Dalam novel Janji Cinta di Usia Muda, Aira, seorang gadis sederhana dengan impian besar, mendapati hidupnya berubah drastis saat dijodohkan dengan Raka, pewaris keluarga kaya yang ambisius dan dingin. Pada awalnya, Aira merasa hubungan ini adalah pengekangan, sementara Raka melihatnya sebagai sekadar kewajiban untuk memenuhi ambisi keluarganya. Namun, seiring berjalannya waktu, perlahan perasaan mereka berubah. Ketulusan hati Aira meluluhkan sikap keras Raka, sementara kehadiran Raka mulai memberikan rasa aman dalam hidup Aira.
Ending:
Di akhir cerita, Raka berhasil mengatasi ancaman yang membayangi mereka setelah pertarungan emosional yang menegangkan. Namun, ia menyadari bahwa satu-satunya cara untuk memberikan kebahagiaan sejati pada Aira adalah melepaskan semua kekayaan dan kuasa yang selama ini menjadi sumber konflik dalam hidupnya. Mereka memutuskan untuk hidup sederhana bersama, jauh dari ambisi dan dendam masa lalu, menemukan kebahagiaan dalam cinta yang tulus dan ketenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Aliansi Tak Terduga
Hari masih pagi ketika Aira memutuskan untuk menemui Adrian setelah pesan misterius yang ia terima. Ada sesuatu dalam pesan itu yang membuatnya tak tenang, seolah Adrian masih menyembunyikan hal lain yang bisa mengguncang dunia Aira.
Mereka bertemu di kafe kecil yang sepi di pinggir kota. Adrian sudah menunggu dengan ekspresi yang sulit diterka, seakan apa yang akan ia katakan membutuhkan keberanian yang tak kecil.
"Aira, aku tahu ini berat untukmu, tapi ada sesuatu yang perlu kamu ketahui," Adrian membuka pembicaraan, menatap Aira dengan mata penuh kekhawatiran.
Aira menarik napas panjang, mencoba menguatkan diri. "Katakan saja, Adrian. Aku sudah lelah dengan semua rahasia ini. Aku hanya ingin tahu kebenarannya, meskipun itu mungkin menyakitkan."
Adrian menghela napas panjang, lalu berkata pelan, "Keluargaku dan keluargamu bukan hanya memiliki masalah bisnis. Ada sesuatu yang lebih dalam... sesuatu yang melibatkan keluarga Raka juga."
Aira menatap Adrian, bingung sekaligus terkejut. "Apa maksudmu, Adrian? Apakah ini berarti Raka terlibat lebih jauh dari yang kukira?"
"Itulah yang aku curigai. Dan karena itu, aku memutuskan untuk bekerja sama dengan seseorang untuk mencari tahu kebenarannya," jawab Adrian.
Aira mengernyit. "Seseorang? Siapa yang bisa kamu percayai dalam situasi serumit ini?"
Adrian tersenyum samar, tampak ragu sebelum akhirnya mengatakan, "Aku memutuskan untuk bekerja sama dengan Raka."
Aira terperangah. "Raka?! Kamu gila, Adrian? Bagaimana kamu bisa mempercayainya setelah semua yang terjadi?"
Adrian menatap Aira dengan serius. "Aku tahu ini sulit dipahami, tapi aku rasa kami memiliki tujuan yang sama. Raka mungkin memiliki alasan untuk merahasiakan banyak hal darimu, tapi aku juga melihat bahwa dia benar-benar ingin melindungimu."
Aira menggelengkan kepala, merasa terjebak dalam kerumitan yang semakin membingungkan. "Kau pikir aku harus mempercayainya hanya karena kamu memutuskan untuk bekerja sama dengannya? Apa yang membuatmu yakin dia tidak memanfaatkanmu, Adrian?"
"Karena dia yang mendatangiku lebih dulu, Aira," jawab Adrian. "Dia bilang bahwa dia ingin menyelesaikan konflik antara keluarga kita, dan dia tahu bahwa untuk melakukannya, kita harus bersatu. Aku tahu ini gila, tapi aku bisa melihat ketulusan di matanya."
Aira terdiam, merasakan pertentangan di dalam hatinya. Ia masih ingat betapa Raka tampak begitu tulus, namun di sisi lain, ada keraguan yang terus menghantuinya. Apakah Raka benar-benar bisa dipercaya, atau semua ini hanyalah bagian dari rencana besar yang belum ia pahami?
"Dan apa yang kalian rencanakan?" tanya Aira akhirnya, suaranya penuh rasa ingin tahu dan sedikit ketidakpercayaan.
Adrian tersenyum tipis. "Kami berencana untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang berada di balik perselisihan ini. Sesuatu yang melibatkan orang-orang dari generasi sebelum kita, termasuk ayahku, ayahmu, dan juga ayah Raka. Raka bilang, ayahnya menyimpan catatan rahasia yang mungkin bisa menjelaskan semua ini."
"Catatan rahasia?" Aira mengulangi, merasa bingung.
"Ya, semacam dokumen penting yang mencatat semua transaksi, kesepakatan, dan perselisihan yang pernah terjadi antara keluarga kita. Jika kita bisa menemukan catatan itu, mungkin kita akan tahu siapa yang sebenarnya memicu semua ini," jelas Adrian.
---
Malam harinya, Aira berusaha tidur, tetapi pikirannya terus berkecamuk. Aliansi antara Adrian dan Raka adalah sesuatu yang tak pernah ia bayangkan, dan kini ia harus menghadapi kemungkinan bekerja sama dengan dua orang yang sama-sama menyimpan rahasia darinya. Namun, di sisi lain, ia juga merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menemukan kebenaran.
Akhirnya, ia memutuskan untuk menelepon Raka.
"Aira? Ada apa menelepon malam-malam begini?" Suara Raka terdengar sedikit terkejut di ujung telepon.
Aira ragu sejenak sebelum menjawab, "Aku dengar dari Adrian bahwa kalian berencana untuk mencari tahu lebih jauh tentang perselisihan ini... dan tentang keluargaku."
"Ya, itu benar. Aku tahu ini berat untukmu, tapi percayalah, ini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri semua ini," kata Raka dengan nada serius.
Aira menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Baiklah, aku akan membantu kalian. Tapi hanya karena aku ingin tahu kebenarannya, bukan karena aku mempercayaimu sepenuhnya, Raka."
Raka tertawa kecil. "Aku tidak mengharapkanmu untuk langsung mempercayaiku, Aira. Tapi aku berjanji, aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuktikan bahwa aku benar-benar peduli padamu."
Aira terdiam sejenak, merasakan kehangatan di balik kata-kata Raka, meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan. "Aku harap kamu bisa menepati janji itu, Raka."
---
Keesokan harinya, ketiganya bertemu di tempat yang dirasa aman, jauh dari pandangan siapa pun. Mereka duduk bersama, menyusun rencana dengan serius. Adrian membawa sebuah peta yang menunjukkan lokasi-lokasi yang mungkin terkait dengan dokumen rahasia yang disebutkan Raka.
"Jadi, kita akan memulainya dari sini," Adrian menunjuk pada salah satu tanda di peta. "Ini adalah kantor lama yang dulu digunakan ayahku untuk bertemu dengan mitra bisnisnya, termasuk ayah Raka dan ayah Aira. Kemungkinan besar, ada dokumen yang disimpan di sana."
"Tapi tempat itu sudah lama ditinggalkan, kan?" tanya Aira ragu.
"Benar, tapi ayahku bilang bahwa mereka sengaja meninggalkan beberapa catatan di sana sebagai bentuk peringatan dan ancaman bagi pihak lain. Jika kita bisa menemukan catatan itu, mungkin kita bisa tahu siapa yang memulai perselisihan ini," jelas Raka.
Mereka pun berangkat dengan tekad yang kuat. Sesampainya di gedung tua itu, mereka merasakan suasana yang mencekam, seakan-akan setiap sudut ruangan menyimpan cerita lama yang ingin diungkapkan.
Mereka mulai mencari, memeriksa setiap ruangan, setiap laci, hingga akhirnya mereka menemukan sebuah ruangan yang terkunci rapat. Dengan bantuan Adrian yang berhasil membuka kuncinya, mereka masuk ke dalam ruangan itu dan melihat sebuah meja tua yang berdebu.
Di atas meja itu, terdapat sebuah berkas tebal yang tampak usang. Aira meraih berkas itu dengan tangan bergetar. Saat ia membukanya, ia terkejut melihat beberapa foto lama yang tampaknya diambil saat pertemuan penting antara ayah mereka bertiga.
"Ini... ini foto ayahku," bisik Aira, matanya berkilat saat menatap wajah-wajah yang sudah lama ia kenal.
Raka dan Adrian mendekat, ikut melihat apa yang ada di dalam berkas itu. Di antara foto-foto tersebut, ada dokumen yang mencatat setiap transaksi dan kesepakatan yang dibuat oleh ayah mereka, termasuk perjanjian rahasia yang tampaknya melibatkan konflik besar.
"Jadi, ini semua benar," kata Adrian pelan. "Keluarga kita pernah bersekutu, tetapi ada satu peristiwa yang mengubah semuanya."
Aira membaca dokumen itu dengan seksama. Matanya melebar saat ia menemukan nama ayahnya tertulis di sana, seolah-olah ia menjadi sosok penting dalam perselisihan ini. Ia menutup dokumen itu, merasa seluruh tubuhnya bergetar.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa ayahku tidak pernah memberitahuku?" bisik Aira, merasa hatinya semakin berat dengan setiap fakta yang terungkap.
Raka meletakkan tangannya di bahu Aira, mencoba menenangkannya. "Aira, kita akan menemukan jawabannya bersama. Aku tahu ini tidak mudah, tapi sekarang kita tahu arah yang harus kita ambil."
Aira menatap Raka dan Adrian bergantian, merasakan aliansi tak terduga yang kini terbentuk di antara mereka. Meskipun hatinya masih dipenuhi ketidakpastian, ia tahu bahwa ini adalah satu-satunya jalan untuk menemukan kebenaran.
Namun, di balik aliansi ini, ada ancaman lain yang belum mereka sadari. Mereka tidak sendirian. Di luar gedung, seorang pria misterius mengamati mereka dari jauh, tersenyum dingin sambil menggenggam ponselnya.
Pria itu menekan tombol panggil, dan suaranya terdengar samar saat berbicara. "Mereka sudah menemukan lokasi dokumen. Segera ambil tindakan sebelum semuanya terungkap."
hasil tak akan maksimal sesuatu yg dpaksakn itu.
anggap aja sodara angkat, jika memang tidak berjodoh