Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23. Baiklah, Kita Akan Bercerai.
Aksa terdiam saat mendengar ucapan sang mertua. Dadanya berdenyut sakit saat melihat kesedihan yang terpancar jelas di wajah mertuanya itu.
Hyuna yang melihat keadaan sang ibu segera memeluknya dengan erat. Dadanya bergemuruh dengan gejolak emosi yang mulai merasuki.
"Aku mohon jangan menangis, Bu."
Hyuna melerai pelukannya dan mengusap air mata sang ibu. Dia lalu memalingkan wajahnya ke arah Aksa yang menunduk dengan mata berkaca-kaca.
"Apa sekarang kau sudah puas, Mas?" ucap Hyuna dengan bergetar membuat Aksa mendongakkan kepalanya menatap wanita itu.
"Apa kau sudah puas membuat orang tuaku menangis seperti ini, hah?" bentak Hyuna yang sudah kehabisan kesabarannya. "Tidak cukup dengan memyakitiku, kau bahkan sekarang menyakiti orang tuaku juga. Sebenarnya apa maumu, hah?"
Beni yang sejak tadi diam langsung menarik Hyuna. "Istighfar, Nak. Kendalikan emosimu."
"Tidak, Ayah. Aku sudah tidak tahan lagi dengan apa yang dia lakukan." Hyuna menunjuk ke arah Aksa yang hanya bisa diam di tempat itu. "Apa lagi yang dia inginkan sekarang? Dia sudah menghancurkanku, juga menyakiti hati orang tuaku. Apa dia masih belum puas juga?" Hyuna lalu menatap Aksa dengan tajam.
Aksa terdiam dengan rasa sakit yang mengoyakkan hatinya. Sungguh dia sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti hati keluarga Hyuna, dia hanya ingin kembali pada wanita itu.
"Sekarang katakan padaku apa lagi yang kau inginkan, apa kehancuranku ini belum cukup untukmu? Kau mau membuat aku sampai seperti apa lagi, Mas?"
Hyuna terisak dalam pelukan Beni membuat Aksa kian menunduk dengan perasaan yang teramat bersalah, sementara Aida terus terisak dengan apa yang terjadi saat ini.
"Sekarang pergi dari sini dan pergi dari hidupku selamanya, aku benar-benar membencimu, Mas. Aku sangat membencimu!"
Suara Hyuna menggema di ruangan itu membuat beberapa orang yang melintas sampai bisa mendengarnya, begitu juga dengan tatangga yang rumahnya berada tepat di samping rumah orang tuanya.
Beni melepaskan pelukannya dan beranjak mendekati Aksa. Dia lalu menarik tangan laki-laki itu dan membawanya keluar.
"Pergilah, Aksa. Tolong pahami bagaimana perasaan Hyuna saat ini, dan jangan lagi mengganggu putriku!" ucap Beni dengan penuh penekanan.
"Maafkan aku, Yah. Aku tidak bermaksud untuk menyakitinya, aku hanya ingin-"
"Cukup, sudah cukup, Aksa." Beni mengangkat tangannya membuat ucapan Aksa terpaksa berhenti.
"Selama ini dia mencintai dan menjadi istri yang baik untukmu. Dia tetap diam saat terus di desak untuk memberikan keturunan yang sebenarnya di luar kemampuannya, dia juga diam saat dihina oleh keluargamu. Lalu sekarang, dia juga diam saat kau menikah lagi. Dia bahkan mengalah dan membiarkanmu hidup bahagia bersama dengan wanita lain. Jadi untuk apa lagi kau mengejarnya, bukankah apa yang kau lakukan sudah cukup menghancurkan hidup putriku?"
Aksa terdiam mendengar ucapan kekecewaan dari sang mertua. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya sebagai bantahan.
"Jadi aku mohon pergilah dari sini dan jauhi putriku. Dia sudah sangat hancur dengan apa yang kau lakukan, tolong jangan menambah kehancuran yang saat ini sedang mati-matian dia perbaiki."
Air mata Aksa runtuh juga dengan rasa penyesalan yang teramat dalam. Apa yang mertuanya katakan adalah benar, untuk apa lagi dia mengejar Hyuna sementara dia sudah menghancurkam hidup wanita itu?
"Maafkan aku, Yah. Maafkan aku."
Aksa lalu berbalik dan berjalan gontai menuju mobilnya. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka dari kejauhan, tetapi dia merasa tidak peduli dan langsung masuk ke dalam mobil.
"Maafkan aku, Hyuna. Maafkan aku."
Aksa menelungkupkan kepalanya di setir kemudi lalu terisak dengan lirih. Dia benar-benar manusia jahat yang sudah menghancurkan hidup banyak orang. Bukan hanya Hyuna saja yang sudah dia hancurkan, bahkan kedua mertuanya yang selalu memperlakukan dia dengan baik pun terkena imbas dari perbuatannya.
"Maafkan aku, Hyuna. Aku benar-benar suami yang buruk. Jika memang melepaskanmu bisa membuatmu bahagia, maka aku akan melakukannya. Aku akan menebus semua kesalahan dengan kehilanganmu."
Aksa sudah memutuskan untuk menceraikan Hyuna sesuai dengan keinginan wanita itu, walaupun hatinya sangat sakit saat memikirkan perpisahan.
Setelah kepergian Aksa, Aida dan Beni mencoba untuk menenangkan Hyuna yang masih saja terisak. Mereka mencoba menguatkan sang putri agar kembali bangkit dan mencoba untuk melawan segalanya.
"Ayah dan ibu bersamamu, Nak. Jangan menangis lagi." Aida memeluk tubuh Hyuna dengan erat.
"Maafkan aku, Bu. Maafkan aku."
Hyuna menangis bukan karena berpisah dengan Aksa, tetapi karena merasa bersalah sudah membuat orangtuanya menangis. Bahkan orang tuanya harus menghadapi masalah seperti ini karena rumah tangganya.
"Jangan minta maaf, Nak. Kau tidak salah apapun. Sekarang jangan menangis lagi, semuanya pasti akan baik-baik saja."
Hyuna mengangguk dan kembali memeluk sang ibu. Dia berjanji tidak akan kembali membuat orangtuanya sedih, dan dia akan bangkit dari keterpurukannya saat ini.
Setelah merasa lebih baik, Hyuna lalu memutuskan untuk istirahat. Tubuhnya terasa sangat lemas karena terus menangis, juga karena emosi yang merasuki jiwa.
***
Beberapa jam kemudian, Aksa sudah kembali ke rumah. Dia berjalan gontai untuk masuk ke dalam rumah itu yang langsung disambut oleh Laura.
"Dari mana saja kau, Aksa?" tanya Laura sambil bersedekap dada. Terlihat keadaan laki-laki itu sangat kacau dengan mata sembab habis menangis.
Aksa mendudukkan tubuhnya di atas sofa dengan pandangan kosong lurus ke depan. Pikirannya masih dipenuhi oleh Hyuna hingga tidak sadar jika saat ini Laura menatapnya penuh emosi.
"Kenapa kau diam, Aksa? Apa kau habis menemui wanita itu?"
Aksa terkesiap lalu menatap Laura dengan tajam. "Ya. Aku memang habis menemui Hyuna dan memintanya untuk kembali padaku."
Deg.
Laura terdiam dengan tubuh kaku. "A-apa, apa dia mau?" Jantungnya berdegup dengan kencang.
Aksa menggelengkan kepalanya. "Tidak. Dia tidak mau kembali padaku, dan tidak akan pernah mau."
"Benarkah?" Laura langsung menutup mulutnya saat mendapat tatapan tajam Aksa.
"Aku dan Hyuna akan bercerai."
•
•
•
Tbc.