Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 16
Hampir lima belas menit Foster menunggu Mina di dalam mobil pinggir kampus gadis itu. Ia sudah menelpon Mina berkali-kali tapi tidak masuk-masuk. Sepertinya nomornya di blokir. Itu sebabnya ia menyuruh Iren memberitahu gadis itu kalau dirinya akan menjemputnya.
Hah! Kalau sampai gadis itu sengaja memblokir nomornya, lihat saja bagaimana dia menghukumnya. Tangan Foster terus mengetuk-ngetuk stir mobil dengan pandangan lurus ke depan, ke arah gerbang sekolah. Belum pernah sebelumnya ia menunggu seseorang seperti ini, tanpa kepastian.
Lalu kemudian ia melihat Mina keluar gerbang dengan beberapa temannya. Dua diantaranya adalah laki-laki. Foster mengamati dari jauh. Salah satu dari kedua laki-laki itu menatap Mina penuh minat. Rahang Foster mengeras, ia tidak suka. Lalu pria itu membunyikan klakson mobilnya beberapa kali dengan cukup kasar, hingga orang-orang di sana merasa terganggu. Termasuk sih adik ipar dan teman-temannya tentu saja.
Ketika dilihatnya Mina dan teman-temannya menatap aneh ke arah mobilnya, Foster menurunkan kaca mobil. Ketampanannya yang tak terkalahkan itu mendadak menjadi pusat perhatian banyak wanita di sekitar situ. Mereka berseru heboh begitu melihatnya, seperti melihat artis top saja.
Foster tidak mempedulikan mereka. Ia tentu hanya peduli pada Mina yang tampak kaget begitu mengetahui keberadaannya. Foster menatap tajam gadis itu dari dalam mobil. Ia lalu melihat Mina bicara sebentar dengan temannya sebelum berjalan mendekati mobilnya.
"Mina, kamu kenal pria di dalam mobil itu? Dia terus menatapmu dari tadi." ujar Dira. Paul juga penasaran ada hubungan apa Mina dengan laki-laki pemilik mobil sport tersebut. Mobil keluaran terbaru yang Paul tahu betul berapa harganya. Mobil yang tidak semua orang kaya pun bisa membelinya. Paul saja akan berpikir dua kali membeli mobil dengan harga fantastis begitu.
"Itu kakak iparku," gumam Mina dengan ekspresi tidak enak. Dia sangat malu, karena Foster tiba-tiba datang menjemputnya dan membuat kehebohan di depan gedung besar itu. Para cewek sangat heboh. Untungnya tidak terlalu banyak orang di depan gerbang kampus, kalo tidak Mina akan lebih malu lagi dari sekarang.
"Wahh ... Suami kakakmu sangat tampan, cocok jadi artis. Lihat mobilnya ... Aku nggak nyangka kakak kamu bisa menikah dengan laki-laki sekeren itu." Dira berseru kagum, sementara Mina hanya memaksakan seulas senyum. Paul? Entah apa yang pria itu pikirkan, Mina tidak terlalu peduli lagi. Ia lebih peduli pada laki-laki yang sengaja membuat kehebohan di depan sana.
"Kalo begitu aku duluan ya," pamit Mina kemudian ke Dira, Paul dan Dimas. Ia ingin kabur tapi posisinya sekarang nggak memungkinkan baginya untuk kabur. Akhirnya dengan langkah cepat sambil menutup muka dengan tas sampirnya, ia cepat-cepat berjalan mendekat dan masuk ke mobil mewah Foster yang terbuka dengan sendirinya begitu dia tiba di sana.
"Tutup kacanya kak," tanpa sadar gadis itu menyuruh kakak iparnya. Foster mendengus pelan, tapi tetap menurut. Tidak ada satupun orang bisa melihat mereka dari luar karena kaca mobilnya tidak akan tembus pandang. Jadi apapun yang mereka lakukan di dalam mobil itu, tak akan ada yang tahu karena memang tidak bisa lihat.
"Kak Foster, ayo jalan aja. Aku nggak enak sama pandangan orang-orang itu." suruh Mina lagi. Orang-orang di luar masih menatap mereka, padahal mereka jelas-jelas tidak bisa lihat apa-apa lagi karena kaca mobilnya sudah Foster tutup.
"Oh mulai berani memerintah-ku ya," balas Foster menatap Mina lekat.
Mina tersadar kalau ia sudah berani menyuruh-nyuruh laki-laki itu. Gadis itu menggigit bibirnya lirih.
S h i t ...
"Kalau kau terus melakukan itu, aku tidak jamin bibirmu akan aman dari seranganku." ucap Foster berusaha menahan diri. Mina yang awalnya tidak sadar cepat-cepat menutupi bibirnya dengan tangan. Ia sadar sekarang. Foster tersenyum miring.
"Mana ponselmu?" tanya pria itu kemudian. Tangan Mina yang bebas merogoh ponsel dari saku jaketnya. Ia melihat Foster mengutak-atik benda tersebut, entah apa yang pria itu lihat. Tapi begitu Mina tersadar, ia cepat-cepat ingin merampas lagi ponselnya dari tangan sih kakak ipar.
"Kak Foster, balikin ponsel aku!" serunya panik. Ia berusaha merebut ponselnya tapi tentu saja gagal. Dan Foster malah menariknya duduk dipangkuan pria itu.
Mina panik. Mereka sedang berada dalam mobil, bagaimana kalau ada yang lihat? Foster memundurkan jok agar Mina tidak terjepit stir. Wajah keduanya hanya berjarak beberapa senti, tapi Foster belum melakukan apa-apa. Hanya menatapnya intens. Kegugupan Mina makin menambah semangatnya untuk menggoda gadis itu.
Foster memang pria brengsek. Entah kenapa kalau bersama Mina yang ada dalam pikirannya hanyalah membuat gadis itu jatuh cinta padanya dengan tindakan yang cukup ekstrem. Ia ingin menaklukan Mina dengan cara yang berbeda. Karena berbuat sopan seolah menghormati seorang wanita yang ingin dikejar bukanlah tipe seorang Foster Zugara. Ia lebih suka dengan sesuatu yang lebih kurang ajar, tapi tentu kalau ada penolakan keras dari sih wanita, Foster tidak akan memaksa. Namun dalam kasus Mina, pria itu bisa merasakan penolakan sekaligus penerimaan. Mina tidak sanggup menolak rasa enak yang dia berikan ditubuh gadis itu. Dan Foster akan memanfaatkan itu untuk mendapatkan hatinya.
"Kenapa memblokir nomorku?" Foster menatap Mina tajam.
"A ... Aku nggak sengaja."
Foster tergelak.
"Jangan berani membohongiku nona kecil. Kau tahu aku adalah laki-laki berbahaya bukan?" nada bicara yang sarat akan ancaman tersebut kontan membuat Mina menelan salivanya.
"Katakan kenapa memblokir nomorku?"
Mina terdiam. Nggak tahu mau jawab apa. Ia memalingkan wajah ke arah lain. Foster menangkup dagu gadis itu, memaksa Mina menatapnya lalu wajahnya turun mengecup singkat bibir Mina.
"Manis," gumamnya.
"Mulai sekarang kau akan menggantikan kakakmu memuaskanku." tambahnya. Mina melotot.
"Tapi aku bukan istri kak Foster." bantahnya.
"Aku tidak peduli. Aku sangat senang bermain-main dengan gadis manis sepertimu. Mengajarimu bagaimana mendapatkan kenikmatan yang sesungguhnya." Foster mengetuk hidung Mina sambil mengedipkan sebelah mata menggodanya.
Mina berusaha turun dari pangkuan pria itu namun Foster menekan pinggangnya dengan kuat.
"Jangan gerak-gerak manis, kau bisa membuat milikku bangun karena gesekanmu."
Astaga, Mina tidak bisa berkata-kata lagi. Pria didepannya ini sangat pandai membuatnya terdiam. Mina bisa merasakan sesuatu dibawah sana mengeras. Milik siapa lagi kalau bukan milik pria itu.
"Kita sudah selingkuh dibelakang kak Iren." dengan berani Mina mengatakan itu.
"Memangnya kau bersedia selingkuh didepannya? Kalau aku bersedia, sangat bersedia." tantang Foster, Mina sontak melotot.
Pria gila. Bagaimana bisa kakaknya menikahi pria gila semacam ini?
"Kak Foster benar-benar pria brengsek," katanya memberanikan diri.
"Tapi kau suka dengan sentuhan pria brengsek ini bukan?" Foster bicara ditelinganya sembari memberikan tiupan kecil yang membuatnya berkedik merinding.