Aku takkan pernah mengantarmu
pamit pada bait-bait puisi terakhirku ~
Hanya saja bila di batas kejenuhan
ini datang kembali,....
Tolong carikan aku secarik lirik
yang bisa membuatku bertahan
dengan keresahanmu ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miphz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#6 Kembalinya Rasa
Malam ini berasa sunyi karena tak nampak bintang seperti biasanya, Vino yang sembari tadi mengerjakan pekerjaannya sudah biasa berteman dengan sunyi dan dinginnya malam.
Sesekali pandangan Vino tertuju pada celah korden, dilihatnya berulang sampai dia melihat ketenangan yang ada di sana, lalu beranjak mengikuti perasaan dirinya yang mana sebenarnya dia sudah lelah mengerjakan tugasnya yang belum kelar kelar.
Vino membuka pintu jendela dengan lebar, hembusan angin malam yang menusuk tulang rusuknya, terasa menyegarkan bagi dirinya yang dari berjam jam duduk didepan komputer.
Kini Vino sedang menikmati hembusan angin sambil mendengarkan musik yang dia putar, segelintir angan terbayang didepan mata ketika dimana yang dulu dia mengejar Rani, sungguh hal yang tidak bisa dilupakan.
Yang dulu pernah benci, sekarang malah mencintai dengan sangat amat tak terduga.
Ya, dulu Vino seorang pemain basket di kampusnya, yang mana dia sangat membenci Rani karena Vino menganggap Rani terlalu akrab dan ramah ke semua laki laki, namun hal itu yang disesali Vino, bahwasanya Rani memang mempunyai sifat yang baik dan Ramah.
Dulu Vino orang yang paling cuek, dia paling tidak suka terhadap orang yang terlalu ramah, dia menggapai hal itu adalah hal yang paling risih.
Saat angan itu kembali dia hanya tersenyum sendiri sambil tak menyangka ternyata rasa cinta yang ada pada dirinya malah semakin tumbuh terhadap Rani.
Namun saat itu Rani juga tak menggubris Vino, karena Rani rasa dia tidak nyaman sama sikap Vino yang egois dan cuek.
Ketika bertemu di kampus mereka tak pernah saling pandang, bahkan Rani selalu bersikap pura pura tak melihatnya, dan berpaling menyapa teman teman lainnya.
Bunyi perut keroncongan membuyarkan angan Vino dimasa itu, lalu Vino beranjak dari balik jendela sembari melangkah ke dapur, malam itu menunjukkan jam satu malam, dan kebiasaan Vino makan di tengah malam disela sela dia mengerjakan pekerjaannya.
Dilihatnya masih ada nasi dan sayur serta lauk, Ibu Anis sudah hafal bagaimana anak sulungnya ini yang kalau malam selalu menyusuri dapur guna mencari lauk dan sayur.
Tiap Vino di rumah, Bu Anis selalu menyisihkan makanan buat Vino, meski begitu Vino kadang masih harus mencari cari sebab ruang di dapur terlalu banyak menurut Vino, harus menyusuri dan membuka satu persatu.
Ketika sudah menyangga nasi lengkap dengan lauk pauknya Vino bergegas ke kamar untuk makan sambil kembali bekerja.
Jam tiga akhirnya Vino menyelesaikan pekerjaannya, belum juga dimatikan komputernya Vino terlalu lelah, hingga badan yang baru beberapa menit nempel di kasur pun akhirnya terlelap.
Pagi yang cerah membuat Zahra bersemangat pergi ke sekolah, namun sebelum berangkat Ibu Anis berpesan dalam kertas memo yang bertuliskan
"Minta uang saku kak Vino, Ibu lagi gak ada duit.”
Setelah membacanya sempat Zahra berpikir "ibunya yang tiap hari kerja namun apapun yang menyangkut diriku harus minta sama kak Vino,"
Sebelum menuju ke kamar Kakaknya, Zahra mengecek tas yang kemarin masih ada sisa uang jajan, dia kembali menghitung uang itu, dirasa uangnya cukup untuk jajan, dia tak perlu susah susah membangunkan kakaknya itu, karena Zahra paling malas kalo harus membangunkan kakak sulungnya itu, Vino termasuk orang yang susah dibangunkan, apalagi di jam malam begitu diisi dengan begadang karena bekerja.
Vino lebih suka dengan suasana malam dan sunyi, sebab bisa konsentrasi mengerjakan pekerjaannya itu, sehingga pagi Vino menghabiskan waktunya dengan tidur.
Saat Zahra berangkat sekolah ditemui Nana yang sudah menunggu didepan gerbang rumah Zahra.
Nana yang selalu melewati depan rumah Zahra selalu berniat untuk menunggunya, sebab lebih seru berangkat bersama katanya.
Sedangkan Vino yang bangun dengan gelagapan mencari ponselnya, dia sudah janji mau mengantar Rani kerja.
Vino mencoba menghubungi Rani, namun Rani yang saat itu sedang mandi tidak mendengar dering ponselnya, dengan tidak ada jawaban dari Rani, Vino bergegas cuci muka dan langsung menyalakan motor.
Pak Hadi yang heran menatap lari kecilnya Vino hanya geleng geleng tanpa menyapa ataupun bertanya, Pak Hadi kembali menyeruput teh panas sembari makan singkong kesukaannya.Kala itu Vino melewati Pak Hadi yang masih bersikap santai.
“Saya mau antar Rani kerja pak, dan saya mendapati memo dari ibu, Zahra mana pak?Tanyanya dengan maksud mau kasih uang saku.
“Sudah berangkat sama Nana.” jawab Pak Hadi
“Kalo Zahra sudah berangkat tanpa membangunkan mu berarti dia masih ada uang saku."
Terang Pak Hadi.
Dengan begitu Vino bergegas menuju ke rumah Rani, Pak Hadi yang menatap punggung Vino serasa merasakan apa yang dialami Vino, Pak Hadi yang sudah tua tidak lagi bekerja hanya mengandalkan hewan peternakan yang diurus orang kepercayaannya Pak Hadi.
Sedangkan Ibu Vino yang masih muda belum merasa cukup dengan apa yang diberikan Pak Hadi, dia tetap kekeh bekerja daripada hanya duduk di rumah, dan kalo untuk mengurusi peternakan ayamnya bersama Pak Hadi, Ibu Anis merasa tak sanggup dengan baunya.
Pak Hadi umur Lima puluh tahun, berhubung pernah kecelakaan dan mengalami geser tulang belakang sampai detik ini tidak lagi bekerja sebagai karyawan pabrik, tenaganya sudah tak sanggup lagi, sedangkan Ibu Anis yang berumur Tiga puluh delapan masih suka mengikuti fashion kaum anak muda.
Hal ini yang membuatnya merasa tak cukup duit untuk tiap harinya, sebab apapun yang dimiliki Zahra, ibu Anis merasa ingin memiliki juga, tak jarang pakaian dan barang lainnya mereka selalu samaan.
Ibu Anis lebih suka meminta duit kepada Vino untuk keperluan dapur serta uang saku untuk Zahra, sedangkan duit Bu Anis sebagian buat keperluan Bu Anis sendiri, Pak Hadi tidak pernah melarang bahkan marah terhadapnya, menyadari memang jiwa istrinya masih muda.
Bruuuukkkk…,,,,,,,,,,,,,,!!!!!!
Motor Pak Slamet yang dikendarai Vino menabrak gerobak bakso, namun saat itu gerobak masih kosong, Vino bingung mencari keberadaan sang pemilik gerobak.
Setelah beberapa menit terlihat Andi mendekati Vino.
“Maaf mas, gerobak bapak saya kenapa ini?" Tanya Andi.
Antara lega bertemu dengan pemilik gerobak dan gelisah takut Rani keburu berangkat.
Rani tidak akan pernah marah terhadap Vino, dia lebih pintar menghibur kecewanya daripada harus marah, namun tidak dipungkiri Rani tetap saja sakit hati selalu dibikin kecewa berkali kali.
“Maaf mas, saya tidak sengaja menabrak gerobaknya, biasanya tidak pernah ada gerobak di sini,"
Jawab Vino dengan rasa tak nyaman.
Lalu Vino mengeluarkan duit Lima ratus ribu buat Andi, dia berpesan kepada Andi untuk diamanahkan kepada ayahnya, namun Andi menolak karena itu kebanyakan, sedangkan gerobak tidak ada yang rusak.
Tapi Vino tak menanggapi apa yang dibicarakan Andi, dia bergegas melajukan motornya.
Sesampainya didepan gerbang rumah Rani, Rani sudah menyalakan motornya bersiap untuk berangkat kerja.
Lalu Vino masuk memarkirkan motor Pak Slamet, lalu beranjak naik ke motor Rani, Rani yang mendapati Vino duduk di belakangnya hanya tersenyum, sambil menengoknya dan menarik tangan Vino untuk bersalaman lalu mencium punggung tangan Vino.
“Mas,kamu mau jadi penumpang?,
Tanya Rani sambil meledek.
“Enggak dong, saya mau jadi sopirnya ayang," Tutur Vino sambil menggoda
“Kamu enggak masuk temui ibu dan bapak dulu mas?"
Tanya Rani
”Engak,nanti saja habis ngantar kamu aku pulang ke sini, soalnya pekerjaanku santai."
Jawab Vino menjelaskan.
“Baiklah,kita berangkat!"
Sahut Rani.
Sesampainya didepan gerbang Andi yang menunggu Rani pun dibuat kaget dengan kehadiran Vino, bahkan kaget melihat Rani yang memeluk Vino dari belakang Jogja motornya.
“Andi,,????”
Seru Rani serasa penasaran kenapa Vino berhenti.
“Ayo kita bareng berangkat, ini Vino An, dia calon Suamiku.”
Sambungnya Rani lagi memperkenalkan Vino kepada Andi.
Andi yang mematung lalu menyodorkan tangan untuk bersalaman sama Vino, mereka saling berkenalan dan berangkat bersama.
Di perjalankan Andi merasa sedikit kecewa dan pikirannya mengeja setiap kata yang keluar dari mulut Rani tadi.
Karena selama ini Andi tidak tau kalo Rani sudah memiliki pacar apalagi calon suami, Andi sempat berpikir Rani dipaksa menikah, namun ditepisnya lagi pikiran itu dikepala Andi.
Satu jam kemudian mereka sampai di restoran tempat kerja Rani dan Andi.
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Mampir juga di novel ku ya kak/Rose/
selisih 12 tahun, yayaya
kalau selisih 16 tahun cocok ga ya?🤔🤔🤔
😆😆😆😂😂😂😂