Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpaksa
Belum sempat runa protes dirinya sudah di buat diam saat melihat tatapan tajam Abi. Dengan bibir mengerucut runa mengurungkan niatnya. Lebih baik sekarang ia cari aman dulu. Baru setelah tahu kekurangan Abi barulah ia membalas.
Sepiring nasi goreng dan jus alpukat datang menghampiri meja mereka. Abi menyodorkan piring itu di depan runa.
" Suapin." suruh Abi menujuk nasi goreng dengan dagunya.
Refleks runa menatap Abi. Telinganya tidak percaya mendengar satu kata yang keluar dari mulut Abi. Runa mengorek telinganya mungkin saja ia salah dengar. Tapi di lihat dari Abi yang santai tanpa merasa memiliki dosa besar membuat runa yakin ia tidak salah dengar.
" Lo...!" runa menahan tangannya agar tidak menonjok wajah menyebalkan Abi.
Abi menaikan satu alisnya ke atas seakan menunggu kelanjutan runa.
" Ayo tunggu apa lagi."
Dari pada lama-lama ia terjebak bersama Abi di sana. Lebih baik ia turuti saja apa kemauan kekasih gilanya itu agar bisa cepat-cepat pergi.
Dengan kasar runa menyendok nasi goreng itu lalu menyodorkan di depan mulut Abi.
Dengan senang hati Abi menerima suapan dari kekasihnya. Mulutnya mengunyah tanpa melunturkan senyuman di bibirnya. Dulu mereka sering melakukan itu tapi bedanya runa lah yang menawarinya. Tapi kali ini biarakan Abi yang mengajukannya.
Keduanya makan dalam diam. Maksudnya Abi yang makan dan runa yang berubah status menjadi baby sister dadakan. Tidak butuh lama sepiring nasi goreng itu sudah ludes tanpa sisa. Abi meminum jusnya agar tenggorokannya tidak kering.
Setelah membayar Abi mengantarkan runa ke kelasnya. Di sepanjang jalan keduanya menjadi buah bibir murid-murid lain. Runa memilih acuk sudah biasa pikirnya.
Beberapa kali runa mencoba menjaga jarak dari Abi. Tapi dengan mudahnya cowok itu membuntutinya di belakang dengan kedua tangan di taruh di dalam saku celananya. Matanya menatap tajam cowok-cowok yang menggagumi runa secara terang-terangan.
Sampai di pintu kelasnya runa membalikkan badannya menatap Abi malas.
" Udah sana pergi." usir runa.
Cup
Abi mengecup singkat bibir runa sebelum pergi. Anggap saja sebagai salam perpisahan sementara. Setelah itu ia langsung pergi sebelum runa sadar.
Runa menyentuh bibirnya yang basah akibat kecupan vampir tidak terduga. Otaknya mendadak loading karena terkejut.
Astaga bibir sucinya di nodai lagi? Apalagi di depan kelas yang di lihat banyak anak-anak lain. Mau di taruh di mana wajahnya sekarang.
" ABIIII!" teriak runa menggelegar sampai terdengar di pojok kelas.
Abi terkekeh kecil mendengar teriakannya kekasihnya yang masih terdengar meski jaraknya sudah sedikit jauh.
Di dalam kelas Amel dan Cika tersenyum menggoda saat runa menghampiri mereka dengan wajah memerah menahan emosi.
" Ciehh...yang abis dapet kiss dari mantan." ledek Cika.
Kedua sahabatnya memang belum tau jika runa sudah balikan dengan Abi. Itupun atas paksaan.
" Gue Mau juga dong." Amel tidak mau kalah. Ia memonyong-monyongkan bibirnya.
Pluk
Dengan ringannya telapak tangan runa menampar pelan bibir Amel yang di maju-majukan persis seperti bebek. Rasain tuh orang lagi kesal malah di ledek.
" Makan tuh ciuman." ucap runa kesal.
Runa duduk di bangkunya dengan kasar. Ia melipat kedua tangannya di atas meja. Bukannya marah Cika dan amel malah tertawa ngakak melihat sahabatnya yang ngambek.
" Ehh ngomong-ngomong soal foto itu gimana run? Jadi ngga buat ngancam Abi?" tanya Cika mengingat foto-foto Abi dan wanita yang sudah mereka bayar di club malam kemarin yang ia simpan.
" Gagal." sewot runa.
Runa jadi bertambah kesal saat mengingat rencana Cika yang membuatnya terjebak dalam lubangnya sendiri. Bukannya untung malah buntung.
"Maksudnya?"
Runa menatap kedua sahabatnya malas.
" Kalian tau ngga kenapa pas malam itu gue ilang?" dengan kompak Amel dan Cika menggeleng.
Sebelum melanjutkan perkataannya runa menengok kanan kiri memastikan keadaan aman. Takut-takut ada yang menguping.
" Percaya ngga kalo gue bangun-bangun di kamar yang asing satu ranjang sama Abi dengan pakaian atas yang udah lepas entah kemana. Ternyata gue di bius terus di masukin ke salah satu kamar yang ada di club malam. Gilanya lagi tuh orang ngancem gue pake vidio kita yang dia ambil pas gue ngga sadar."
" APAH!" kaget Cika dan Amel berbarengan.
Sudah runa duga reaksi sahabatnya jadi ia tidak kaget. Untung mereka di pojok belakang jadi tidak ada yang mendengar ucapan runa yang memang sedikit menurunkan nada suaranya. Bisa gawat jika ada murid lain yang mendengar.
" Lo ngga bercanda kan?" bisik Amel menarik bangkunya agar lebih dekat dengan bangku runa.
" Lo liat ada tampang-tampang bercanda di wajah gue?"
" Kok bisa? Tapi Lo masih perawan kan?" tanya Cika memastikan.
" Enak aja, masih lah!" sewot runa melotot. Beruntung Abi tidak segila itu.
" Hehe gue kirain celup-celup dikit. Lo kan mesum banget kalo liat badan kekar cowok." balas Cika tidak sepenuhnya salah.
Siapa sih yang tidak tergoda melihat tubuh atletis cowok. Pasti rahim-rahimnya jadi hangat mendapatkan pandangan indah itu. Apalagi dengan delapan roti sobek. Sayang kalo di lewatkan.
"Kalo menurut gue sih Abi cuma jadiin video itu buat ngancam Lo biar balikan sama tuh orang." tebak Amel tepat sasaran.
" Tumben pinter." balas runa.
" Gue pikir kita udah berhasil mancing abi, ternyata mantan loh lebih licik." ucap Cika masih tidak percaya dengan kejadian buruk yang menimpa sahabatnya.
Parahnya lagi mereka tertipu oleh pesan yang di kirimkan lewat ponsel runa. Padahal itu pesan bajakan. Andaikan mereka tau dan lebih waspada pasti kejadian itu tidak akan terjadi.
" Jadi percuma dong kita bayar mahal-mahal tuh cewek panggilan tapi malah endingnya gagal." guman Cika lemas. padahal dirinya sudah eksetic banget buat nyebar foto-foto Abi yang mereka manipulasi.
" Itu udah ngga penting, sekarang yang gue pikirin gimana caranya vidio itu bisa di hapus biar hidup gue tenang." ucap runa berusaha memikirkan ide yang paling brilian. Pasalnya lawannya ini lebih cerdik dari kancil.
" Susah sih, lagian mana pernah Abi naruh hpnya di sembarang tempat." balas Amel yang tau barang-barang pribadi milik Abi sangat di larang di sentuh orang lain.
Yang runa pikiran apa alasan Abi tidak mau putus dengannya. Bukannya dia seharusnya senang bisa terbebas dari cewek sepertinya. Toh mereka juga bukan seperti sepasang kekasih pada umumnya. Yang bergandengan tangan jika sedang berjalan bersama, atau menonton film romantis di bioskop. Ya seperti normalnya hubungan lawan jenis. Justru yang runa rasakan malah seperti berpacaran dengan tembok yang bernyawa.
Saat awal pacaran pun runa harus menyetok kesabaran yang banyak agar dirinya tidak khilaf menampar wajah datar Abi. Ia seperti berbicara dengan patung yang di pahat sempurna. Bedanya yang ini bisa mengeluarkan suara meski satu dua patah kata. Setidaknya tidak bisu.
Cinta? Tidak mungkin. Orang sejenis Abi pasti tidak pernah merasakan cinta. Sangat tidak cocok dengan wajah sangarnya. Meskipun wajahnya tampan tapi jika jarang senyum tetap saja tidak enak di pandang.
Runa jadi ingin tahu bagaimana Abi saat di rumah. Apa tidak darah tinggi orang tuanya memiliki anak se ajaib itu.