Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Spekulasi
Setelah berpisah dengan Chika, Astin berjalan bersama Irman, dia tidak tahu harus mengatakan apa dan harus pergi ke mana, hanya mengikuti pria di sampingnya sampai akhirnya sang pria menghentikan langkahnya dan Astin pun ikut menghentikan langkah.
"Dari tadi kau hanya diam saja, Apakah kau merasa canggung denganku?" Tanya Irman membuat Astin mengangkat sebelah alisnya.
Bukan begitu, dia hanya tidak suka dekat dengan pria lain selain suaminya.
Lagi pula dia sama sekali tidak mengenal pria di hadapannya ini, jadi apa yang hendak dibicarakan?
Dan kemudian Bagaimana kalau dia berbicara dan malah dianggap berusaha mencari kesempatan?
"Tidak apa-apa, aku hanya sedang memikirkan sesuatu," kata Astin sambil membuang muka, berusaha mencari sesuatu yang lain untuk diperhatikan.
Irman merasa luar biasa, Ini pertama kalinya dia bertemu dengan perempuan yang benar-benar tidak memandangnya.
Hal ini semakin membuatnya merasa tertantang dan semakin penasaran akan perempuan yang bersama-sama dengannya.
"Aku hendak mengembalikan ini," ucap Irman sambil menarik sebuah sapu tangan dari saku jasnya, itu adalah sapu tangan yang terakhir kali diberikan Astin pada Irman.
Astin melirik sapu tangan itu, lalu mengambilnya dari tangan Irman, "sekali lagi terima kasih atas apa yang terjadi hari itu. Aku tidak tahu bagaimana kejadiannya seandainya kau tidak menangkapku," ucap Astin.
"Hm,, kau sudah bertanggung jawab karena memberiku sapu tangan dan menyiapkan pakaian ganti untukku. Tapi tidak mungkin pakaian ganti itu bisa ada begitu saja di mobilmu, pasti kau menyiapkannya untuk seseorang kan?" Tanya Irman sambil mengepal kuat tangannya, dia merasa tidak siap untuk mendengar jawaban dari Astin.
Bagaimana kalau perempuan ini sebenarnya sudah memiliki suami?
Tetapi Astin yang mendengar ucapan Irman, dia hanya tersenyum lalu melangkahkan kakinya, "tidak perlu memikirkan itu," ucap Astin sambil memperhatikan satu persatu benda yang dipajang di sana.
Mereka berjalan-jalan bersama dengan Irman, berusaha mengajak Astin berbicara, namun tetap saja selalu berakhir dengan sikap acuh dari Astin.
Saat mereka tiba di sebuah meja yang memanjang salah satu tas yang berasal dari merk Dior, Astin menghentikan langkahnya, memperhatikan Lady Dior berwarna putih yang dipajang di sana.
Sangat menarik perhatiannya.
"Apa kau menginginkan tas ini?" Tanya Irman memperhatikan perempuan di sampingnya yang tampak terpukau dengan tas di atas meja.
Mendengar pertanyaan Irman, Astin pun tersadar dan memperbaiki raut wajahnya, "tidak," jawab Astin mengalihkan pandangannya.
Ketika dia mengalihkan pandangannya, dilihatnya seorang perempuan berjalan ke arah mereka, perempuan berpakaian hitam dengan taburan manik-manik putih di atas permukaannya terlihat sangat cantik.
Dengan rambut setengah dikuncir dan riasan yang segar membuat perempuan itu tampak mengambil alih perhatian.
"Astin, Chika mencarimu di sana, katanya biar aku yang lanjut menemani Irman melihat-lihat," kata Naira.
Astin mengangguk, "baiklah," kata Astin langsung melangkah untuk meninggalkan kedua orang itu ketika tiba-tiba saja dia tersandung oleh gaunnya sendiri karena diinjak seseorang.
Astin pun langsung terjatuh ke depan, namun dia dengan cepat meraih gaun milik Naira untuk berpegangan.
Hal itu membuat Astin bisa berdiri dengan tenang, tetapi Naira yang tidak menduga Astin akan berpegangan padanya pun kehilangan keseimbangannya. Apalagi saat itu dia menggunakan high heels setinggi 12 cm dan dengan sengaja menginjak gaun Astin, jadi dia terjatuh ke belakang mengenai sebuah meja yang ditempati menyusun minuman.
Brak!
Buk!
Naira terjatuh di lantai dan diguyur minuman serta dijatuhi gelas-gelas yang disusun bertingkat di atas meja.
Seketika seluruh pakaian Naira bahkan wajah dan kepalanya pun menjadi basah.
Kekacauan tersebut langsung menarik perhatian orang-orang dan Naira yang telah bermandikan minuman tersebut pun menggertakkan giginya melihat kekacauan yang ada padanya.
"Kau!!" Dengan nafas tersengal, Naira berdiri "dia yang mendorong ku!" Tegas Naira menunjuk Astin.
"Astaga, Apa yang terjadi?" Chika berjalan menghampiri kekacauan itu setelah melihat apa yang terjadi pada Naira.
Dia buru-buru mengambil sapu tangan dari tasnya dan memberikannya pada Naira.
Dengan menggertakkan Gigi, Naira mengambil sapu tangan tersebut dan menyeka minuman yang lengket pada wajahnya.
Setelah selesai, Naira meramas sapu tangan di tangannya dan menatap Astin yang masih berdiri dengan tenang, Naira hendak berbicara ketika Chika lebih dahulu berkata, "kau mendorongnya?"
Pertanyaan tersebut menarik perhatian semua orang, mereka semua menatap ke arah Astin untuk mendapatkan jawaban.
"Apa ada yang melihat ku mendorongnya?" Tanya Astin mengelilingkan pandangannya menatap semua orang.
Orang-orang berpandangan satu sama lain, tidak ada yang melihatnya, sebab saat itu semua orang sedang fokus ke tempat lain, Jadi tidak ada yang melihat Bagaimana kejadian tersebut terjadi sebelum terdengar suara yang besar.
"Ada apa ini?" Pemilik acara hari itu pun muncul.
"Tante," Naira menatap Berlin, "dia mendorong ku sampai terjatuh ke sini, lihat keadaanku sekarang! Gaun ini,, gaun ini harganya mahal dan banyak kenangan, aku,,," Naira tampak tidak bisa melanjutkan kata-katanya, dia benar-benar kesal atas apa yang terjadi.
Berlin mengalihkan pandangannya menatap Astin, "apa benar itu? Kau mendorongnya? Kau,, kau datang kemari mewakili sandriana,, Bagaimana bisa kau membuat kekacauan,," Berlin tidak melanjutkan ucapannya, ia memijat keningnya dengan rasa tak berdayanya.
Chika yang ada di sana pun mendesak Astin berbicara, katanya, "katakan saja Yang sejujurnya dan cepat minta maaf pada Naira dan tante Berlin, mereka pasti akan memaafkan mu jika mengakui perbuatanmu sekarang juga."
"Memangnya apa yang sudah kulakukan? Seseorang sengaja menginjak gaun ku sampai aku hampir terjatuh, dan sekarang aku harus minta maaf pada orang yang menginjak gaunku?" Tanya Astin kembali membuat situasi menjadi heboh.
"Siapa yang kau tuduh menginjak gaunmu?!" Bentak Naira sambil melototkan matanya menatap Astin.
Tidak ada orang yang melihat bagaimana dia menginjak gaun Astin, jadi tidak ada alasan baginya untuk mengakui hal tersebut.
"Aku rasa Kau jauh lebih mengetahui faktanya," ucap Astin membuat Naira sangat geram.
Meskipun benar dia yang menginjak gaun Astin, Tapi saat ini, dialah yang menjadi pihak yang paling dirugikan, Jadi untuk apa dia harus mengalah? Saat Naira hendak berbicara untuk semakin memojokkan perempuan di hadapannya, ketika itu juga dia menghentikan ucapannya saat Irman yang sedari tadi terdiam kini mengangkat suara.
"Aku melihatnya, kau jelas-jelas menginjak gaunnya," ucap Irman membuat mata Naira melotot sempurna menatap Irman.
Sebelumnya dia yakin Irman tidak akan mencampuri urusan mereka, karena pria itu memang terkenal tidak mau ikut terlibat dalam masalah siapapun.
Bahkan jika mengetahui kebenarannya, biasanya Irman hanya akan mengabaikannya dan membiarkan orang-orang itu menyelesaikan urusan mereka sendiri.
Tetapi sekarang, Kenapa pria ini tiba-tiba,,, ikut campur?!
"Astaga, Irman baru saja berbicara?"
"Kalau Irman yang menfatakannya, maka aku pasti percaya!"
"Gila sekali, dia menginjak gaun orang lain dan kemudian menuduh orang itu mendorongnya sampai terjatuh. Bukankah dia salah satu teman Chika?"
"Kenapa Chika mau berteman dengannya? Bahkan tadi Chika sempat membelanya?"
"Gila, Aku tidak mengerti kenapa perempuan seperti dia diijinkan masuk ke acara seperti ini. Sangat mengganggu sekali."
"Etitutnya benar-benar buruk, sama sekali tidak cocok untuk berada di tempat seperti ini."
Orang-orang mulai berbincang membuat Nayla semakin malu setiap kali ada orang yang mengangkat suara.
Chika pun menggigit Bibir bawahnya, dia tidak menyangka namanya akan dibawa-bawa dan terutama Naira memang tidak diundang datang ke tempat itu, namun dialah yang mengajaknya datang.
Chika menatap Berlin, Bagaimana kalau tante Berlin marah atas apa yang dia lakukan?
Benar saja, wajah Berlin saat itu tampak dipenuhi rasa kesal, dia dengan cepat menatap Naira, "aku ingat aku tidak pernah mengundangmu kemari, Siapa yang membawamu ke sini dan mengizinkanmu masuk?!" Tanya Berlin kembali mengejutkan semua orang yang ada di sana.
"Jadi dia tidak diundang kemari tapi datang sendiri?"
"Benar-benar gila, dia benar-benar memalukan!"
"Astaga astaga, jadi dia tidak diundang ya..."
Orang-orang mulai berbicara, membuat wajah Naira seketika berubah menjadi pucat dan tangannya meramas gaunnya yang telah basah.
Belum pernah dalam hidupnya selama 24 tahun dia diperlakukan seperti ini.
Sangat memalukan!
Jadi Naira pun langsung berbalik, ia melangkahkan kakinya pergi dari sana dengan perasaan gusarnya, benar-benar merasa malu sampai-sampai tidak berani lagi untuk menatap satupun orang yang ada di sana.
Melihat Naira telah pergi, Berlin memijat keningnya dan mengangkat tangannya memberi kode pada asistennya yang mengikuti di belakang agar segera membereskan kekacauan itu.
Chika yang melihat itu menggigit Bibir bawahnya, dia pun hendak berbicara dengan Berlin ketika Berlin telah pergi dari sana.
Astin tersenyum melihat Chika yang tampak serba Salah atas apa yang telah dilakukannya.
Namun begitu, Astin tidak mengatakan apapun dan hanya berbalik menatap Irman, "Terima kasih banyak telah membantuku menyelesaikan kesalahpahaman ini," ucap Astin.
"Jangan khawatir, aku sudah seharusnya membantumu," kata Irman sambil mengukir sebuah senyuman di wajahnya membuat semua orang terkejut.
Dengan adanya situasi seperti itu, maka dengan cepat orang-orang di tempat itu mulai menggosipkan tentang hubungan Irman dan Astin. Mereka semua setuju tentang spekulasi bahwa kedua orang itu memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman, dan rumor Irman berkencan dengan Astin pun langsung tersebar di mana-mana, menjadi sebuah topik yang sangat panas.
kalo lihat jangan pingsan ya rik🤣🤣🤣