Demi menjaga nama baiknya sendiri Aylin sampai rela terjerat dosennya yang galak.
"Pak Aland = Sialand." Aylin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDG Bab 22 - Kabulkan Satu Permintaanku
Setelah Aylin pergi Aland mengusap wajahnya dengan kasar, tak menyangka juga kenapa dia sampai bisa melontarkan kata-kata menyakitkan seperti itu.
Murahan.
"Astaga," gumam Aland, sontak merasa bersalah detik itu juga.
Tak ingin Aylin semakin marah, jadi dia berlari keluar untuk mengejar Aylin. Terlihat gadis itu masuk ke dalam lift, secepat yang Aland bisa dia berlari menyusul, untunglah lift yang nyaris tertutup mampu dia hentikan.
Aylin sontak menatap ke arah dinding, enggan menatap pria itu. Lebih tepatnya sudah tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh pak Aland.
Dan dengan nafas yang terengah Aland masuk pula ke dalam lift tersebut. Melihat Aylin yang memunggunginya, tapi meski begitu Aland sudah merasa bahwa Aylin menangis.
"Kamu menangis?" tanya Aland.
Aylin diam saja, malas menjawab, dia mengigit bibirnya sendiri menahan tangis agar tidak pecah. Tangan kanannya pun terus bergerak untuk menghapus air mata.
"Maaf, tadi ucapanku keterlaluan," kata Aland lagi.
"Tidak usah minta maaf! Aku memang wanita yang murahan!" balas Aylin, bicara begitu ketus. Bahkan masih enggan untuk menatap sang dosen, sejak tadi masih betah untuk memunggungi.
Sementara Aland langsung memijit dahinya yang berdenyut, menghadapi Aylin yang biasa saja begitu sulit, apalagi saat Aylin yang sedang marah seperti ini.
"Aku akan mengantarmu pulang."
"Tidak perlu! Aku bisa pulang sendiri!"
Aland terdiam, jadi hanya ada sepi di dalam lift tersebut. Saat pintu terbuka Aylin bahkan buru-buru keluar, tapi Aland berhasil mencekal tangannya.
"Lepas!" kesal Aylin, dia mengeluarkan semua tenaganya untuk melepaskan diri, tapi Aland pun demikian juga, hingga tetap mampu menahan tangan sang gadis.
Untungnya di kantor sudah sepi, hanya ada mereka berdua dengan dunianya sendiri.
"Aku salah, maafkan aku," kata Aland, dia bicara dengan begitu lembut namun tidak berpengaruh apapun pada emosi Aylin.
"Lepas ih!" kesal Aylin, jika sedang kesal seperti ini rasanya benci sekali saat tubuhnya disentuh.
"Aku akan antar kamu pulang."
"Ya sudah lepas!" bentak Aylin pula.
Namun Aland tidak langsung melepaskan, dia hanya mengendurkan cekalannya. Lalu mulai melangkah lebih dulu dan menggandeng Aylin untuk berjalan bersama.
"Lepas!" pinta Aylin lagi tapi Aland seperti tidak memperdulikan ucapannya. Beberapa hari lalu Aylin selalu mengucapkan kata putus, dan sekarang dia selalu mengucapkan kata lepas.
"Apa Bapak tuli?! Lepas! Aku bisa jalan sendiri!"
"Lepas!" kata Aylin lagi, masih saja berontak. Sampai tak sadar jika kini mereka telah tiba di basement. Sama-sama berdiri di samping mobil Aland, di sinilah akhirnya pria itu melepaskan cekalannya pada sang gadis.
Aylin yang makin kesal langsung membuka pintu dan masuk, lengkap dengan menutup pintu kuat-kuat.
BRAK!
Aland yang sudah terbiasa dengan suara keras itu hanya terdiam, setidaknya lega karena Aylin telah masuk ke dalam mobilnya.
Sepanjang perjalanan itu, tak ada pembicaraan apapun diantara mereka berdua. Aylin juga selalu menatap ke jalanan, sesekali masih menangis entah karena apa. Hatinya masih saja merasa sedih.
Bahkan saat tiba di rumah, Aylin pun langsung turun tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya kembali menutup pintu mobil dengan kuat.
"Huh," helaan nafas Aland.
"Huh," dia menghela nafas lagi.
Masih tetap berada di sana sampai Aylin tak terlihat, masuk ke dalam rumah setelah menutup pintu kuat.
"Astaga Aylin, lama-lama pintu rumah kita roboh sayang. Kamu selalu saja membanting pintu, kenapa? Ada masalah di kantor?" tanya mom Aresha, dia sedang bersantai di ruang tengah, lalu dikejutkan dengan suara pintu yang tertutup kuat.
Mom Aresha langsung menduga bahwa itu kerjaan Aylin dan ternyata benar, anak gadisnya inilah yang muncul.
"Maaf Mom, aku tidak sengaja," kilah Aylin.
"Ada masalah di kantor?"
"Tidak Mom."
"Ya sudah sana istirahat lah, ingat, besok adalah hari spesial untuk mu dan seluruh keluarga. Jadi jangan marah-marah terus, kita harus menyambut hari wisuda mu dengan bahagia," balas mom Aresha, dia tersenyum penuh syukur saat mengucapkan hal tersebut.
Membuat Aylin ikut tersenyum juga meski terasa begitu hambar.
Ya, besok memang adalah hari spesialnya. Tak seharusnya semua jadi berantakan hanya gara-gara pak Aland.
Setelah bicara beberapa saat dengan sang mommy, akhirnya kini Aylin masuk ke dalam kamarnya. Langsung di sambut dengan suara getar ponselnya di dalam tas.
'Maaf.' tulis Aland dalam pesan singkat yang dia kirim.
Aylin tidak membalas, hanya membuang nafasnya dengan kasar. Beberapa detik kemudian dia pun membalas pesan tersebut.
'Aku ingin putus,' balas Aylin.
'Maaf, aku salah.' jawab Aland.
'Aku ingin putus,' kata Aylin lagi.
'Besok akan aku usahakan untuk datang di wisudamu.'
'Jangan! Aku tidak ingin keluargaku tahu!'
'Kita bisa bertemu secara diam-diam. Maaf atas kata-kata ku tadi, kamu tidak murahan, kamu adalah wanita yang terhormat, aku yang salah,' balas Aland.
Rasanya mereka hanya bisa berkomunikasi melalui pesan singkat, jika bicara secara langsung bawaannya selalu emosi.
'Tidak usah datang, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama keluarga ku.' balas Aylin kemudian.
'Kamu masih marah?'
'Kenapa bapak tiba-tiba mengatakan bahwa aku adalah wanita murahan?'
'Aku salah, maaf, aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba bicara seperti itu.'
'Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan William, dia temanku dan kita akan pulang bersama, apa seperti itu saja salah?'
'Hem, salah. Katamu akan membeli sesuatu dengan William, bagaimana jika saat kamu pergi dengannya tiba-tiba mama Berta lihat? karena itulah aku bilang pergi denganku saja, aku akan membelikan apapun yang kamu butuhkan.'
Aylin terdiam sesaat, memikirkan apa yang diucapkan oleh sang dosen. Dia memang tidak diperbolehkan memiliki skandal, jika keluarga pak Aland tahu dia memiliki hubungan dengan pria lain, maka Tante Berta pasti akan langsung meminta pak Aland untuk menikah dengan wanita pilihannya.
Aylin harus diputuskan dalam keadaan baik-baik saja, sampai pak Aland bisa bicara bahwa wanita pilihannya saja ditolak, jadi jangan jodohkan dengan wanita yang lain.
Karena Aylin lama tak menjawab, jadi Aland kembali mengirim pesan singkat.
'Aku salah tentang hal itu Aylin, maafkan aku ya?'
'Kabulkan satu permintaan ku dulu, baru setelahnya akan aku maafkan.'
'Katakan, tapi jangan minta putus.'
Aylin mencebik, rencananya selalu bisa terbaca oleh sang dosen.
'Kamu mau apa?' tanya Aland lagi, karena merasa bersalah jadi dia paling antusias dalam kirim pesan kali ini.
Aylin duduk di pinggir ranjangnya dan jadi bingung ingin minta apa.
'Tidak jadi, aku tidak ingin minta apapun,' balas Aylin kemudian.
'Cium?' tanya Aland.