"Mimpi Anak Desa"
Anggara Al-fikri, pemuda berbakat dari desa kecil di Malang, mendapat kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya menjadi pemain profesional. setelah mencuri perhatian pelatih selama seleksi di Borussia Dormound II, Angga berkembang pesat dengan bantuan sistem misterius yang meningkatkan kemampuan fisik dan teknik yang diatas rata-rata. di tengah persaingan ketat dan berbagai tantangan, Angga memimpin timnya juara liga remaja jerman dan mencatak prestasi luar biasa, namun perjalanan Angga masih baru dimulai, karena ia kini harus membuktikan kemampuanya dipanggung yang lebih besar_liga profesioanal.
"mimpi anak desa" adalah kisah perjuangan seorang remaja Indonesia dalam meraih kejayaan didunia sepak bola internasional.
novel ini tidak menganut jadwal dan regulasi liga eropa secara menyeluruh, demi perkembangan jalan cerita, jadi mohon dimengerti bila ada jadwal melenceng jauh, seperti liga champion, piala AFF, dan kualifikasi piala dunia 😂🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria_Misterius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2.2
"Terima kasih, pak. Aku tidak tahu harus berkata apa, aku sangat menghargai pengorbanan kalian." kata Angga dengan suara yang bergetar, menahan haru.
"Anakku, ini semua demi masa depanmu. Semoga kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin." jawab pak Joko dengan penuh kasih sayang.
Bu Nina memeluk Angga, "jangan lupakan kami disini, kami selalu mendukungmu dari jauh, berusahalah sebaik mungkin dan selalu ingat rumah."
Sementara adik nya hanya memeluk Angga dengan sesenggukkan.
Angga mengangguk dengan mata berkaca-kaca. "aku akan bekerja keras, tidak akan mengecewakan kalian."
Hari keberangkatan semakin dekat, dan Angga, semakin sibuk dengan persiapan akhir. Steven dan pak Rudi datang ke rumah Angga untuk memastikan semua dokumen dan persiapan sudah lengkap.
"Selamat pagi, pak Joko, bu Nina," sapa Steven. "kami sudah siap dengan semua dokumen. Angga, pastikan kamu memeriksa semua barang bawaanmu sebelum berangkat."
"Terima kasih, Steven. Kami sudah menyiapkan semua yang diperlukan, dan terima kasih juga, pak Rudi, atas bantuan anda dengan dokumen dan penerjemahan." kata bu Nina
Angga merasa lega mendengar kata-kata dukungan dari semua orang di sekelilingnya. Dengan persiapan yang matang dan dukungan penuh dari keluarga serta teman-teman, ia merasa siap untuk menghadapi tantangan baru di Jerman.
Sebenar nya pak Joko sedikit merasakan perasaan yang mengganjal, karena beberapa hari yang lalu Steven menelfon pak Joko dan meminta uang untuk membelikan tiket ke Jerman, dengan alasan dia belum mendapatkan gaji dari pihak club.
Tetapi pak Joko tetap berpikir positif, mengingat ini adalah keputusan anak nya.
.....
Saat hari keberangkatan tiba, Angga berdiri di bandara bersama orang tua dan adik nya. Ia merasa campur aduk antara semangat dan kesedihan.
"Selamat tinggal, nak, jaga diri baik-baik selalu ingat pesan bapak dan ibu." kata bapak joko sambil memeluk Angga
"Selamat tinggal, buk, pak. Aku akan selalu mengingat pesan bapak dan ibu serta dukungan kalian. Terima kasih, telah selalu ada untukku." jawab Angga dengan penuh syukur.
Angga mengusap lembut rambut adik nya. "jangan nakal, dengarkan bapak ibu ya dek."
Bu Nina mengusap air mata di pipinya. "berhati-hatilah dan jangan lupa selalu berdo'a. Kami akan selalu mendukungmu dari sini."
Angga melambaikan tangan kepada orang tuanya saat ia melangkah menuju gerbang keberangkatan. Dengan tekad yang bulat dan dukungan yang kuat dari orang-orang tersayang, ia siap memulai perjalanan menuju ke Jerman, tempat dimana mimpi-mimpinya akan mulai menjadi kenyataan.
Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan selama 20 jam, Angga akhirnya tiba di bandara Dortmund. Waktu menunjukkan sudah sore hari saat pesawatnya mendarat, Angga merasa kagum dengan kemegahan bandara serta kota dortmund yang tampak menakjubkan di atas pesawat. Langit sore memberikan sentuhan yang misterius pada kota yang baru saja ia kenal.
Saat meraka keluar dari bandara, Steven terlihat antusias. " selamat datang di kota dortmund, Angga! Kota ini akan menjadi rumah barumu untuk beberapa waktu kedepan. Bagaiman kesan pertama kamu?"
Angga menatap sekeliling dengan mata berbinar. "ini sangat berbeda dari kotaku di Malang, aku belum pernah melihat kota sebesar ini, semua terlihat sangat modern dan bersih."
Mereka berdua naik taksi menuju markas Berussia Dortmund II. Selama perjalanan, steven terus menerangkan berbagai hal tentang kota dan klub sepak bola yang akan menjadi tujuan Angga.
....
Sampai ketemu di bab selanjutnya para warga hehehe...