Aruni sudah sangat pasrah dengan hidupnya, berpikir dia tak akan memiliki masa depan lagi jadi terus bertahan di kehidupan yang menyakitkan.
"Dasar wanita bodoh, tidak berguna! mati saja kamu!" makian kejam itu bahkan keluar langsung dari mulut suami Aruni, diiringi oleh pukulan yang tak mampu Aruni hindari.
Padahal selama 20 tahun pernikahan mereka Arunilah sang tulang punggung keluarga. Tapi untuk apa bercerai? Aruni merasa dia sudah terlalu tua, usianya 45 tahun. Jadi daripada pergi lebih baik dia jalani saja hidup ini.
Sampai suatu ketika pertemuannya dengan seseorang dari masa lalu seperti menawarkan angin surga.
"Aku akan membantu mu untuk terlepas dari suamimu. Tapi setelah itu menikahlah denganku." Gionino.
"Maaf Gio, aku tidak bisa. Daripada menikah lagi, bukankah kematian lebih baik?" jawab Runi yang sudah begitu trauma.
"Kamu juga butuh seseorang untuk menguburkan mu Runi, ku pastikan kamu akan meninggal dalam keadaan yang baik."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LFTL Bab 5
Di atas meja sudah tersaji nasi dingin, sambel orek tempe dan juga lalapan timun. Aruni memanggil suaminya untuk segera makan malam.
Malam ini hujan memang tidak turun, tapi hawa dinginnya begitu terasa. Apalagi ventilasi di dapur Aruni tidak ada aling-alingnya, semilir angin malam sampai mampu dirasakan oleh kulit.
"Tempe lagi, tempe lagi," ucap Hendra menggerutu, sampai bosan dia dengan menu satu itu. Tapi Hendra tetap menarik kursi dan duduk di meja makan.
"Makan saja yang ada Mas, untung masih bisa makan," jawab Aruni, suaranya pelan terkesan seperti memohon.
Sementara Adrian pilih diam, di dalam keluarga ini Adrian memang tak banyak bicara. Sesekali dia hanya bicara dengan sang ibu, sementara dengan ayahnya sendiri Adrian jarang sekali bicara.
Adrian juga sudah lelah meminta ibunya untuk berpisah dengan sang ayah, tapi sang ibu terus saja memilih untuk bertahan.
"Harusnya kamu berusaha lebih keras, bagaimana caranya agar ada kemajuan di keluarga kita! Tidak hidup miskin terus!" kata Hendra.
Kali ini Aruni tidak menjawab pertanyaan tersebut, dia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Membiarkan anak dan suaminya makan malam berdua, nanti Aruni akan makan yang tersisa.
"Jangan pura-pura tidak dengar kamu Runi! Besok aku minta uang untuk mancing! Bosan di rumah terus!"
Aruni memang masih mendengar ucapan suaminya tersebut, namun dia pilih untuk segera mengguyur tubuhnya yang lelah.
Pagi ini Aruni enggan sekali untuk pergi keluar, dia takut tiba-tiba kembali bertemu dengan Gionino. Pertemuan itu benar-benar tidak dia inginkan.
Dunia ini sangat luas, Kenapa pula mereka harus kembali bertemu?
Sehabis melihat Adrian pergi sekolah, Aruni hendak kembali masuk ke dalam rumah. Tapi langkahnya terhenti di ambang pintu karena tiba-tiba sang suami muncul.
"Mana uangnya, aku minta 50 ribu."
"Aku tidak punya uang Mas, harusnya kamu bantu aku untuk mencari uang."
"Apa? membantumu mencari uang? Aku sudah bilang, aku malas kerja!"
"Tapi kamu kepala keluarga, apa kamu tidak malu sampai meminta uang milik Adrian?"
Saking keselnya mendengar kata-kata itu Hendra langsung mencekik leher Aruni. "Dasar istri kurang ajar! Sama sekali tidak bisa menghormati suami!"
"Sakit, Mas," lirih Aruni, bicara diantara nafas yang hampir habis.
Hendra lantas melempar tubuh Aruni dengan penuh amarah. "Dimana kamu menyimpan uangmu?! Hah! Dimana?!" pekik Hendra.
Ada beberapa tetangga yang melihat perkelahian suami istri tersebut, tapi mereka juga tak bisa berbuat banyak. Apalagi Hendra memang dikenal begitu kasar, alih-alih menyelamatkan Aruni yang ada mereka justru akan mendapatkan pukulan pula dari pria itu.
"Aku benar-benar tidak punya uang Mas, uangku kemarin sudah habis untuk membeli beras," bohong Aruni, sebagian uang yang dia simpan tak boleh diganggu gugat. Tak apa-apa Aruni mendapatkan pukulan yang bertubi, asal uang untuk Adrian tetap utuh.
"Dasar istri tidak berguna!" maki Hendra, kakinya melayang untuk menendang tubuh sang istri.
Saat dilihatnya Aruni telah meringkuk tak berdaya, barulah Hendra pergi meninggalkan rumah tersebut.
"Ya ampun mbak Aruni," iba sang tetangga, dia datang dan membantu Aruni untuk duduk.
"Aku tidak apa-apa Mbak, aku baik-baik saja," jawab Aruni.
"Kenapa kamu tidak pisah saja dengan laki-laki seperti itu! Adrian sudah besar, dia pasti paham."
"Mau kemana jika aku berpisah dengan mas Hendra Mbak, aku tidak punya rumah. Hanya rumah milik mas Hendra ini yang bisa ku jadikan tempat tinggal," jelas Aruni, jika hanya memikirkan tentang dia sendiri mungkin Aruni sudah pergi sejak lama. Tapi sekarang ada Adrian yang harus dia dahulukan.
Biaya hidup sangat mahal, sementara penghasilannya hanya pas-pasan. Mengontrak rumah pun hanya akan menambah beban baru.
Tidak apa-apa Aruni bertahan di sini, asal Adrian masih memiliki tempat yang disebut rumah.
"Ya Tuhan," balas sang tetangga, sesak sendiri saat membayangkan nasib Aruni.
Dua wanita itu akhirnya tak mampu berkata apa-apa lagi, Aruni dibantu berdiri dan mereka masuk ke dalam rumah.
Menjelang siang Aruni akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah. Tak boleh dia berhenti bekerja hanya karena seorang pria dari masa lalu.
Namun kali ini Aruni menatap jalanan dengan lebih teliti, memastikan lebih dulu jika Gio tidak berada di sekitarnya. Niat hati tidak ingin memikirkan, tapi sekarang malah jadi selalu waspada begini.
Nama Gionino kembali berputar di benaknya.
Aruni tidak tahu jika hari ini Gio memang tidak ada rencana untuk menemuinya, Gio justru mendatangi sekolah Adrian.
Sekolah kecil dengan bangunan yang cat putihnya mulai nampak pudar. Di beberapa dinding bahkan ada bekas tendangan bola yang nampak kotor.
Saat dilihatnya anak berusia 18 tahun itu keluar dari gerbang sekolah, Gio langsung menghampiri.
"Adrian," panggil Gionino.
Suara asing namun berhasil menghentikan langkah kaki Adrian. Lalu bertanya-tanya di dalam hati, siapa pria asing itu?
Jelas² Aruni yg banting tulang membesarkan Adrian dengan seenaknya Hendra bilang harus bayar hutang Budi pada Hendra😏
selama ini Adrian menahannya karena masih menghargai kamu sebagai papanya, tapi skrg sudah beda lagi ceritanya🤪
kasian juga sama bude yanti, hadi kebingungan sendiri, tenang bude nanti bude akan mengetahui siapa Adrian sebenarnya..