Di tolak tunangan, dengan alasan tidak layak. Amelia kembali untuk balas dendam setelah delapan tahun menghilang. Kali ini, dia akan buat si tunangan yang sudah menolaknya sengsara. Mungkin juga akan mempermainkan hatinya karena sudah menyakiti hati dia dulu. Karena Amelia pernah berharap, tapi malah dikecewakan. Kali ini, gantian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*35
"Anda gila, tuan muda!"
"Memang."
"Lalu kenapa?"
Deg. Meli sungguh tidak tahu lagi harus berkata apa. Yang di hujat malah pasrah. Menerima semua yang dia katakan dengan senang hati. Bahkan, terlihat sangat menikmati apapun yang sudah dia ucapkan.
"Lepaskan!"
"Tidak akan."
"Lepas!"
"Tidak."
Perdebatan itu terus terjadi selama beberapa saat. Posisi Meli yang masih berusaha lepas dari pelukan Ricky, sedangkan Ricky yang terus mempertahankan tubuh sang pujaan hati. Bukan Melia tidak ingin melawan. Tapi Ricky yang sangat kuat mempertahankan pelukannya. Sedikit sakit akibat pemberontakan yang Meli timbulkan bahkan tidak menggoyahkan pertahanan Ricky. Pelukannya tetap erat bahkan tidak longgar walau hanya sedikitpun.
Citra yang melihat hal tersebut tidak tahu lagi harus berbuat apa. Air mata yang jatuh tak terhitung. Hati yang hancur, semakin hancur. Perasaan yang rusak, tidak lagi tersisa. Semua kacau berantakan.
"Cukup!"
"Kak Iky, aku tunangan mu. Kenapa kamu malah bermesraan dengan wanita lain di depan ku? Apa kamu benar-benar tidak pernah menganggap aku ada?"
Sayangnya, kata-kata itu masih tidak menggoyahkan hati Ricky untuk melepaskan pelukannya. Dia malah menganggap tidak mendengar sedikitpun apa yang Citra ucapkan.
Hal itu membuat Citra tidak lagi bisa menahan diri. Dia tarik tangan Meli yang membuat hati Ricky terusik.
"Lepaskan!"
"Kau adalah kakak ku. Kenapa merebut tunangan ku dari aku ha?"
Sigap tangan Ricky mencengkram tangan Citra.
"Jangan sentuh wanitaku!"
Dengan tatapan mata yang sangat tajam, Ricky menatap Citra. Setelahnya, tubuh itu sedikit dia dorong hingga si pemilik tubuh yang lemah langsung terjatuh.
"Ah!"
"Sakit."
"Kenapa kamu melakukan hal ini padaku, kak? Aku adalah tunangan mu. Kenapa kamu tega mendorong ku?" Dengan tangisan yang tidak kunjung mereda, Citra menatap perih pada Ricky.
"Aku hanya menjadikan mu pengganti selama beberapa saat. Karena sebenarnya, tunangan ku tidak pernah tergantikan oleh siapapun. Dia tetaplah Amelia sejak awal hingga akhir."
Deg. Luar biasa terkejutnya Citra. Matanya membulat sempurna. Sungguh, dia sangat amat tak percaya dengan apa yang baru saja kupingnya dengar. Ricky hanya menjadikan dirinya pengganti?
Sementara itu, ekspresi Meli juga tidak bisa dia sembunyikan. Dia juga kaget dengan apa yang baru saja kupingnya dengar. Namun, hati Meli tidak akan menerima dengan mudah apa yang baru saja dia dengar. Baginya, Ricky tetaplah musuh yang sudah menyakiti hatinya, menghancurkan harapannya, dan, mengecewakan dirinya yang pernah sangat berharap.
"Anda benar-benar gila, tuan muda?"
"Ada yang salah dengan otak anda sekarang ternyata. Ya Tuhan .... "
Belum sempat Ricky menjawab apa yangeli katakan. Citra yang terjatuh malah sudah bangun. Dia seka air mata yang jatuh di pipinya. Tatapan lekat dia lontarkan pada Ricky.
"Apa maksudnya aku hanya pengganti? Sebelumnya, kamu menukar aku dengan dia. Apakah kamu lupa kalau kamu sendiri yang mau menukar calon istrimu, kak Iky?"
"Ya. Aku tidak lupa. Aku menukar kamu dengan dia karena aku ingin menyelamatkan hidupnya. Melindungi orang yang aku cinta agar baik-baik saja. Aku pikir, aku bisa melakukan perlindungan dengan cara itu. Sayangnya, aku malah kehilangan dia selama delapan tahun."
"Sekarang, dia telah kembali. Jadi, aku tidak perlu lagi mempertahankan dirimu di sisi ku. Sudah saatnya meluruskan permasalahan. Melepaskan dirimu yang hanya seorang pengganti. Lalu, menempatkan yang asli di tempat seharusnya."
Kali ini, Citra tertawa lepas. Tawa perih yang langsung lepas karena baru sadar akan sebuah kenyataan. Tawa pahit karena dirinya yang telah dijadikan bahan lelucon oleh orang yang sangat dia sukai.
"Ha ha ha."
"Jadi, inilah alasan kamu yang tidak kunjung menikahi aku padahal sudah delapan tahun berlalu, kak Iky?"
"Ya."
"Ha ha. Gila! Ini beneran gila."
"Kau manfaatkan aku hanya untuk melindungi dia? Dia tidak cocok untuk kamu, kak! Sadarlah!"
"Kau yang harusnya sadar! Dirimu hanya pengganti untuk melindungi orang yang aku cintai. Atas dasar apa kau bilang cocok atau tidak."
"Kak Ricky!"
"Kenapa?"
"Kenapa kau permainkan aku!"
Melengking suara Citra berteriak dengan nada tinggi. Hatinya yang hancur membuatnya terlihat sangat frustasi. Sungguh, rasanya, dia sangat ingin menghancurkan semua yang ada di dekatnya sekarang.
"Cukup!"
"Fendi. Panggil pengawal untuk mengurungnya."
"Tidak! Kamu tidak bisa melakukan hal itu padaku!"
Sayangnya, perintah Ricky lah yang lebih didengarkan. Dua pengawal datang untuk membawa Citra. Melia hanya diam saja. Dia terlalu malas untuk ikut campur dengan urusan adik tidak sahnya itu. Sedangkan si papa, di bawa masuk kamar atas perintah Melia.
Suasana menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Saat para pelayan dibubarkan, suasana benar-benar semakin hening. Karena di ruangan itu hanya ada Meli dan Ricky.
"Nah, sekarang tinggal giliran anda yang pergi dari rumah ku, tuan muda."
"Pergilah! Saatnya aku istirahat," ucap Meli dengan santai.
"Baiklah. Kalau begitu, aku pilih kamar itu untuk istirahat," ucap Ricky santai tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
Telunjuknya yang mengarah ke arah kamar Meli, plus wajah santai seolah tanpa beban. Meli ingin sekali rasanya menjatuhkan pukulan atau bahkan tendangan sekalian ke wajah itu. Tuan muda yang mungkin sudah salah minum obat sebelumnya memang harus di beri pelajaran. Namun, tidak ada satupun hal baik yang terlintas dalam benak Meli. Jika ingin benar-benar memukul Ricky. Itu bukanlah pilihan yang tepat. Salah-salah, Meli yang akan jatuh ke dalam pelukan Ricky lagi nantinya.
"Tuan muda. Ada yang salah dengan kuping anda. Uh, saya pikir cuma otak anda yang salah. Tapi ternyata, kuping anda juga."
"Saya tidak menerima. tamu malam ini. Silahkan anda pulang. Bukan menetap," ucap Meli dengan wajah yang dibuat nyengir kuda sedikit untuk menahan rasa kesal.
"Lho, tapi saya ingin nginap. Ini sudah malam. Tidak nyaman untuk pulang, bukan?"
"Terserah anda kalau gitu."
Pada akhirnya, karena terlalu malas, Meli memilih menyerah. Mengabaikan Ricky adalah pilihan terbaik. Setelah berucap, Meli langsung memutar tubuh untuk meninggalkan Ricky. Sayang, usaha itu tidaklah berjalan dengan lancar. Meli malah ditarik ke dalam pelukan Ricky kembali.
"Kamu!"
Meli yang kaget kembali ingin berontak. Tapi, kembali lagi, kekuatan Ricky masih sangat besar. Bukan tandingan Meli untuk melawan secara tiba-tiba.
"Apakah semudah itu kamu ingin meninggalkan aku, nona muda?"
"Jawabannya, tidak."
"Aku tidak akan membiarkan kamu meninggalkan diriku lagi."
Plak. Satu tamparan mendarat dengan mulus di pipi Ricky. Entah bagaimana caranya Meli melepaskan tangannya. Tapi yang jelas, tamparan itu menyentuh pipi Ricky dengan sangat baik.
Wajah tampan milik Ricky langsung tertoleh ke samping. Terdiam beberapa saat, tapi kemudian, senyum manis malah muncul dari bibir manis milik Ricky.
"Sangat galak."
"Ternyata, rusak di otakmu terlalu berat, tuan muda. Sangat di sayangkan."
"Lepaskan aku! Lalu pergilah ke dokter untuk berobat."
"Tapi yang aku butuhkan bukan dokter. Rusak di pikiran ini hanya butuh orang yang aku cintai untuk memperbaikinya."
"Lalu, cariah tunangan mu untuk melakukan hal itu."
"Aku tidak perlu mencarinya. Karena aku sudah menemukan dirinya, nona muda."
tp karena mereka bodoh maka akalnya tak sampai kesitu 😀