NovelToon NovelToon
TABIB KELANA 2

TABIB KELANA 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Spiritual / Matabatin
Popularitas:25.8k
Nilai: 5
Nama Author: Muhammad Ali

Buku ini adalah lanjutan dari buku Tabib Kelana.
Menceritakan perjalanan hidup Mumu yang mengabadikan hidupnya untuk menolong sesama dengan ilmu pengobatannya yang unik.
Setelah menikah dengan Erna akan kah rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada onak dan duri dalam membangun mahligai rumah tangga?
Bagai mana dengan Wulan? Apa kah dia tetap akan menjauh dari Mumu?
Bagai mana dengan kehadiran Purnama? Akan kah dia mempengaruhi kehidupan rumah tangga Mumu.
Banyak orang yang tidak senang dengan Mumu karena dia suka menolong orang lain baik menggunakan ilmu pengobatannya atau menggunakan tinjunya.
Mumu sering diserang baik secara langsung mau pun tidak langsung. Baik menggunakan fisik, jabatan dan kekuasaan mau pun melalui serangan ilmu yang tak kasat mata.
Akan kah hal tersebut membuat Mumu berputus asa dalam menolong orang yang membutuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perhatian Yang Tulus

Nurul berdiri di balik pintu rumah sakit, kedua tangannya mengepal erat, hatinya bergemuruh.

Dia mendengar setiap kata yang Nadya ucapkan, setiap helaan napas berat Raka ketika cinta yang diimpikannya hancur begitu saja.

Mata Nurul terasa panas, tapi dia tidak menangis.

Dia tahu, ini bukan saatnya menunjukkan kelemahan.

Nadya sudah lama pergi, meninggalkan Raka dalam kesunyian yang kelam.

Nurul masih tak bergerak, menyandarkan tubuhnya ke dinding dingin. Ingatannya berputar, kembali ke saat pertama kali dia bertemu Raka di kantor.

Keduanya adalah pegawai honorer, menjalani hidup dari gaji kecil, dan sering mengeluh bersama soal beban pekerjaan yang tak sebanding dengan imbalan.

Di tengah hiruk pikuk kehidupan kantornya yang sederhana, Nurul tak bisa menahan hatinya untuk jatuh pada sosok Raka, pria yang selalu tersenyum, meski hidup tak selalu ramah padanya.

Tapi sayangnya, hati Raka sudah tertambat pada Nadya. Gadis cantik dari keluarga kaya yang dunia dan statusnya jauh di atas Nurul.

Sejak awal Nurul tahu bahwa dia tak akan pernah bisa menandingi Nadya dalam banyak hal.

Namun, rasa sayangnya kepada Raka terus tumbuh, meski dia tahu bahwa cinta itu tak akan pernah terbalas.

Beberapa hari yang lalu, saat Nurul menemukan Raka tergeletak berlumuran darah di gang sempit setelah dikeroyok, dia merasakan ketakutan yang luar biasa.

Dia langsung menelepon ambulance, tak peduli dengan rasa panik yang menguasainya.

Raka nyaris tak sadarkan diri, tubuhnya penuh luka, namun di tengah semua itu, Nurul hanya berpikir satu hal, dia tidak akan membiarkan Raka menderita.

Selama Raka dirawat, Nurul selalu ada di sana.

Dia datang ke rumah sakit setiap hari, memastikan Raka mendapatkan perawatan terbaik, meski Raka sendiri tak pernah benar-benar memperhatikannya.

Bahkan dalam kondisinya yang terluka, pikiran Raka hanya dipenuhi Nadya.

Setiap kali Raka bertanya tentang Nadya, hati Nurul terasa perih, namun dia tak pernah menunjukkan kekecewaannya.

Dia hanya tersenyum dan berkata, “Nadya pasti akan datang, Raka.”

Dan hari ini, Nadya memang benar-benar datang.

Tapi apa yang ditinggalkannya hanyalah luka dan kesedihan mendalam di hati Raka.

Nurul menarik napas dalam dan akhirnya memberanikan diri membuka pintu.

Raka masih terbaring di tempat tidurnya, menatap kosong ke langit-langit.

Matanya merah, mungkin karena menahan tangis yang tak ingin dia lepaskan.

Nurul melangkah perlahan mendekati tempat tidur, takut mengganggu kesunyian yang melingkupi ruangan itu.

“Raka...” Nurul memanggil dengan suara pelan.

Raka menoleh perlahan, matanya masih penuh kesedihan. Ketika melihat Nurul, dia mencoba tersenyum, meski senyum itu tidak benar-benar sampai ke matanya.

“Eh, Nurul, baru sampai?” Tanya Raka pelan, suaranya sedikit serak. Dia tampak berusaha tersenyum meski wajahnya masih menunjukkan sisa-sisa kesedihan.

Nurul hanya mengangguk, menahan perasaan yang bercampur aduk di dalam dirinya. Tentu saja Raka tak tahu bahwa dia sudah mendengar semuanya.

Percakapan antara Raka dan Nadya barusan, keputusan Nadya untuk pergi, dan bagaimana hati Raka hancur karena hal itu.

Nurul memandang pria yang berbaring di tempat tidurnya, dengan tatapan yang dulu selalu ceria namun kini tersirat kerapuhan yang tak bisa disembunyikan.

“Hari ini bagai mana, Raka? Sudah lebih baik?” Tanya Nurul, berusaha mengalihkan suasana dengan nada hangat.

Dia menarik kursi ke samping tempat tidur Raka dan duduk di sana.

Raka menghela napas panjang. “Lebih baik? Entahlah, Nurul. Secara fisik mungkin sedikit lebih baik, tapi... hati ini.” Dia berhenti, menatap kosong ke luar jendela, “Aku tidak tahu harus bagaimana.”

Nurul tak langsung menjawab. Dia sudah menduga bahwa hari ini akan menjadi berat, tapi mendengarnya langsung dari Raka membuat rasa sakit itu semakin nyata.

Selama ini, dia tahu betapa dalam cinta Raka pada Nadya, dan bagaimana semua itu kini berakhir dengan cara yang begitu menyakitkan.

Hatinya ingin berkata banyak hal, ingin menenangkan Raka, tapi lidahnya seakan kelu.

“Aku melihat Nadya barusan. Apa kah dia dari sini?" Nurul pura-pura bertanya hanya sekedar memecah keheningan.

Raka tersenyum getir. “Iya, dia tadi datang." Raka tidak bermaksud menutupi.

"Apa yang terjadi?"

"Dia pergi. Memilih keluarganya. Memilih kenyamanan hidupnya. Aku tidak bisa marah. Itu pilihannya.”

Nurul menunduk, memainkan ujung kerudungnya dengan gugup.

Dia ingin menghibur Raka, tapi apa yang bisa dia katakan?

“Aku tak tahu harus bilang apa, Raka. Tapi aku yakin kamu kuat. Kamu pasti bisa melewati ini.”

Raka menatap Nurul dengan sorot mata yang sayu.

"Terima kasih, Nurul. Kamu selalu ada buat aku."

Nurul tersenyum tipis, menahan perasaan yang bercampur aduk di dalam dadanya.

"Jangan bilang begitu, Raka. Aku hanya ingin kamu cepat sembuh."

Raka terdiam sejenak, lalu dengan suara lirih dia berkata, "Nurul, bisa kah aku minta tolong?"

Nurul mengangguk cepat. "Tentu, Raka. Tolong apa?"

Raka menarik napas panjang, seolah berusaha mengumpulkan kekuatan.

"Aku mau pulang."

Nurul mengerutkan kening, bingung dengan permintaan itu.

"Pulang? Tapi kenapa, Raka? Bukankah kamu belum sembuh?"

Raka menunduk, menatap tangannya yang lemah di atas selimut rumah sakit.

“Aku... aku tak akan bisa sembuh, Nurul.” Suaranya penuh kepedihan yang terpendam.

“Dokter sudah mengatakan pada aku. Mereka bilang, aku mungkin tak akan pernah bisa berjalan lagi. Lagi pula, mau sampai kapan aku di sini? Aku tak punya biaya untuk terus dirawat.”

Nurul terkejut, hatinya terasa hancur mendengar kenyataan itu.

“Apa maksudmu, Raka? Pasti ada jalan. Kita bisa cari bantuan, atau... atau bicara lagi dengan dokter.”

Raka menggeleng pelan.

“Tidak, Nurul. Aku sudah mendengar semuanya. Kaki ini... cacat dan punggung aku hancur. Aku tak akan pernah bisa berdiri seperti dulu lagi."

"Tak ada gunanya aku terus di sini. Aku tak punya uang untuk perawatan lebih lama. Aku bahkan tak bisa membayar biaya yang sudah menumpuk sekarang.”

Nurul terdiam, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh.

Dia tahu situasi Raka tidak mudah, tapi dia tidak menyangka kondisinya seburuk ini.

"Tapi, Raka... kamu tak bisa menyerah begitu saja. Masih ada harapan."

Raka menggeleng lagi, lebih kuat kali ini.

"Tidak ada, Nurul. Aku sudah memikirkan semuanya. Aku tidak bisa terus-menerus membebani keluarga. Aku hanya ingin pulang. Itu saja. Tolong bantu aku keluar dari sini."

Nurul merasakan tekanan di dadanya semakin berat. Dia tahu Raka terlalu bangga untuk meminta belas kasihan, tapi dia juga tahu betapa putus asanya pria itu sekarang.

“Aku... aku akan bantu, Raka. Tapi janji satu hal, jangan menyerah. Kita akan cari jalan keluar. Aku akan coba bicara dengan pihak rumah sakit soal biaya.”

Raka tersenyum tipis, tapi di balik senyum itu tersirat kelelahan dan kepasrahan yang mendalam.

"Terima kasih, Nurul. Kamu selalu baik padaku. Tapi aku tidak mau kamu terbebani lagi karena aku. Aku cuma ingin pulang, istirahat di rumah, bersama keluargaku. Itu saja."

Nurul meraih tangan Raka, menggenggamnya erat.

“Aku akan urus semuanya, Raka. Tapi kamu harus tahu, kamu tidak sendirian. Aku akan tetap ada buat kamu, apapun yang terjadi.”

Saat Nurul pulang dia tanpa sengaja menabrak seseorang di koridor rumah sakit.

"Maaf, Dok. Saya tidak sengaja."

Ternyata yang ditabraknya adalah seorang Dokter yang masih muda. Jas putih yang dikenakannya menambah kesan wibawa.

"Apa kah kamu tidak apa-apa?"

Saat tabrakan tadi Dokter muda itu memang tidak merasakan apa-apa malah Nurul yang terjajar sampai lima langkah ke belakang.

Dokter itu tidak marah. Saat dia sedikit menunduk ke arah Nurul, Nurul sempat membaca nama di ID Cardnya. 'dr. Mumu, Sp. Ak.'

1
Diana Dwiari
kog rata2 ortu dr wanita-wanita di novel ini membolehkan anaknya jadi istri ke sekian ato pelakor Mumu...pdhl kn harusnya ortu melarang krna akan menyakiti pihak lain
AbhiAgam Al Kautsar
wah mantapp kali
Azmi Ramadhan
cerita yg menarik
Naga Hitam
revisi ulang bang
Naga Hitam
Purnama
Leni Agustina
mantap thor
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
Susilo Brama Yumbara Esbeye
buat cacat ja lgi si purnama biar kapok mumu...
lizah meon
dalam hidup ini masalah perlu diselesaikan dgn sabar dan kepala yg dingin..
Azril Parmen
ok
🍄NOFA🍄
akhirnya terselesaikan
Andre Oetomo
keren
Ajna dillah
kirimkan ke istri kamu mu biyar semua jadi jelas
Ajna dillah
ah langsung tancepin aja jarum di saraf biyar lumuh
... Silent Readers
🐾🐾🐾🐾🐾
🍄NOFA🍄
cerdas mumu
🍄NOFA🍄
ayahmu meninggal karena keangkuhannya sendiri
AbhiAgam Al Kautsar
naaah tuuh
Leni Agustina
purnama akan mendapatkan ''imbalan" yg setimpal dengan apa yg telah iya lakukan.hajab lah kau nanti purnama😃😃😃
Naga Hitam
memang bukan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!