Nadia, seorang gadis desa, diperkosa oleh seorang pria misterius saat hendak membeli lilin. Hancur oleh kejadian itu, ia memutuskan untuk merantau ke kota dan mencoba melupakan trauma tersebut.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika ia dituduh mencuri oleh seorang CEO terkenal dan ditawan di rumahnya. Tanpa disangka, CEO itu ternyata adalah pria yang memperkosanya dulu. Terobsesi dengan Karin, sang CEO tidak berniat melepaskannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cecee Sarah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tujuh Belas
Samuel merasa seperti jantungnya dihentakkan keras saat melihat Nadia melarikan diri darinya. Tidak pernah dalam hidupnya dia merasa begitu dipermalukan. Selama bertahun-tahun, dia selalu berada di atas angin, tak terkalahkan, dan tak ada seorang pun yang berani menantangnya. Namun sekarang, seorang wanita—Nadia —berani menipunya, membuatnya jatuh ke dalam perangkapnya dengan cara yang tak terduga.
Nadia, dengan sikap manisnya yang tampaknya lemah, justru lebih pintar dan terampil dari yang dia kira. Samuel merasa dirinya dihina dan terpojok, perasaan yang begitu asing baginya. Dia tidak bisa membiarkan ini begitu saja.
Saat Nadia melarikan diri, Samuel berdiri di sana, matanya berkilat marah. Suara dingin dan tajam keluar dari bibirnya. “Tangkap dia! Kunci jalan-jalan di sekitar sini, dan jangan biarkan dia lolos,” perintahnya tegas.
Dia tahu, Nadia tidak akan bisa melarikan diri darinya. Meskipun dia merasa ada sedikit kelembutan dalam hatinya terhadap wanita itu, serangan mendadak dari Nadia membuatnya sangat kesal. Tidak ada yang bisa mempermalukannya seperti ini—tidak pernah ada! Pikirannya penuh dengan niat untuk memberikan pelajaran pada Nadia.
Di luar, Nadia berlari dengan cepat, berharap bisa menghilang dari pandangan Samuel. Dia merasakan angin di wajahnya dan langkah kakinya yang semakin cepat. Namun, ia tidak menyadari betapa berhati-hatinya Samuel dalam mengatur setiap langkahnya. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, dua pria dari bawahannya sudah menangkapnya kembali, membawa Nadia kembali ke hadapan Samuel.
Ketika Nadia dihadapkan pada Samuel yang wajahnya tampak muram dan penuh amarah, rasa takut mulai merayap dalam dirinya. Samuel mendekat, wajahnya begitu dekat dengan wajahnya, dan tanpa ampun, dia memegang dagu Nadia, memaksanya untuk menatapnya. Dengan gigi terkatup, ia berbicara pelan namun penuh ancaman, "Kau benar-benar membuatku marah."
Nadia merasakan ketegangan di udara. Wajah Samuel yang tampan kini dipenuhi amarah yang terpendam. Tangannya menggenggam erat dagunya, dan dia tahu, kali ini dia tidak akan bisa menghindar. "Apa yang akan kau lakukan padaku?" Nadia hampir tak bisa menahan suaranya yang sedikit gemetar.
Namun Samuel tak menjawab. Dengan perintah singkat, ia memberi instruksi pada pengawalnya untuk memasukkan Nadia ke dalam mobil. Di dalam mobil, wajah Samuel semakin gelap. Rahangnya yang tertekan dan bibir tipis yang tertutup rapat menunjukkan betapa marahnya dia. Nadia merasa tercekik oleh ketegangan yang semakin menguat, takut jika Samuel akan menghancurkannya, namun ia tidak bisa mengendalikan diri.
Nadia merasa terpojok, tapi dia tetap ingin bebas dari cengkeraman Samuel. Dia merasa jika Samuel benar-benar melepaskannya sejak awal, semuanya tidak akan seperti ini. Ini semua demi kebebasannya. Apa salahnya jika dia mencoba untuk bebas dari cengkeraman pria itu? Meskipun ada rasa bersalah di dalam dirinya, dia tetap merasa ini adalah langkah terbaik.
"Samuel, aku sudah bilang aku bukan pencuri!" Nadia berteriak pelan, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tidak ada hubungannya dengan pelakunya! Kenapa kau tidak percaya padaku? Kenapa kau tidak melepaskanku?" Suaranya hampir terdengar seperti tangisan. "Apa yang harus aku lakukan agar kau melepaskanku?"
Kata-katanya mempengaruhi Samuel lebih dari yang ia duga. Emosi yang telah dipendam begitu lama tiba-tiba meledak dalam dirinya. Bagaimana Nadia bisa begitu nekat untuk menantangnya? Namun, rasa penasaran Samuel terhadap Nadia tak terelakkan. Apa yang membuatnya terpikat dengan wanita ini? Tapi tidak peduli seberapa keras Nadia berusaha melarikan diri, dia tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.
Setibanya di vila, Samuel dengan tegas memerintahkan agar Nadia dikurung di balkon loteng. Kondisinya jauh lebih buruk daripada kamar sebelumnya yang sempat dia tinggali. Nadia yang merasa terperangkap dan panik, berteriak dengan keras, "Samuel, kau tidak bisa melakukan ini padaku! Tolong lepaskan aku! Lepaskan aku!"
Namun teriakannya tak mempengaruhi Samuel sama sekali. Dengan dingin, dia mendengus dan meninggalkan Nadia begitu saja. Tanpa memperdulikan tangisan atau teriakan wanita itu, dia berbalik dan meninggalkan vila.
Nadia, yang kini terkurung di balkon sempit itu, merasa keputusasaan mulai menyelimuti dirinya. Pikirannya dipenuhi dengan kebencian terhadap Samuel. Mengapa dia harus diperlakukan seperti ini? Apa yang begitu buruk darinya hingga Samuel tidak bisa melepaskannya?
Malam semakin larut, dan Nadia hanya bisa meringkuk di sudut balkon, tubuhnya yang basah kuyup karena hujan terasa dingin dan tak berdaya. Tanpa makanan, tanpa minuman, ia hanya bisa merasakan kesedihan yang tak terkendali. Setiap detik terasa seperti beban berat yang menekan dadanya. Namun, tak ada yang datang untuk menolongnya.
Samuel, yang sudah keluar dengan pakaian baru, tak memperhatikan apa yang terjadi pada Nadia. Ternyata dia begitu kejam. Dalam kesunyian malam itu, Nadia merasakan betapa keringnya hatinya. Pikirannya kacau, dan tubuhnya gemetar.
Ketika hujan turun dan semakin deras, udara semakin dingin, Nadia merasa tubuhnya mulai kehilangan tenaga. Dalam kondisi yang sangat buruk itu, dia akhirnya kehilangan kesadaran.