NovelToon NovelToon
Pilihan Hati Di Sekolah

Pilihan Hati Di Sekolah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Tentara / Perperangan / Persahabatan / Harem
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: AYANOKOUJI

Di sebuah SMA ternama di kota kecil, siswa-siswi kelas 12 tengah bersiap menghadapi ujian akhir. Namun, rencana mereka terganggu ketika sekolah mengumumkan program perjodohan untuk menciptakan ikatan antar siswa. Setiap siswa akan dipasangkan dengan teman sekelasnya berdasarkan kesamaan minat dan nilai akademis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYANOKOUJI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 6

Kami. Kami juga memutuskan untuk merencanakan kunjungan satu sama lain setiap kali ada kesempatan.

Bulan-bulan berlalu, dan kami berusaha keras untuk mempertahankan hubungan kami. Ada saat-saat indah, seperti ketika Putri berhasil menyelesaikan proyeknya dengan sukses dan aku bisa melihat kebahagiaan terpancar di wajahnya saat dia menceritakannya padaku. Ada juga saat-saat sulit, ketika perbedaan zona waktu membuat kami sulit untuk berkomunikasi, atau ketika rasa rindu terasa begitu berat.

Namun, kami tetap bertahan. Kami belajar untuk menghargai setiap momen yang kami miliki bersama, bahkan jika itu hanya melalui layar ponsel atau komputer. Kami juga belajar untuk saling mendukung dari jauh, merayakan keberhasilan satu sama lain dan menjadi tempat bersandar saat ada masalah.

Setahun berlalu sejak Putri menerima tawaran pekerjaan itu. Aku akhirnya berkesempatan untuk mengunjunginya di Jerman selama liburan kerjaku. Saat aku tiba di bandara Frankfurt, jantungku berdebar kencang. Aku melihat Putri di kejauhan, tersenyum lebar dan melambaikan tangan. Kami berlari ke arah satu sama lain dan berpelukan erat, seolah-olah ingin mengompensasi waktu yang telah kami lewatkan terpisah.

"Akhirnya kamu di sini," bisik Putri di telingaku.

"Ya, akhirnya," aku membalas, masih memeluknya erat.

Selama dua minggu berikutnya, Putri menjadi pemanduku di Jerman. Kami mengunjungi tempat-tempat terkenal di Frankfurt, berjalan-jalan di sepanjang Sungai Main, dan menikmati makanan khas Jerman di restoran-restoran lokal. Kami juga menghabiskan banyak waktu di apartemen Putri, memasak bersama, menonton film, atau hanya berbincang sampai larut malam.

Pada malam terakhir kunjunganku, kami duduk di balkon apartemen Putri, memandangi kerlap-kerlip lampu kota Frankfurt. Putri menyandarkan kepalanya di bahuku, dan aku merangkulnya.

"Andi," Putri memulai, suaranya lembut. "Terima kasih sudah datang ke sini. Dua minggu ini... rasanya seperti mimpi."

Aku mengangguk, "Ya, Put. Aku juga merasa begitu. Aku senang bisa melihat kehidupanmu di sini, melihat betapa kamu berkembang dan bahagia."

Putri mengangkat kepalanya dan menatapku. "Tapi kamu tahu apa yang membuatku paling bahagia?"

"Apa?" tanyaku.

"Kamu," jawabnya sederhana. "Fakta bahwa kita masih bersama, bahwa kita masih berjuang untuk hubungan ini. Itu yang membuatku paling bahagia."

Aku merasakan kehangatan menyebar di dadaku mendengar kata-katanya. "Aku juga, Put. Aku bangga dengan apa yang sudah kita capai sejauh ini."

"Tapi," Putri melanjutkan, ada sedikit keraguan dalam suaranya. "Apa menurutmu kita bisa terus seperti ini? Maksudku, hubungan jarak jauh ini..."

Aku terdiam sejenak

Aku terdiam sejenak, merenungkan pertanyaan Putri. Ini adalah pertanyaan yang sering muncul dalam pikiranku juga. Hubungan jarak jauh memang tidak mudah, dan kami masih harus menghadapi setidaknya dua tahun lagi seperti ini.

"Put," aku mulai dengan hati-hati, "Aku tidak bisa menjamin bahwa semuanya akan mudah. Tapi aku tahu satu hal: aku mencintaimu, dan aku ingin berjuang untuk hubungan kita."

Putri mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. "Aku juga, Andi. Aku hanya... kadang-kadang aku takut."

"Takut kenapa?" tanyaku lembut.

"Takut kalau suatu hari nanti, salah satu dari kita akan menyerah. Takut kalau jarak ini akhirnya akan memisahkan kita," Putri mengungkapkan kekhawatirannya.

Aku menggenggam tangannya erat. "Put, dengarkan aku. Iya, hubungan jarak jauh ini sulit. Tapi lihat sejauh mana kita sudah bertahan. Satu tahun sudah berlalu, dan perasaan kita tidak berkurang sedikit pun. Justru, menurutku, hubungan kita semakin kuat."

Putri tersenyum kecil. "Kamu benar. Kita sudah melalui banyak hal bersama."

"Tepat," aku melanjutkan. "Dan kita akan terus belajar dan tumbuh bersama. Kita akan hadapi setiap tantangan yang datang, satu per satu."

Putri menyandarkan kepalanya di bahuku lagi. "Terima kasih, Andi. Aku merasa lebih baik sekarang."

Kami terdiam sejenak, menikmati keheningan malam dan kebersamaan kami. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di kepalaku.

"Hey, Put," aku memecah keheningan. "Bagaimana kalau kita buat semacam perjanjian?"

Putri mengangkat alisnya, penasaran. "Perjanjian apa?"

"Perjanjian untuk selalu jujur satu sama lain. Kalau ada yang mengganggu pikiran kita, atau kalau kita merasa lelah dengan situasi ini, kita harus mengatakannya. Tidak ada yang disembunyikan. Bagaimana?"

Putri tersenyum lebar. "Aku suka ide itu. Iya, ayo kita lakukan."

"Baiklah," aku mengulurkan tanganku. "Deal?"

Putri tertawa kecil dan menjabat tanganku. "Deal."

Malam itu, kami menghabiskan waktu dengan membuat rencana-rencana untuk masa depan. Kami membicarakan kemungkinan aku pindah ke Jerman setelah Putri menyelesaikan proyeknya, atau Putri yang kembali ke Indonesia. Kami juga membahas tentang karir kami masing-masing dan bagaimana kami bisa saling mendukung.

Keesokan harinya, saat aku harus kembali ke Indonesia, perpisahan terasa berat. Namun, ada perasaan optimis yang tumbuh di hati kami. Kami tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tapi kami siap menghadapinya bersama.

Bulan-bulan berlalu sejak kunjunganku ke Jerman. Kami terus menjalani rutinitas kami - video call rutin, pesan-pesan singkat di sela kesibukan, dan sesekali mengirim hadiah

1
sakura
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!