NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Muda Bosku

Menjadi Istri Muda Bosku

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cecee Sarah

Karin, terpaksa menikah dengan Raka, bosnya, demi membalas budi karena telah membantu keluarganya melunasi hutang. Namun, setelah baru menikah, Karin mendapati kenyataan pahit, bahwa Raka ternyata sudah memiliki istri dan seorang anak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cecee Sarah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Enam Belas

Karin melangkah dengan tergesa-gesa ke arah lift, berusaha menahan rasa gugup yang tak terelakkan. Ia merasa jantungnya berdegup semakin cepat saat lift bergerak naik ke lantai 10, tempat di mana Raka berada. Ruangan yang penuh suasana formal itu terasa dingin, membuat Karin memeluk tubuhnya sendiri. Bahkan desiran AC di lift pun seolah menambah ketegangan yang melingkupi hatinya.

“Ada apa dia tiba-tiba memanggilku?” gumam Karin dalam hati, mencoba meredakan kekhawatirannya yang makin menggebu-gebu.

Karin mencoba menenangkan diri, tetapi pikiran-pikiran buruk terus bermunculan. Apakah Raka akan menceraikannya? Apakah ini akhirnya? Mungkin inilah saatnya ia dibebaskan dari semua ini—namun, entah mengapa, ada sesuatu yang membuatnya tak sepenuhnya bahagia jika itu yang terjadi. Ada perasaan ganjil yang menusuk pelan-pelan. Perasaan yang sulit ia terima, seolah-olah hati kecilnya menolak kemungkinan berpisah.

Saat lift tiba di lantai 10, pintu terbuka dengan bunyi ‘ding’ yang nyaring. Karin menarik napas panjang, mencoba menata ekspresi dan menguatkan dirinya sebelum melangkah keluar. Kakinya bergerak lambat, seperti terbebani sesuatu yang berat. Suasana lorong yang hening dengan dinding-dinding putih membuat langkahnya terdengar nyaring, menambah ketegangan yang menyelimuti.

Di depan pintu, Karin berdiri sejenak. Ia menatap gagang pintu sambil menggigit bibir, berusaha meyakinkan dirinya untuk mengetuk.

“Aku harus tenang… ini bukan akhir dunia,” bisiknya dalam hati, meski jantungnya terus berdebar tak karuan.

Akhirnya, Karin mengetuk pintu dengan pelan, hampir tak bersuara. Terdengar suara di dalam ruangan, suara yang tegas dan familiar.

"Masuk!" suara Raka terdengar dari dalam, tanpa sedikit pun tanda-tanda kehangatan.

Karin menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu dan melangkah masuk. Kamar itu dipenuhi aroma maskulin yang kuat, perpaduan antara wangi kayu cendana dan sedikit aroma kopi yang masih hangat di atas meja kecil di sudut ruangan. Raka duduk di balik meja besar, sibuk dengan tumpukan dokumen di hadapannya. Sorot matanya tajam, tertuju pada berkas-berkas yang dipegangnya, seolah-olah dunia di sekitarnya tidak terlalu penting.

Tanpa mengangkat kepala, Raka berkata, “Duduklah, isi dan tandatangani berkas ini.” Suaranya dingin, seolah menegaskan batas di antara mereka.

Karin melangkah pelan ke depan meja Raka, menatap map merah yang disodorkan kepadanya. Ia duduk dengan hati-hati, tangan gemetar saat menerima map tersebut. Di dalam pikirannya, rasa takut dan kecemasan berkecamuk.

"Benarkah dia akan menceraikanku?" pikir Karin, menggigit bibir bawahnya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, meski AC ruangan menyala cukup dingin.

Dengan tangan gemetar, Karin membuka map itu, seolah bersiap melihat sesuatu yang akan mengubah hidupnya. Jantungnya serasa berhenti berdetak.

Namun, ketika ia mulai membaca, alisnya perlahan mengernyit. Yang ada di dalam map itu bukanlah surat cerai, melainkan dokumen lamaran pekerjaan sebagai sekretaris.

“Apa ini?” tanya Karin, bingung dan tidak yakin dengan maksud Raka.

Raka akhirnya mengangkat pandangannya dari dokumen di tangannya dan menatap mata Karin, memberikan senyum kecil yang samar. “Mulai besok, kamu akan bekerja sebagai sekretarisku,” ucapnya tenang, namun matanya tetap tajam memandang reaksi Karin.

Karin menatap Raka dengan penuh kebingungan. “Apa?” tanyanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Kata-kata Raka seolah menggantung di udara, membuatnya semakin tak mengerti.

"Maaf, aku tidak pulang beberapa hari ini karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan." Raka berkata pelan, dan tanpa ragu, ia mengulurkan tangan, menggenggam jemari Karin yang berada di atas meja.

Keheningan menyelimuti mereka. Di dalam hati, Karin merasa campur aduk. Tangannya tergetar pelan saat bersentuhan dengan tangan Raka. Perasaan hangat itu membuatnya ingin menarik tangannya, namun ada sesuatu yang menahannya untuk tetap di sana.

“Kupikir kau akan menceraikanku,” kata Karin dengan suara lirih, hampir tidak terdengar.

Raka tampak terkejut sesaat, meski ia segera menutupinya. “Apa maksudmu?” Ia menatap Karin, mencoba membaca ekspresi di wajahnya.

“Oh, tidak… tidak ada apa-apa,” jawab Karin cepat, menyembunyikan perasaan yang baru saja terlontar tanpa sengaja. Ia cepat-cepat menarik tangannya dari genggaman Raka, merasa malu dengan dirinya sendiri.

Namun, sebelum Raka sempat menanggapi, pintu ruangan tiba-tiba terbuka, mengusik momen singkat di antara mereka. Kedatangan seseorang membuat Karin spontan menoleh ke arah pintu.

Seorang wanita cantik masuk ke dalam ruangan. Wanita itu berjalan dengan anggun, tubuhnya ramping, tinggi semampai, dengan kulit sehalus sutra. Wanita itu tersenyum tipis sambil melangkah menuju Raka. Karin langsung mengenali siapa wanita itu—Aeri, istri pertama Raka.

Karin menahan napas, matanya tak berkedip melihat Aeri yang tampak begitu mempesona. Aura kecantikan dan kemewahan terpancar dari setiap gerak-geriknya.

"Hai, Sayang," sapa Aeri dengan suara lembut namun penuh kepemilikan, sebelum ia mendekatkan dirinya pada Raka dan mencium pipinya berulang kali.

Karin merasakan dada sesaknya semakin menjadi. Tanpa sadar, ia mengalihkan pandangannya, tidak sanggup melihat kemesraan di depan matanya. Hatinya perih melihat adegan itu, perasaan cemburu yang tak bisa ia jelaskan merayapi sanubarinya.

Raka tampak tidak terganggu dengan kehadiran Aeri, bahkan ia membalas salam manis istrinya dengan senyum tipis. Ia pun melirik sekilas ke arah Karin yang kini terdiam membisu, seolah sengaja ingin mengetahui reaksi Karin.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Raka, mencoba mengimbangi ekspresi wajahnya agar tetap datar.

"Memangnya tidak boleh aku menemui suamiku?" jawab Aeri dengan nada manja, lalu kembali mengulum senyum sambil menatap Raka.

"Tentu saja boleh." Raka menahan senyumnya, sementara matanya tetap mengamati Karin di pojok meja. Ia ingin melihat apakah ada sedikit saja reaksi dari wanita yang kini duduk terpaku di hadapannya.

Aeri menyadari keberadaan Karin di ruangan itu dan berbalik menatapnya dengan tatapan penuh selidik. Setelah beberapa saat, ia mengulurkan tangannya ke arah Karin dengan senyum di wajahnya.

“Hai, namaku Aeri, istri Raka.” Suara Aeri terdengar ramah, namun entah mengapa, ada nada sombong yang tersirat dalam ucapannya.

Karin menatap tangan Aeri yang terulur di depannya. Dengan canggung, ia menyambut tangan itu dan tersenyum tipis. Dalam hati, ia tak dapat menyangkal perasaan minder yang tiba-tiba datang saat melihat pesona wanita itu dari dekat.

“Hai, aku Karin…” jawabnya pelan, berusaha menahan perasaannya yang bercampur aduk.

Di tengah keheningan, Karin kembali menatap map merah yang tergeletak di meja, hatinya masih berdebar tak menentu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!