa itu pak?" tanya Bara penasaran.
"Beliau meminta anda menikahi tetangga baru yang jadi Office Girl di perusahaan."
"A-apa?!"
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen 😍
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀