Turnamen antara Zodiak Barat dan Timur di mulai, beberapa manusia terpilih mewakili Zodiaknya.
Berbagai intrik dilakukan demi mendapatkan 4 Mustika Naga, meskipun beberapa peserta tidak berminat mengikuti pertarungan itu, tetapi mau tak mau mereka harus terlibat karena situasi yang memaksa mereka turut terseret.
4 Mustika Naga, yang mewakili 4 elemen alam, yang di jaga 4 Naga, yaitu Naga Merah, Naga Hijau, Naga Biru, dan Naga Putih menjadi incaran semua Zodiak yang ada di dunia Astro-Geo.
Lalu apa maksud dari itu semua?
Ikuti saja Novel ini sampai tamat, Ok?!
Selamat Membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buyung aka Byakko
Tibuk Sanbari, Maresuta, Nasutaran.
Panglima Kumbang diberi kehormatan Nenek Sabai Nan Putiah untuk melatih dan menjadi guru silek Buyung, seorang bocah yang ditemukannya di tengah hutan. Nenek Sabai Nan Putiah sendiri sebenarnya sudah membekali anak itu dengan berbagai jurus kanuragan, dan kesaktian lainnya.
Tetapi Nenek Sabai Nan Putiah, ingin Buyung lebih menjiwai jurus Harimau Putihnya dengan berguru pada Panglima Kumbang.
Nenek Sabai Nan Putiah dan Panglima Kumbang adalah kakak adik seperguruan.
Sudah sepekan Buyung tinggal hidup bersama Panglima Kumbang, dan berlatih berbagai jurus Silek Harimau.
Suatu hari, Buyung mendapat "kunjungan" sewaktu dia disuruh bertapa di sebuah gua di hutan Tibuk Sanbari.
Buyung
Dalam pertapaannya itu Buyung di datangi seekor Harimau yang berwarna putih.
"Buyung aku adalah guru dari kedua gurumu dan guru terdahulu mereka, namaku Kakek Maung Bodas."
*Buyung, kau aku pilih untuk ikut ajang perebutan Mustika Naga Merah, Mustika Keabadian, sekarang sudah waktunya kau menunjukkan semua kesaktian yang telah diturunkan kedua gurumu itu."
"Maaf, Kek Maung Bodas? Aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan." Buyung dalam dunia batinnya bertanya-tanya.
Dan Harimau Putih itu pun akhirnya menjelaskan secara keseluruhan tradisi turun temurun di dunia Astro-Geo.
Buyung mendengarkan dengan seksama, hatinya berdebar mendengar kisah yang diceritakan Harimau Putih itu.
"Jangan khawatir Buyung, akan kuperintahkan Byakko menemanimu, selama pertarungan para rasi bintang berlangsung," lanjut Harimau Putih itu.
"Siapa itu Byakko?" tanya Buyung penasaran.
"Kau akan menjumpainya setelah dia aku perintahkan untuk menemanimu."
"Satu pesan yang sangat penting yang harus kau perhatikan, Buyung jangan pernah kau mengusik atau mengganggu seekor kelinci dan tuannya."
"Kelinci? Ada apa dengan kelinci itu?" tanya Buyung.
"Kelinci itu bernama Yuètù bergelar Jade Usagi, dan biasanya dia tak pernah mau mengikuti pertarungan ini, maka dari itu jangan pernah sekali-sekali mengganggunya." ujar Kakek Maung Bodas.
Buyung mengingat semua yang disampaikan Harimau Putih itu dengan cermat. Dan selesai dengan pesan terakhirnya itu, Sang Harimau Putih itu pun menghilang.
Keesokan harinya Buyung menemui Panglima Kumbang.
"Kakek guru, aku semalam didatangi Kakek Maung Bodas, dan aku menjadi perwakilan Rasi Bintang pelindung kita, merebut satu dari 4 Mustika Naga."
"Oh, ya? Oh sepuluh tahun terasa begitu cepat berlalu, ya Kakek ingat," Panglima Kumbang kemudian mengenang sepuluh tahun silam.
"Sepuluh tahun silam, Nenekmu lah yang turun tangan mengikuti ajang perebutan Mustika Naga itu, tetapi sayang sekali Nenekmu malah berurusan dengan Yuètù."
"Kelinci Giok, Si Jade Usagi membuat Nenekmu teralihkan perhatiannya dia sibuk mengejar Yuètù. Dan melupakan pertarungan memperebutkan 4 Mustika Naga."
"Kakek Maung Bodas juga berpesan padaku untuk tidak berurusan dengan Kelinci itu, Kek."
"Kau harus ingat itu selalu Cu', sebentar lagi Nenekmu akan kemari," kata Panglima Kumbang.
"Benarkah?! Aku sangat ingin bertemu dan bertanya tentang Kelinci itu. Pasti Nenek tahu banyak mengenai Kelinci yang bernama Yuètù..."
Tak lama kemudian, Nenek Sabai Nan Putiah pun datang. Buyung menyambut dan memberi hormat padanya.
"Nenek, salam hormat dariku," kata Buyung.
"Oh, Buyung apa kabarmu Cu'..." Nenek Sabai Nan Putiah.
"Baik, Nek dan aku..." belum selesai Buyung bicara Sang Nenek menyergahnya.
"Kakek Guru Maung Bodas pasti sudah menemuimu, kan?!" ucap Nenek Sabai Nan Putiah.
Buyung terheran, "Bagaimana Nenek mengetahuinya?"
"Aku masih ingat sepuluh tahun yang lalu, beliau mengutusku mengikuti ajang perebutan 4 Mustika Naga . Tapi..."
"Tapi kenapa Nek?" tanya Buyung yang sebenarnya tahu neneknya itu pasti akan bercerita tentang Kelinci Giok, Yuètù.
"Seekor kelinci Putih membuatku gemas dan ingin sekali aku menangkapnya. Sampai aku melupakan tujuan yang sebenarnya." Nenek Sabai Nan Putiah hanya tersenyum lalu memandang Buyung.
"Nanti di dunia yang disebut Astro-Geo kau pasti melihatnya juga, dan berjanjilah pada Nenek, jangan pernah terpancing dengan Yuètù, jangan sampai rasa penasaran menguasaimu, Cu'.
" Baik, Nek. Kakek Maung Bodas pun berpesan hal yang sama."
"Oh, iya siapa yang diperintahkan Kakek Maung Bodas untuk menemanimu?" tanya Nenek Sabai Nan Putiah.
"Dulu, Nenek ditemani Bai Hu dan kami berdua sama-sama terpikat Kelinci Giok, Yuètù. Lengkap sudah kegagalan itu." Nenek Sabai Nan Putiah terkikik mengenang sepuluh tahun yang lalu.
"Kakek Maung Bodas bilang aku akan ditemani Byakko, Nek," jawab Buyung.
Nenek Sabai Nan Putiah hanya tersenyum.
Bersambung...
NB : Penasaran dengan Buyung dan Nenek Sabai Nan Putiah?
Lebih lengkap baca di Novel Buyung Kelana Pendekar.
Karya: Mirwan Chaniago.