Kecelakaan saat pulang dari rumah sakit membuatnya harus kehilangan suami dan anak yang baru saja di lahirkannya 3 hari yang lalu.
Tapi nasib baik masih berpihak padanya di tengah banyak cobaan yang di dapatkan Ayana.
Bertemu dengan seorang bayi yang juga korban kecelakaan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Mungkin keberuntungan sedang berpihak pada bu Mawar dan Mela. Mereka mendapatkan pembeli mobil yang mereka jual dengan cepat. Meski harganya tak sesuai yang mereka berikan karena si pembeli yang sempat mengancam batal kalau tak sesuai keinginannya.
Bu Mawar terus saja cemberut sepanjang perjalanan menuju lapas di mana suaminya berada. Malam ini mereka akan langsung membebaskan pak Dudi agar berita penangkapannya karena korupsi tak semakin menyebar.
Mereka juga membayar seorang pengacara yang murah saja hanya untuk mengeluarkan pak Dudi.
"Sudahlah, Bu. Yang penting dapat uang untuk membebaskan Ayah. Apa Ibu mau ayah lebih lama di sana trus temen-temen arisan Ibu tahu, trus mereka buli Ibu dan gak mau temenan lagi sama Ibu. Ibu juga di keluarkan dari geng sosialita dan hidup kita akan semakin susah kalau gak Ayah yang punya segala macam cara untuk menghasilkan uang."
Bu Mawar seketika bergidik ngeri membayangkan apa yang di katakan anaknya itu. Ia takut di cap sebagai istri koruptor, apa lagi sampai di jauhi geng sosialitanya dan mendapat panggilan miskin.
Dalam mimpi pun bu Mawar tidak akan pernah mau dan sanggup menjalani itu semua. Ia ingin menikmati segala kemewahan di hari tuanya bersama sang suami.
"Baiklah, nanti kita minta Ayahmu untuk memikirkan cara supaya bisa mendapatkan uang lebih banyak lagi. Nanti kita beli mobil yang lebih mahal dari yang sebelumnya, trus kita juga bisa foya-foya lagi," kata bu Mawar berusaha mengsugesti dirinya bahwa semuanya akan kembali lancar setelah sang suami bebas.
"Makanya Ibu jangan sedih-sedih lagi, sekarang kita biarkan dulu semuanya sebelum nanti kita kembali untuk mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milik kita," ujar Mela di angguki bu Mawar.
Setelah mereka tiba di lapas, di sana sudah ada pengacara mereka yang menunggu bersama dengan pengacara dari pihak penggugat. Pihak kepolisian memanggil perwakilan dari Andreas karena pengacara bu Mawar menawarkan perdamaian.
Mereka semua duduk di ruangan, ada dua orang pengacara, tiga orang Polisi, bu Mawar dan Mela serta pak Dudi sendiri.
"Bisa kita mulai?" Tanya pak Polisi sembari menatap semua yang ada di sana.
Setelah semuanya mengangguk, barulah pak Polisi mengatakan apa yang menjadi tujuan mereka.
"Jadi di sini saya ingin mengulangi lagi maksud dari kedatangan Bu Mawar serat Nona Mela dan Pengacara. Yang mana mereka akan melakukan pembayaran atas denda yang di ajukan pihak pelapor atas kasus korupsi yang menimpa Pak Dudi. Benar seperti itu?"
Pak Polisi menatap ke arah pak Dudi dan keluarga serta pengacaranya yang mengangguk.
"Pihak terlapor juga mengatakan akan membayar sejumlah uang sebagai jaminan untuk pembebasan terlapor. Apa Bapak dari pihak terlapor bersedia menerima semua yang menjadi tujuan pihak terlapor?"
Pak Polisi menatap Pengacara yang di utus perusahaan Andreas untuk mengatasi masalah ini.
"Baik, saya di sini sebagai perwakilan dari pihak penggugat akan menyampaikan apa yang di katakan oleh klien saya."
Pengacara itu tampak mengeluarkan sesuatu dari dalam tas kerjanya lalu mulai berbicara lagi.
"Di sini pihak penggugat mengatakan bahwa, jika mereka membayar denda yang sudah di korupsi sebelum sampai tahap persidangan. Maka mereka boleh membayar uang jaminan untuk saudara tergugat agar bebas, dengan nominal yang di tentukan oleh pihak penggugat. Karena di sini pihak penggugat sudah banyak mengalami kerugian bukan hanya uang tapi juga waktu dan tenaga serta pikiran. Jika tergugat bersedia dan sanggup membayar uang jaminan, maka saudara tergugat akan di bebaskan tanpa syarat. Namun jika tidak maka persidangan akan tetap di lanjutkan sesuai jadwal. Bagaimana? Apa kah pihak tergugat sanggup membayar uang jaminan itu?"
Pak Dudi serta anak istri dan pengacaranya saling pandang. Mereka tak menyangka kalau semuanya akan semudah ini.
"Ya, kami sanggup membayar semuanya termasuk juga uang jaminan pembebasan itu," kata Pengacara pak Dudi.
"Baiklah, apa ada lagi yang ingin di sampaikan klien Bapak?" Tanya pak Polisi pada pengacara perusahaan Andreas.
"Oh tentu saja Pak Polisi. Klien saya meminta uang jaminan atas kebebasan tergugat senilai 1 triliun. Di tambah dengan uang denda 1 milyar yang di korupsi," kata Pengacara Andreas dengan enteng dan tenangnya.
Sedangkan pihak keluarga pak Dudi dan pengacaranya melongo tak percaya mendengar uang jaminannya.
"Apa? Yang benar saja dong, Pak? Anda mau memeras kami, ya? Atau Anda juga mau korupsi uang sebanyak itu?" Marah pak Dudi tak terima mendengar besarnya uang jaminan yang di minta.
Sedangkan bu Mawar dan Mela pucat pasi karena uang yang mereka dapatkan tak sebanyak itu. Uang hasil penjualan dua mobil milik Meli tak sampai 2 milyar karena satu mobil yang harusnya berharga 1,5 milyar lebih malah di bayar hanya 1,1 milyar saja.
Dan satu mobil lainnya terjual dengan harga yang tak lebih dari 500 juta saja. Di tambah dengan uang yang tersisa di kartu mereka, bahkan jumlah semuanya tidak sampai 2 milyar.
"Ini silahkan di baca kalau tidak percaya," kata Pengacara Andreas sembari menyodorkan kertas yang sejak tadi di pegangnya.
Selembaran yang merupakan syarat dari Andreas yang berisi tentang uang jaminan pembebasan atas pak Dudi. Polisi yang mengambil kertas itu lalu membacanya.
"Surat ini sah dan memang menerangkan tentang apa yang di sampaikan Beliau ini barusan," ujar pak Polisi sembari menunjuk Pengacara Andreas.
Semakin kelimpungan lah mereka yang merasa sangat di rugikan dalam hal ini.
"Tapi kenapa uang jaminannya sebesar itu, Pak? Apa tidak ada kelonggaran bagi klien saya? Itu sangat memberatkan," kata Pengacara pak Dudi.
"Maaf, tapi ini sudah keputusan dari klien saya. Dan ini tidak bisa di ganggu gugat lagi, karena beliau sendiri yang menandatangani surat itu."
Dengan santainya Pengacara Andreas berkata demikian.
"Tapi ini sangat memberatkan bagi kami. Aku akan menelpon Kak Andreas untuk menanyakan kebenarannya," kata Mela lalu mencoba menghubungi Andreas.
Namun yang di dapatnya hanya suara operator yang mengatakan kalau nomor tujuannya tak bisa di hubungi. Semakin gelisah saja keluarga itu, jika tidak segera mengeluarkan pak Dudi dalam waktu 2 hari sebelum sidang di mulai.
Maka besar kemungkinan akan sulit untuk membebaskan pria itu dengan jaminan lagi.
Sedangkan uang jaminan yang di minta Andreas itu bukan tak beralasan. Pria itu melakukan hal demikian untuk mendapatkan kembali milik keluarganya yang ternyata selama ini di ambil diam-diam dari kediaman yang pernah di tempatinya bersama Meli.
Andreas mengetahui hal itu saat ia mulai mencurigai gelagat aneh Meli yang seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Juga beberapa pajangan yang tidak lagi terlihat.
Walau awalnya Andreas acuh akan ketidak adaannya pajangan itu. Lama-lama ia curiga juga karena sempat di pertanyakan oleh bu Nina yang memang sangat detail mengingat barang-barang miliknya.
Dan dari hasil memeriksa cctv di rumah itu, Andreas mendapati fakta bahwa sang mertua ternyata bertangan panjang. Pajangan yang di ambil sudah pasti memiliki harga yang tidak murah.
Dari pajangan yang di lantai bawah sampai lantai atas. Semuanya berpindah entah kemana, dan setelah di telusuri lebih jauh lagi. Ternyata barang-barang itu sudah ganti menjadi koleksi tas dan sepatu serta perhiasan mahal.