Arumi harus menelan kekecewaan setelah mendapati kabar yang disampaikan oleh Narendra, sepupu jauh calon suaminya, bahwa Vino tidak dapat melangsungkan pernikahan dengannya tanpa alasan yang jelas.
Dimas, sang ayah yang tidak ingin menanggung malu atas batalnya pernikahan putrinya, meminta Narendra, selaku keluarga dari pihak Vino untuk bertanggung jawab dengan menikahi Arumi setelah memastikan pria itu tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun.
Arumi dan Narendra tentu menolak, tetapi Dimas tetap pada pendiriannya untuk menikahkan keduanya hingga pernikahan yang tidak diinginkan pun terjadi.
Akankah kisah rumah tangga tanpa cinta antara Arumi dan Narendra berakhir bahagia atau justru sebaliknya?
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada calon suami Arumi hingga membatalkan pernikahan secara sepihak?
Penasaran kisah selanjutnya?
yuk, ikuti terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
Arumi sudah rapi dan bergegas ke lantai dasar untuk berpamitan pada kedua mertuanya sekaligus menanyakan keberadaan suaminya.
Di ruang makan, tampak kedua mertua serta Galendra sudah duduk rapi di kursi masing-masing padahal kemarin di jam sepagi ini–pukul enam pagi–mereka belum memulai sarapannya.
“Pagi Ma, Pa, Mas Galen,” sapa Arumi.
Arumi, meski ia adalah kakak ipar dari Galendra, tetapi wanita itu memilih memanggil adik iparnya dengan sebutan Mas, sebab usia mereka terpaut begitu jauh, sehingga membuat Arumi menjadi segan untuk hanya menyapanya menggunakan namanya saja.
“Pagi….”
“Hm,”
“Pagi, Sayang. Ayo sarapan dulu, Mama udah masakin masakan spesial buat kamu, ayo, duduk dulu,” ucap Dewi mempersilakan Arumi untuk duduk.
Ia yang awalnya ingin berpamitan dan langsung berangkat kerja pun akhirnya urung karena mertuanya sudah seantusias ini menyiapkan sarapan untuknya. Arumi yakin, jika mereka memajukan jadwal sarapan hanya karena dirinya mengingat hanya Arumi yang berangkat kerja sangat pagi.
“Mama nggak perlu repot-repot seperti ini, Arumi jadi nggak enak karena bangun tidur langsung makan,” sesal Arumi.
“Enggak, kok, Mama sama sekali nggak repot. Sudah, ayo, makan dulu … oh, iya, Arumi, tadi suamimu pamit berangkat duluan karena ada yang mau dia selesaikan di kantor.” Dewi memberitahu menantunya.
“O-oh, iya, Ma. Pantas tadi aku cari-cari nggak ada.” Arumi mengangguk.
***
Narendra mengusap wajahnya dengan kasar. Pria itu sungguh kesal dengan mantan istrinya yang terus mengusik hidupnya padahal keduanya sudah tidak memiliki kepentingan.
Sedari awal dirinya memang berniat untuk menemui Christina. Namun, belum sempat Narendra memberikan peringatan, wanita itu sudah lebih dulu membuat ulah dengan membawa nama putrinya yang masih berusia empat tahun dan hal itu langsung membuat mood pria itu berantakan.
Pria itu kurang mengerti tujuan Christina berniat kembali padanya, padahal sudah sangat jelas jika wanita itulah yang berkhianat darinya. Kembali pria itu teringat ketika dirinya menikahi wanita itu karena kesalahan semalam.
Christina adalah cinta pertama dari Narendra. Keduanya sudah mulai kenal ketika baru saja memasuki dunia perkuliahan. Awalnya Narendra, lah yang selalu mengejar-ngejar Christina karena wanita itu terkenal baik dan murah senyum hingga pada akhir perkuliahan Narendra memberanikan diri menyatakan perasaannya yang semakin lama semakin menggebu-gebu.
Nasib baik tidak berpihak pada Narendra karena Christina menolak perasaannya. Meski begitu hubungan mereka tetap baik seperti sebelumnya.
Selang beberapa tahun berlalu Christina secara tiba-tiba menghubungi dirinya dan meminta bantuan agar Narendra datang menemui dirinya di apartemennya. Narendra yang saat itu masih memiliki perasaan pun dengan senang hati datang menemui panggilannya. Namun, sesampainya di sana Narendra tidak mendapati Christina tengah berada dalam kesulitan yang berarti.
“Chris? Kamu baik-baik saja?” tanya Narendra kala itu ketika tiba di apartemen Christina.
“Emm … masuk dulu, Ren. Maaf sudah membuatmu repot jauh-jauh datang ke sini,” ucap Christina tanpa menjawab pertanyaan Narendra lebih dulu.
Narendra mengernyit. Namun tetap masuk ke apartemen dan duduk di sofa ruang tamu. Christina menyusul Narendra ke ruang tamu setelah membuatkan pria itu minuman.
“ Diminum dulu, Ren. Kamu pasti haus,” ucapnya lembut seperti biasanya.
Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Narendra begitu patuh akan ucapan Christina. Pria yang memiliki kecerdasan lebih itu pun seakan mendadak bodoh di hadapan wanita itu dan menuruti setiap ucapannya. Tanpa ragu Narendra segera menyambar segelas jus jeruk dan menenggaknya hingga tersisa separuh.
“Maaf, ya, Ren. Tadi pasti kamu terburu-buru ke sini. Sebenarnya bukan masalah besar, sih, hanya saja aku benar-benar butuh teman sekarang,” ujar Christina tiba-tiba.
“Kamu ada masalah?”
“Ya, orang tuaku akan bercerai, Ren. Aku udah minta mereka buat nggak pisah, tapi mereka tetap kukuh pada pendiriannya masing-masing.” Christina mulai menceritakan alasan dirinya meminta Narendra untuk datang ke apartemennya.
Dengan disertai uraian air mata, Christina berhasil menarik lebih dalam simpati dari Narendra hingga pria itu tanpa ragu mendekap wanita itu dengan sangat erat.
“Kamu tenang, ya. Kamu pasti baik-baik saja, kamu bisa melewati ujian ini,” gumam Narendra.
Narendra merasakan hawa panas di dalam tubuhnya, perasaannya begitu bergejolak apalagi ketika kulitnya menyentuh kulit Christina yang begitu halus dan lembut. Berulang kali pria itu menggeleng untuk mengenyahkan pikiran buruk itu, tetapi hasratnya semakin lama semakin meningkat hingga pria itu tanpa ragu mulai menyambar bibir Christina.
Tidak ada penolakan yang berarti dari wanita itu. Ia hanya memukul pelan dada Narendra. Namun, tetap membalas ciuman dari pria itu.
Semua berjalan begitu lancar, hingga sampai pada akhirnya Narendra dan Christina melakukan hubungan yang sangat halal untuk dilakukan seorang suami istri, tetapi tidak untuk keduanya.
Pagi harinya Narendra terbangun dalam keadaan polos di sebuah kamar yang terlihat sangat asing. Pria itu beranjak duduk dan mendapati Christina tengah menangis di sebelahnya.
“Chris? Apa yang sudah terjadi?”
Christina menoleh dengan keadaan wajah yang sudah memerah. “Bagaimana ini, Ren. Bagaimana jika aku hamil?” tanyanya pelan.
Narendra tentu paham ucapan dari Christina, ia mengembuskan napasnya kasar. Sungguh pria itu begitu merutuki dirinya yang terbawa suasana hingga bernafsu melakukan hal itu bersama wanita yang ia cintai.
Pria itu menggeser tubuhnya kemudian memeluk tubuh Christina yang masih polos.
“Kamu tenang saja, aku akan bertanggung jawab dengan menikahimu. Maaf karena sudah melukai perasaanmu. Aku benar-benar tidak menyangka jika akan berbuat sejauh ini seakan semua terasa ada yang mengendalikan. Maafkan aku, Chris.”
Tok!
Tok!
Lamunan Narendra berhenti ketika telinganya menangkap suara ketukan pada pintu ruang kerjanya.
“Masuk!” Narendra berseru dari dalam.
Satria yang masih menunggu di luar pun segera masuk setelah mendengar jawaban dari Narendra. Pria itu datang dengan membawa map Airmail di tangannya.
“Ini yang Anda minta semalam, Tuan,” ucap Satria seraya menyerahkan map berwarna coklat muda itu.
Narendra segera membukanya. Beberapa foto di tempat kejadian antara Arumi dan Vino tertangkap jelas di CCTV. pria itu terus mengecek semuanya, hingga dirinya menemukan sebuah flashdisk yang tertimbun berkas-berkas dari Satria.
“Apa ini, Sat?”
“Sebaiknya Anda buka sendiri saja, Tuan. Itu hasil tambahan dari detektif saya yang diberikan tadi pagi.” Satria mempersilakan Narendra untuk segera membuka file yang terdapat di dalam flashdisk.
Ternyata itu adalah sebuah rekaman video. Di mana Vino dan teman-temannya tengah berkumpul di sebuah kelab malam.
“Ini adalah video baru yang diambil detektif suruhan saya semalam, Tuan,”
Narendra mengangguk dan terus menonton video itu, hingga sampailah kepada pernyataan Vino yang membuat Narendra dan Satria sama-sama terkejut dan saling berpandangan.
“Ah, gue nyesel banget nggak beneran tidurin tuh, cewek!” ujar Vino bersungut-sungut.
“Kenapa, Bro! Katamu dia jelek dan bukan seleramu? Kenapa tiba-tiba jadi nyesel gitu?” celetuk salah satu temannya.
“Yoi! Lo bilang dia nggak bisa bikin lo terang*sang, kenapa sekarang nyesel?”
“Beberapa hari yang lalu, gue ketemu sama Arumi. Dia pakai gaun malam yang buat bi rahi gue melonjak naik! Gue bener-bener nggak terima sama si breng*sek sia*lan itu karena niat gue ngundang dia, buat jebak dia, biar dia yang diamuk ayahnya si Arumi. Tapi nggak taunya mereka malah nikah! Pokoknya sebelum si breng*sek itu menikmati tu buh Arumi, gue harus lebih dulu cicipi tu buhnya sampai gue puas!” ungkap Vino dengan bersungguh-sungguh.
Di sela mabuknya, pria itu masih terus meracau ingin memiliki Arumi kembali. Bukan karena ia mencintai wanita itu, melainkan karena Vino ingin menikmati tu buh indah dari Arumi.
“Lo, gila, Vin!”
“Lo, nggak takut si Karina marah sama, lo?”
“Tau, tuh … tiap hari juga dapet jatah dari si Karina, eh, masih mau nikmatin si mantan juga!”
Vino tidak menggubris ucapan teman-temannya. Pria itu tengah sibuk menikmati sentuhan wanita bayaran di sampingnya.
Klik
Ada rasa kesal juga rasa senang di hati Narendra setelah mendengar pengakuan dari sepupunya. Namun, apapun itu, Narendra tetap bersyukur dengan apa yang diucapkan Vino jika memang itu benar kenyataannya. Kini, pria itu tinggal membuktikan sendiri ucapan sepupunya itu.
***
jangan lupa komen yang banyak guys..
Setuju nggak kita buat si Vino nggak bisa bangun, eh🤭 nggak bisa shombhong maksudnya🤣🤣🤣